Profil Ismail Haniyeh yang Pernah Kirim Surat ke Jokowi, Peran Penting Dibalik Hamas
Sosok Pimpinan Hamas Ismail Haniyeh, mantan PM Palestina yang Dikabarkan Wafat, Pernah Kirim Surat ke Jokowi
Penulis: Lulu Aulia Lisaholith | Editor: ferri amiril
"Kami meminta anda untuk bertindak segera dan untuk memobilisasi dukungan Arab, Islam dan internasional, untuk mengambil posisi yang jelas dan tegas untuk mewajibkan pendudukan segera mengakhiri agresi dan teror yang dilakukan oleh pendudukan Israel terhadap Jalur Gaza yang terkepung," tulis Haniyeh dalam suratnya.
Desakan tersebut mencakup penghentian serangan Israel terhadap Jalur Gaza yang menjadi pusat konflik Israel vs Palestina.
"(Dan untuk) mengambil sikap yang jelas dan tegas untuk mewajibkan pendudukan Israel untuk segera menghentikan agresi dan terornya di Jalur Gaza yang terkepung," lanjutnya.
Baca juga: Jubir Brigade Al Qassam: 21 Ranpur Israel Dihajar Roket Hamas, Tahanan Zionis Tewas Kena Bom di Gaza
Sempat Hadiri Pelantikan Presiden Iran Sebelum Diserang dan Dinyatakan Meninggal
Sebelumnya pada Selasa (30/7/2024) Haniyeh melakukan perjalanan ke Teheran untuk menghadiri upacara pelantikan Presiden Iran Masoud Pezeshkian.
Militer Israel tidak segera menanggapi permintaan komentar atas laporan kematian Haniyeh.
Pada kesempatan lain, dikabarkan dari berbagai sumber Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu telah bersumpah untuk menghancurkan Hamas dan membawa kembali semua sandera yang ditawan selama serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober, yang memicu perang di Jalur Gaza.
Serangan yang dilancarkan Hamas ke Israel selatan itu mengakibatkan kematian 1.197 orang, sebagian besar warga sipil, menurut penghitungan AFP berdasarkan angka resmi Israel.
Baca juga: Hamas Bebaskan 18 Sandera Warga Israel dan Asing, Penuh Tawa dan Senyum, Pelukan dan Tos Tangan
Para milisi Palestina juga menangkap 251 sandera, 111 orang di antaranya masih ditawan di Gaza, termasuk 39 orang yang menurut militer Israel telah tewas.
Haniyeh terpilih sebagai kepala biro politik Hamas pada tahun 2017 untuk menggantikan Khaled Meshaal. Namun, dia telah menjadi tokoh terkenal setelah menjadi perdana menteri Palestina pada tahun 2006 setelah kemenangan mengejutkan Hamas dalam pemilihan parlemen tahun itu.
Dianggap sebagai seorang pragmatis, Haniyeh tinggal di pengasingan dan membagi waktunya antara Turki dan Qatar.
Dia telah melakukan perjalanan misi diplomatik ke Iran dan Turki selama perang antara Hamas dan Israel di Gaza, bertemu dengan presiden Turki dan Iran.
Baca juga: Hamas Bebaskan 8 Sandera Israel, Termasuk Mia Schem yang Ditangkap Saat Pesta Dansa 7 Oktober
Haniyeh dikatakan menjaga hubungan baik dengan para pemimpin berbagai faksi Palestina, termasuk para pesaing Hamas.
Ia bergabung dengan Hamas pada tahun 1987 ketika kelompok militan tersebut didirikan di tengah pecahnya intifada Palestina pertama, atau pemberontakan, terhadap pendudukan Israel yang berlangsung hingga tahun 1993.(*)
Baca artikel serupa di Google News
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.