Jejak Sejarah Makam Eyang Jayaraksa di Puncak Pencut Joho Ciamis, Penuh Mitos dan Misteri

Situs itu bukan hanya destinasi ziarah spiritual, tetapi juga menyimpan legenda yang masih hidup dalam ingatan masyarakat. setempat.

Penulis: Ai Sani Nuraini | Editor: Gelar Aldi Sugiara
Tribun Priangan/Ai Sani Nuraini
MAKAM BERSEJARAH - Tokoh masyarakat Endang Kartiwa sedang membersihkan makam Eyang Jayaraksa, atau yang dikenal juga sebagai Aki Lumayan. Tempat ini bukan hanya menjadi destinasi ziarah spiritual saja, tetapi juga menyimpan legenda yang masih hidup dalam ingatan masyarakat setempat. 

Laporan Wartawan TribunPriangan.com, Ai Sani Nuraini

TRIBUNPRIANGAN.COM, CIAMIS – Di kawasan perbukitan Puncak Pencut Joho, Desa Cibeureum, Kecamatan Sukamantri, Kabupaten Ciamis, terdapat sebuah situs yang penuh dengan sejarah dan misteri.

Situs itu bukan hanya destinasi ziarah spiritual, tetapi juga menyimpan legenda yang masih hidup dalam ingatan masyarakat. setempat.

Setiap malam Selasa dan Jumat, terutama saat bulan Maulid, makam ini akan ramai didatangi peziarah yang datang untuk berdoa dan mencari berkah.

Baca juga: Gelar Evaluasi Pilkada Ciamis 2024 Bersama Jurnalis, KPU: Media Bantu Sampaikan Informasi Objektif

Namun, lebih dari sekadar tempat ziarah, makam ini juga menjadi simbol kebijaksanaan, keberanian, dan perjuangan hidup seorang tokoh yang dikenal luas sebagai wirausahawan serta penyebar agama Islam.

Makam tersebut adalah makam Eyang Jayaraksa atau yang dikenal juga sebagai Aki Lumayan.

Eyang Jayaraksa diyakini sebagai seorang pedagang minyak kelapa yang sukses pada masanya, kemudian peranannya juga tidak hanya terbatas pada perdagangan. 

Konon, dia dikenal sebagai tokoh agama yang membawa ajaran Islam ke berbagai pelosok desa. 

Sosok Eyang Jayaraksa dihormati karena kejujuran, kebijaksanaan, serta kemampuannya dalam mengajarkan nilai-nilai kebaikan kepada masyarakat sekitar.

Salah satu kisah yang paling melekat dalam ingatan warga adalah kejadian saat Eyang Jayaraksa didatangi sekelompok perampok.

Dikisahkan kala itu, dia sedang mengolah nira menjadi gula. Tanpa rasa takut, dia tetap tenang menghadapi sembilan orang perampok yang ingin merampas hasil usahanya. 

Para perampok dibuat terkejut ketika melihatnya mengaduk nira panas dengan tangan kosong tanpa sedikit pun terluka.

Kejadian ini membuat mereka ketakutan dan akhirnya melarikan diri tanpa melakukan aksi kejahatan.

Cerita ini menjadi salah satu bukti keistimewaan Eyang Jayaraksa di mata masyarakat. 

Tidak hanya keberaniannya yang dihormati, tetapi juga kemampuannya dalam menghadapi tantangan dengan ketenangan dan kebijaksanaan.

Halaman
12
Sumber: Tribun Priangan
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved