SMP di Pangandaran Belum Bisa Baca

29 Pelajar SMP di Pangandaran Tidak Bisa Membaca, Guru Muda Husein Ali Singgung Kurikulum Merdeka

Menurutnya, alasan kenapa para siswa SMP atau SMA masih buta huruf tapi bisa dinaikkan (naik kelas) karena salah satunya faktor Kurikulum Merdeka.

Pixabay
Ilustrasi siswa tidak bisa membaca 

Laporan Kontributor Tribunjabar.id Pangandaran, Padna

TRIBUNPRIANGAN.COM, PANGANDARAN - Husein Ali Rafsanjani guru muda yang sempat viral di Pangandaran, menyoroti kasus puluhan pelajar SMP Negeri 1 Mangunjaya Kabupaten Pangandaran yang tidak bisa membaca.

Dalam video yang diunggah di akun tiktok dan Instagram @husein_ar, Husein Ali Rafsanjani memaparkan alasan para pelajar SMP tidak bisa membaca atau buta huruf.

Menurutnya, alasan kenapa para pelajar SMP atau SMA masih buta huruf tapi bisa dinaikkan (naik kelas) karena salah satunya faktor Kurikulum Merdeka.

Baca juga: Selain karena Pandemi Covid-19, K3S Pangandaran Duga Siswa SMP Tidak Bisa Membaca Sebab Butuh Ini

"Karena Kurikulum Merdeka ini, ada beberapa pihak yang bilang bahwa tidak boleh ada yang tidak naik kelas," ujar Husein dikutip Tribunjabar.id melalui video yang diunggah di akun resmi miliknya, (13/8/2023) pagi.

Menurut Husein, bila ada yang bermasalah dengan nilai tentu harus diberikan tugas tambahan dan diusahakan untuk naik.

"Dan itu yang membuat guru-guru seperti saya mau gimana? Perintah di atas," katanya.

"Saya pernah di kelas bilang, kamu kalau ngerjain tugasnya gini, enggak mengikuti pelajaran dan lain-lain saya nggak akan kasih nilai," ucapnya.

Baca juga: Waduh, 29 Pelajar SMP di Pangandaran Tak Bisa Membaca, Sekolah Akan Lakukan Hal Ini

"Mereka (murid), bilang enggak apa-apa udah pasti naik. Rasa takutnya itu enggak ada. Kalau enggak ada rasa takut tuh enggak ada rasa ingin berkembang, karena ya udah zona nyaman aja, kata Husein.

Selain faktor guru, orang tua dan murid kemudian faktor Kurikulum Merdeka dan banyak faktor penunjang lainya yang membuat para siswa tersebut tidak bisa membaca.

"Saya berharap sih, ada lah ya rasa ketakutan yang bisa diberikan kepada murid agar mereka ingin berkembang," ucapnya.

"Kalau zaman saya dulu ada yang namanya UN (Ujian Nasional), ujian nasional ini membuat takut untuk tidak lulus sekolah karena nilainya ada nilai minimum dan lain-lain," ujarnya.

Baca juga: Langkah SMPN 1 Mangunjaya Pangandaran Setelah Kedapatan Puluhan Siswa Tidak Bisa Membaca

"Dulu, takut sekali saya untuk tidak mendapatkan nilai atau tidak mendapatkan nilai yang baik," ucapnya.

"Saya harap menteri pendidikan bisa membuat kasus ini menjadi teguran bahwa ternyata perbedaan Kota dan daerah itu sangat jauh," katanya.

Sebelumnya, di tahun ajaran 2023-2024 ada 29 pelajar di SMP Negeri 1 Mangunjaya Kabupaten Pangandaran tidak bisa membaca dan menulis.

Mereka yang tidak bisa membaca ini didominasi oleh pelajar laki-laki. Saat ini, mereka akan mengikuti bimbingan khusus di luar jam belajar tatap muka. (*)

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved