SMP di Pangandaran Belum Bisa Baca
Selain karena Pandemi Covid-19, K3S Pangandaran Duga Siswa SMP Tidak Bisa Membaca Sebab Butuh Ini
Namun alasan pasti anak-anak di SMP belum bisa membaca itu karena memiliki kebutuhan khusus.
Laporan Kontributor Tribunjabar.id Pangandaran, Padna
TRIBUNPRIANGAN.COM, PANGANDARAN - Sebanyak 29 siswa SMP di Pangandaran dikabarkan tidak bisa membaca.
Menanggapi hal tersebut, Ketua Kegiatan Kelompok Kerja Kepala Sekolah (K3S) Kabupaten Pangandaran, Maman menduga hal itu dikarenakan tidak ada guru SD ataupun SMP yang memiliki kompetensi mengajar anak berkebutuhan khusus (ABK).
Menurutnya, anak berkebutuhan khusus bukan hanya dilihat dari fisiknya tapi bisa diketahui dari cara respons saat belajar.
Baca juga: Puluhan Siswa SMPN 1 Mangunjaya Tidak Bisa Membaca, Kadisdikpora Pangandaran: Kita Tidak Harus Malu
Kemudian alasan kedua, kata Maman, hal itu disebebkan adanya Pandemi Covid-19 yang terjadi di tahun ajaran 2020-2021 sehingga berdampak terhadap anak didik.
"Ya, memang ada sistem belajar secara daring. Tapi, kalau anak mah kan harus diteuteup, dielus dan dibimbing langsung," ujar Maman kepada Tribunjabar.id melalui WhatsApp, Sabtu (5/8/2023) sore.
Maka dari itu, menurut dia, seorang guru tidak bisa digantikan oleh apapun dan siapa pun.
Kata Maman, hal-hal lain seperti sarana prasarana itu sudah lengkap dan tidak ada masalah.
Baca juga: Siswa di SMPN 1 Mangunjaya Pangandaran Disebut Pilih Keluar Sekolah usai Ketahuan Tidak Bisa Membaca
Namun alasan pasti anak-anak di SMP belum bisa membaca itu karena memiliki kebutuhan khusus.
"Anak berkebutuhan khusus kan ada yang tidak terlihat seperti harus diarahkan sekolah di SLB. Tapi, ada anak yang berkebutuhan khusus di bidang linguistik," katanya.
Salah satu contoh anak yang memiliki kebutuhan khusus di bidang linguistik, yaitu jika melihat huruf atau bacaan itu akan terasa pusing di kepalanya.
Baca juga: Langkah SMPN 1 Mangunjaya Pangandaran Setelah Kedapatan Puluhan Siswa Tidak Bisa Membaca
"Padahal di hatinya ingin bisa membaca tapi susah. Kemudian kalau berada di ruangan kelas banyak warna gambar, dia akan merasa pusing," ucap Maman.
Maman meyakini, cara mengajar anak yang berkubutuhan khusus seperti ini memerlukan pendampingan khusus.
"Di satu kertas buku itu paling ada satu huruf atau kata. Karena, kalau banyak kata, anak tersebut akan merasa pusing. Jadi, memang perlu kesabaran ekstra," ujarnya. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.