Profil Ismail Haniyeh yang Pernah Kirim Surat ke Jokowi, Peran Penting Dibalik Hamas
Sosok Pimpinan Hamas Ismail Haniyeh, mantan PM Palestina yang Dikabarkan Wafat, Pernah Kirim Surat ke Jokowi
Penulis: Lulu Aulia Lisaholith | Editor: ferri amiril
TRIBUNPRIANGAN.COM - Kabar duka baru saja datang dari negara yang kini dalam situasi peperangan, Palestina.
lantaran, Ismail Haniyeh, salah seorang tokoh sentral kelompok perjuangan kemerdekaan Palestina yakni Hamas dikabarkan meninggal dunia di Teheran ibu Kota Iran, Rabu (31/7/2024).
Kabar duka pemimpin karismatik Hamas setelah kediamannya menjadi sasaran di Teheran, Iran, dinihari waktu setempat.
Melansir berbagai sumber, kabar mengenai berpulangnya sang pemimpin hamas dan juga salah satu pengawalnya tersebut telah dipastikan oleh Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran dalam sebuah pernyataan.
Baca juga: INNALILLAHI, Palestina Berduka, Ismail Haniyeh Meninggal Dunia, Hamas Klaim Dibunuh Israel
“Serangan itu dilakukan Rabu pagi. Penyelidikan sedang dilakukan untuk menemukan penyebab insiden tersebut,” sebut pernyataan Departemen Hubungan Masyarakat IRGC, seperti dikutip kantor berita Iran IRNA.
Pernyataan itu menyampaikan belasungkawa kepada rakyat Palestina, dunia Muslim, dan para pejuang Front Perlawanan atas kematian pemimpin Hamas tersebut.
Sebuah pernyataan dari Hamas mengatakan serangan Israel telah menewaskan pemimpin kelompok Palestina Ismail Haniyeh di kediamannya di Teheran.
Lantas siapa sebenarnya Ismail Haniyeh, dan apa latar belakangnya hingga bisa menduduki jabatan sebagai Pimpinan Hamas?
Baca juga: Hamas Luncurkan Roket yang Menembus Tel Aviv, Israel Mengklaim Bisa Mencegat, Tak Ada Korban Jiwa
Profil Ismail Haniyah/Ismail Haniyeh

Melansir TribunNews dari britannica.com Ismail Haniyeh, atau bisa juga dieja Ismail Haniya dan Ismāʿīl Haniyyah ini lahir di Al-Shati, Jalur Gaza, pada 29 Januari 1963.
Haniyeh adalah putraorang tua Arab Palestina.
Ia menghabiskan masa kecilnya di kamp pengungsi i Al-Shā Stripiʾ Jalur Gaza, tempat ia dilahirkan.
Dikutip pada Laman Wikipedia dan Tribunbatam.id, nama lengkap pria ini adalah Ismail Abdul Salam Ahmad Haniyyah lahir di Jalur Gaza pada 29 Januari 1963.
Baca juga: 3 Putra dan 2 Cucu Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh Tewas Dibom Israel, Mobil yang Dikendarai Hancur
Jabatannya sebagai Perdana Menteri Otoritas Nasional Palestina sejak 19 Februari 2006 sampai sekarang.
Ia juga dekat dengan pemimpin spiritual Hamas, Sheikh Ahmad Yassin yang tewas dibunuh Israel.
Ismail Abdul Salam Ahmad Haniyyah lahir di perkampungan pengungsi al-Shari pada tahun 1962, tahun 1987.
Ia lulusan dari Universitas Islam Gaza, gelar dalam bidang sastra Arab.
Baca juga: SOSOK Syeikh Saleh Al-Arouri, Petinggi Hamas dan Pendiri Al Qassam, Syahid Dibom Israel di Beirut
Diketahui ia sempat dipenjara tanpa tuduhan oleh pemerintah Israel selama tiga tahun dari tahun 1989 hingga 1992.
Setahun kemudian ia jadi kepala fakultas di Universitas Islam Gaza.
Kemudian pada Pemilu 2006, ia dipilih Hamas sebagai calon legislatif urutan pertama Hamas.
Haniyeh diberhentikan oleh Abbas pada 14 Juni 2007 dan ditunjuk Salam Fayyad sebagai gantinya.
Baca juga: Daftar Senjata Hamas yang Dipakai Brigade Al Qassam Hingga Bisa Hancurkan Ratusan Ranpur Israel
Hal ini telah dianggap ilegal oleh Dewan Legislatif, yang terus untuk mengenali Haniyeh.
Fayyad Mengatur di Tepi Barat yang dikendalikan Fatah.
Sedangkan Haniyeh terus memerintah Jalur Gaza yang dikendalikan Hamas.
Biodata Singkat Ismail Haniyeh
Lahir : 29 Januari 1963 Al-Shati, Jalur Gaza
Kebangsaan : Palestina
Partai politik : Hamas
Alma mater : Universitas Islam Gaza
Baca juga: Daftar Senjata Hamas yang Dipakai Brigade Al Qassam Hingga Bisa Hancurkan Ratusan Ranpur Israel
Pernah Kirimkan Surat Tertutup ke Presiden Indonesia Jokowi Dodo
Mengutip TribunNews, pada tanggal 18 Mei 2021 silam, Pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh diketahui sempat mengirimkan surat kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Dalam surat tersebut Haniyeh memberikan penjelasan kepada Presiden Jokowi tentang ekskalasi kekerasan Israel di Palestina.
Diwartakan Tribunnews.com sebelumnya, Haniyeh meminta Indonesia untuk menggalang dukungan global guna melawan pendudukan Israel.
"Kami meminta anda untuk bertindak segera dan untuk memobilisasi dukungan Arab, Islam dan internasional, untuk mengambil posisi yang jelas dan tegas untuk mewajibkan pendudukan segera mengakhiri agresi dan teror yang dilakukan oleh pendudukan Israel terhadap Jalur Gaza yang terkepung," tulis Haniyeh dalam suratnya.
Desakan tersebut mencakup penghentian serangan Israel terhadap Jalur Gaza yang menjadi pusat konflik Israel vs Palestina.
"(Dan untuk) mengambil sikap yang jelas dan tegas untuk mewajibkan pendudukan Israel untuk segera menghentikan agresi dan terornya di Jalur Gaza yang terkepung," lanjutnya.
Baca juga: Jubir Brigade Al Qassam: 21 Ranpur Israel Dihajar Roket Hamas, Tahanan Zionis Tewas Kena Bom di Gaza
Sempat Hadiri Pelantikan Presiden Iran Sebelum Diserang dan Dinyatakan Meninggal
Sebelumnya pada Selasa (30/7/2024) Haniyeh melakukan perjalanan ke Teheran untuk menghadiri upacara pelantikan Presiden Iran Masoud Pezeshkian.
Militer Israel tidak segera menanggapi permintaan komentar atas laporan kematian Haniyeh.
Pada kesempatan lain, dikabarkan dari berbagai sumber Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu telah bersumpah untuk menghancurkan Hamas dan membawa kembali semua sandera yang ditawan selama serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober, yang memicu perang di Jalur Gaza.
Serangan yang dilancarkan Hamas ke Israel selatan itu mengakibatkan kematian 1.197 orang, sebagian besar warga sipil, menurut penghitungan AFP berdasarkan angka resmi Israel.
Baca juga: Hamas Bebaskan 18 Sandera Warga Israel dan Asing, Penuh Tawa dan Senyum, Pelukan dan Tos Tangan
Para milisi Palestina juga menangkap 251 sandera, 111 orang di antaranya masih ditawan di Gaza, termasuk 39 orang yang menurut militer Israel telah tewas.
Haniyeh terpilih sebagai kepala biro politik Hamas pada tahun 2017 untuk menggantikan Khaled Meshaal. Namun, dia telah menjadi tokoh terkenal setelah menjadi perdana menteri Palestina pada tahun 2006 setelah kemenangan mengejutkan Hamas dalam pemilihan parlemen tahun itu.
Dianggap sebagai seorang pragmatis, Haniyeh tinggal di pengasingan dan membagi waktunya antara Turki dan Qatar.
Dia telah melakukan perjalanan misi diplomatik ke Iran dan Turki selama perang antara Hamas dan Israel di Gaza, bertemu dengan presiden Turki dan Iran.
Baca juga: Hamas Bebaskan 8 Sandera Israel, Termasuk Mia Schem yang Ditangkap Saat Pesta Dansa 7 Oktober
Haniyeh dikatakan menjaga hubungan baik dengan para pemimpin berbagai faksi Palestina, termasuk para pesaing Hamas.
Ia bergabung dengan Hamas pada tahun 1987 ketika kelompok militan tersebut didirikan di tengah pecahnya intifada Palestina pertama, atau pemberontakan, terhadap pendudukan Israel yang berlangsung hingga tahun 1993.(*)
Baca artikel serupa di Google News
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.