Reaktivasi Jalur Kereta Api ke Pangandaran Habiskan Rp 8 Triliun, 2029 Tahun Baru Beres

Pemprov Jabar bersama PT KAI tengah menyiapkan proyek infrastruktur transportasi kereta api yang menghubungkan Jakarta hingga ke Pangandaran

Editor: Machmud Mubarok
Tribunpriangan.com/Padna
JALUR KERETA API - Terowongan Hendrik sepanjang 106 meter berada di jalur Kereta Api Banjar-Cijulang. Jalur ini rencananya akan diaktifkan kembali mulai tahun 2026 menggunaan APBD Jawa Barat. 
Ringkasan Berita:
  • Pemerintah Provinsi Jawa Barat bersama PT KAI menyiapkan proyek pembangunan dan peningkatan jalur kereta api Jakarta–Banjar–Pangandaran dengan nilai investasi sekitar Rp 8 triliun
  • proyek ini akan dimulai tahun depan dan ditargetkan selesai dalam tiga tahun tanpa perlu pembebasan lahan baru karena memanfaatkan jalur eksisting.
  • Fokus proyek adalah peningkatan teknologi dan penguatan infrastruktur pada jalur yang sudah ada untuk mempercepat waktu tempuh Jakarta–Pangandaran

Laporan Wartawan TribunJabar.id, Nazmi Abdurahman

TRIBUNPRIANGAN.COM, BANDUNG - Pemerintah Provinsi Jawa Barat bersama PT KAI tengah menyiapkan proyek infrastruktur transportasi kereta api yang menghubungkan Jakarta, Banjar hingga ke Pangandaran. 

Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi mengatakan, anggaran untuk proyek tersebut telah disiapkan sekitar Rp 8 triliun dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Jabar, bersama Kabupaten/Kota melalui skema investasi bersama PT KAI

Dikatakan Dedi, pemerintah daerah akan berinvestasi dalam pembangunan rel, sistem sinyal, serta modifikasi kereta api.

Proyek ini, rencananya akan dimulai tahun depan atau 2026 dan ditargetkan selesai dalam waktu tiga tahun atau 2029.

“Pemprov dan PT KAI. Nanti biayanya dari Pemprov dan nanti kita saya akan ajak juga Kabupaten/Kota, karena ini kan bagian dari upaya untuk untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Kabupaten/kota,” ujar Dedi, Jumat (7/11/2025).

Dalam pembangunan jalur kereta api tersebut, kata Dedi, fokus utamanya adalah perbaikan infrastruktur dan peningkatan teknologi jalur yang sudah ada. 

“Jadi jalur yang sudah dipakai sekarang, teknologinya ditingkatkan. Misalnya sinyalnya diperkuat, terus kemudian relnya dan bantaran-bantaran dikokohkan, kemudian lokomotifnya diperbaharui. Jadi tidak mengubah teknologi, hanya memperkuat teknologi,” katanya.

Dedi pun memastikan tidak akan ada pembebasan lahan di pemukiman warga, karena tidak membangun jalur baru. 

“Tidak ada, masih rel yang sekarang. Jadi itu kan sebenarnya Kereta Parahyangan itu ditingkatkan kualitasnya, jalurnya masih itu, keretanya masih itu,” ucapnya. 

Baca juga: Rencana Reaktivasi Jalur Kereta Api Banjar-Pangandaran: Ada 4.000 Rumah dan Bangunan Tidak Aman

Baca juga: Reaktivasi Kereta Api di Jabar Butuh Anggaran Rp 20 Triliun, Dedi Mulyadi: Minimal Kita Punya Mimpi 

Menurutnya, salah satu tujuan utama pembangunan jalur kereta ini adalah untuk mempersingkat waktu tempuh dari Jakarta menuju Pangandaran yang selama ini memakan waktu cukup lama. 

"Rata-rata perjalanan dari Jakarta ke Bandung 1,5 jam, dari Bandung ke Banjar sekitar 4 jam, dan dari Banjar ke Pangandaran 30 menit. Nantinya jalur ini bisa disesuaikan tergantung kebutuhan," katanya. 

Nantinya, kata dia, perjalanan dari Jakarta ke Bandung akan tetap ada sebagai bagian dari wisata dan menjadi penggerak utama pertumbuhan ekonomi di sepanjang jalur Bandung, Tasikmalaya, Ciamis, Banjar, hingga Pangandaran. 

"Ini akan membuka konektivitas baru, memperlancar mobilitas barang dan orang, dan tentu mempercepat pertumbuhan ekonomi di selatan Jawa Barat," katanya.

Berita sebelumnya, Pemerintah Kabupaten Pangandaran sedang mendorong agar Kereta Api (KA) Pangandaran bukan hanya berhenti di Stasiun Banjar, melainkan dapat melanjutkan perjalanan hingga ke Cilacap. 

Usulan tersebut muncul seiring keinginan Bupati Pangandaran dan Bupati Cilacap untuk membuka akses transportasi yang lebih luas antarwilayah.

Sekretaris Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Pangandaran, Asep Suhendar, mengatakan, sebelumnya KA Pangandaran sempat direncanakan untuk mencapai Stasiun Sidareja, Kabupaten Cilacap. 

Tapi, rencana itu membutuhkan tambahan rangkaian kereta serta lokomotif yang harus didatangkan dari Sumatera Selatan.

"Bupati Cilacap menginginkan agar KA Pangandaran tidak hanya sampai Sidareja, tapi bisa langsung ke Cilacap. Sementara Bupati Pangandaran juga berharap rutenya diperpanjang dari Kota Banjar hingga ke Cilacap," ujar Asep dihubungi melalui WhatsApp, Rabu (5/11/2025) siang.

Menurutnya, terdapat dua opsi yang saat ini sedang dibahas bersama Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA). Keduanya adalah:

  • Opsi pertama, menghidupkan kembali rute KA Pangandaran seperti sebelumnya, tapi dengan penyesuaian waktu perjalanan.
  • Opsi kedua, rute KA Pangandaran bisa dimulai dari Padalarang menuju Cilacap sehingga terhubung dengan layanan kereta lain yang sudah ada.

Dua opsi ini akan disampaikan ke DJKA untuk kemudian diteruskan ke PT KAI. Tapi, semuanya tergantung dari potensi jumlah penumpang, terutama dari Jakarta. 

"Kalau menggunakan kereta jenis Whoosh tentu biayanya lebih mahal," katanya.

Asep menegaskan, lokomotif untuk KA Pangandaran sebenarnya sudah tersedia sejak Oktober 2025. Tapi, proses perizinan operasional masih dalam tahap pengurusan. 

"Bila semua berjalan lancar, perjalanan KA Pangandaran dengan rute baru tersebut ditargetkan bisa mulai beroperasi pada awal tahun mendatang," ucap Asep.

Asep menyebut, proyek reaktivasi jalur KA Pangandaran masih menunggu kajian lebih lanjut dari pihak terkait.

Asep Suhendar, mengatakan hingga saat ini pihaknya belum menerima informasi resmi terkait kelanjutan proyek reaktivasi tersebut.

"Itu mah belum ada kabarnya, karena anggarannya juga besar. Harus dikaji dahulu, secara bisnis seperti apa dari PT KAI," ujar Asep dihubungi wartawan melalui WhatsApp, Rabu (5/11/2025) siang.

Menurut Asep, pembangunan rel kereta api pada masa kini memiliki tantangan yang berbeda dibanding masa kolonial. 

Pada zaman Belanda, jalur kereta dibangun untuk mengangkut hasil bumi seperti kopra dan kelapa, saat ini orientasinya lebih pada angkutan penumpang dan pariwisata.

"Sekarang orientasinya untuk mengangkut penumpang, termasuk wisatawan. Jadi benefit-nya harus dihitung dulu, apakah sesuai atau tidak," katanya.

Asep menambahkan, jika proyek reaktivasi benar-benar akan dilanjutkan, maka akan ada tahapan pembebasan lahan yang menjadi kewenangan PT KAI.

"Pendataan dan pembebasan lahan itu kewenangannya di PT KAI. Kami di daerah hanya membantu komunikasi," ucap Asep.

Informasi yang didapat sebelumnya, reaktivasi jalur kereta api merupakan bagian dari Rencana Induk Perkeretaapian Nasional (RIPNas) 2030, program pemerintah untuk menghidupkan kembali jalur-jalur kereta yang sudah tidak aktif.

Program ini menargetkan total panjang jalur kereta aktif mencapai 10.524 kilometer pada tahun 2030, dengan fokus pembangunan di wilayah Jawa, Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi. (*)

Baca Berita-berita TribunPriangan.com Lainnya di Google News

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved