Mahasiswa Meninggal saat Diklatsar
Cerita Tim Evakuasi Selamatkan Raffha saat Diklatsar di Tasikmalaya, Makan Waktu 12 Jam Lebih
Salah satu tim rescue yang melakukan penyelamatan, Saepul Pahmi (31) mengungkapkan upaya-upaya yang telah dilakukan untuk menyelamatkan Raffha.
Penulis: Aldi M Perdana | Editor: Gelar Aldi Sugiara
Laporan Jurnalis TribunPriangan.com, Aldi M Perdana
TRIBUNPRIANGAN.COM, KOTA TASIKMALAYA - Mahasiswa Universitas Siliwangi (Unsil) Tasikmalaya angkatan 2023, Raffha Al-Ayyubi Adhinegoro,i meninggal dunia saat mengikuti Diklatsar UKM KSR PMI pada Minggu (9/6/2024).
Salah satu tim rescue yang melakukan penyelamatan, Saepul Pahmi (31) mengungkapkan upaya-upaya yang telah dilakukan untuk menyelamatkan Raffha.
Awalnya, kata Saepul, seperti diklatsar relawan kemanusiaan dan/atau kebencanaan pada umumnya, Raffa bersama 19 calon anggota lainnya melakukan long march sebagai latihan kesiapan diri mereka yang kelak terjun ke lokasi bencana setelah menjadi anggota penuh.
Long march dilakukan mulai dari Polsek Malangbong Garut hingga ke Gunung Cakrabuana dengan lintasan berupa jalanan beraspal, pemukiman warga, sawah, sampai hutan belantara.
"Menjelang sore, sekira pukul 14.00 WIB, mendiang (red: Raffha) mulai lelah, dia juga bilang kakinya kram. Akhirnya istirahat, diberi pertolongan juga. Lokasinya itu sudah setengah perjalanan menuju lokasi diklatsar," ucap Saepul kepada TribunPriangan.com saat ditemui pada Senin (10/6/2024).
Baca juga: 7 Saksi Kasus Mahasiswa Unsil Tasikmalaya yang Meninggal Diperiksa, Kampus akan Dimintai Keterangan
Di tengah hutan dan jalan setapak Gunung Cakrabuana, posisi mereka sudah cukup jauh dari titik awal pendakian.
"Kalau diteruskan (ke lokasi Diklatsar), itu masih jauh. Kalau balik lagi ke bawah, jauh banget juga," ujarnya.
Akhirnya untuk meminimalisir risiko yang tidak diinginkan, pihaknya memutuskan untuk melakukan evakuasi terhadap Raffha.
Panitia pun berupaya menghubungi berbagai pihak, namun sinyal ponsel tidak bersahabat di lokasi seperti itu sehingga menjadi kendala.
Baca juga: Mahasiswa Unsil yang Meninggal di Cakrabuana Sempat Keluhkan Kakinya Kram
"Mau tidak mau, memang harus dievakuasi. Akhirnya, sekira pukul 16.00 WIB, saya turun menuju Puskesmas Pagerageung untuk meminta bantuan evakuasi," jelasnya.
Saepul bergegas turun gunung via Pagerageung, bukan via Malangbong yang dilintasi panitia dan calon anggota sebelumnya untuk mempersingkat waktu.
Sesampainya di bibir hutan, dirinya juga melintasi sawah serta permukiman warga, dan akhirnya mendapati jalan raya untuk mengambil kendaraannya.
"Sampai pukul 17.30 WIB, di tengah jalan, saya berpapasan dengan ambulans yang menuju ke arah berlawanan. Rupanya, komunikasi waktu di atas, sampai ke bawah meskipun sinyalnya susah. Lalu saya kasih tahulah sopir ambulannya, untuk evakuasi, lebih baik lewat Malangbong," ungkap Saepul.
Baca juga: Idul Adha 2024, 20 Petugas untuk Pengawasan dan Pengendalian Hewan Kurban di Pangandaran Dilepas
Akhirnya, ambulans segera mengarah ke Malangbong, sedang Saepul sendiri menuju Polsek Pagerageung untuk meminta bantuan evakuasi.
