Peringatan Reformasi 1998

Detik-detik Soeharto Lengser dari Kursi Presiden 26 Tahun Lalu, Setelah Mahasiswa Duduki Gedung DPR

Detik-detik Soeharto lengser dari kursi Presiden, 26 tahun lalu, setelah mahasiswa berdemo dan menduduki Gedung DPR/MPR RI, pada 21 Mei 1998.

Editor: Machmud Mubarok
Maya Vidon/Getty Images
Soeharto lengser mengundurkan diri pada 21 Mei 1998 silam. Membacakan pidato pengunduran diri di Istana Negara pada Kamis 21 Mei 1998 dan digantikan BJ Habibie. 

TRIBUNPRIANGAN.COM - Detik-detik Soeharto lengser dari kursi Presiden, 26 tahun lalu, setelah mahasiswa berdemo dan menduduki Gedung DPR/MPR RI, pada 21 Mei 1998.

Hari itu tercatat sebagai salah satu momen penting dalam sejarah bangsa Indonesia. Sebab, pada Kamis pagi itu, Soeharto menyatakan berhenti dari jabatannya sebagai Presiden Republik Indonesia.

Presiden Soeharto menyatakan mundur setelah berkuasa selama 32 tahun, terhitung sejak dia mendapat "mandat" Surat Perintah 11 Maret 1966.

Pidato pengunduran diri Soeharto dibacakan di Istana Merdeka sekitar pukul 09.00 WIB.

Dalam pidatonya, Soeharto mengakui bahwa langkah ini dia ambil setelah melihat "perkembangan situasi nasional" saat itu.

Tuntutan rakyat untuk mengadakan reformasi di segala bidang, terutama permintaan pergantian kepemimpinan nasional, menjadi alasan utama mundurnya Soeharto.

"Saya memutuskan untuk menyatakan berhenti dari jabatan saya sebagai Presiden Republik Indonesia, terhitung sejak saya bacakan pernyataan ini pada hari ini, kamis 21 Mei 1998," ujar Soeharto, dilansir dari buku Detik-detik yang Menentukan, Jalan Panjang Indonesia Menuju Demokrasi (2006) yang ditulis Bacharuddin Jusuf Habibie.

Baca juga: Rajut Semangat Gerakan Reformasi dan Demokrasi, Pameran Foto Demo 98 Ditampilkan di Unpas

Baca juga: Selain Hari Reformasi Nasional, Berikut Hari Penting Lainnya yang Diperingati Setiap 21 Mei

Dengan pengunduran diri ini, Soeharto menyerahkan kekuasaan kepresidenan kepada Wakil Presiden BJ Habibie. "Sesuai dengan Pasal 8 UUD ’45, maka Wakil Presiden Republik Indonesia Prof H BJ Habibie yang akan melanjutkan sisa waktu jabatan Presiden Mandataris MPR 1998-2003," ucap Soeharto.

Perjuangan mahasiswa

Gerakan reformasi merupakan penyebab utama yang menjatuhkan Soeharto dari kekuasaannya. Aksi demonstrasi ini mulai terjadi sejak Soeharto menyatakan bersedia untuk dipilih kembali sebagai presiden setelah Golkar memenangkan Pemilu 1997.

Situasi politik saat itu memang penuh dinamika, terutama setelah terjadinya Peristiwa 27 Juli 1996 di kantor DPP PDI, Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat.

Pemerintah dinilai menjadi penyebab terjadinya Peristiwa Sabtu Kelabu karena mencopot Megawati Soekarnoputri dari jabatan Ketua Umum PDI sehingga menimbulkan dualisme partai.

Popularitas Megawati yang meroket ketika itu, juga statusnya sebagai anak Presiden Soekarno, memang menjadi ancaman bagi kekuasaan.

Apalagi, Megawati menjadi pimpinan partai menjelang Pemilu 1997.

Tidak hanya itu, pasca-Peristiwa 27 Juli 1996, timbul serangkaian peristiwa hilangnya aktivis demokrasi dan mahasiswa yang dianggap melawan pemerintahan Soeharto.

Sumber: Kompas
Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved