kasus Campak dan Rubella

Sejumlah Kecamatan di Purworejo Terserang Campak dan Rubella, Ternyata Karena Hal Ini

Dinas Kesehatan (Dinkes) Purworejo mencatat, ada 11 kasus Campak dan Rubella (MR) di 5 Kecamatan di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, pada 2022.

Kompas.com
Ilustrasi bintik-bintik merah campak. Ciri-ciri campak tak hanya ruam, kenali gejala campak lainnya. (Shutterstock/Prostock-studio) 

TRIBUPRIANGAN.COM - Dinas Kesehatan (Dinkes) Purworejo mencatat, ada 11 kasus Campak dan Rubella (MR) di 5 Kecamatan di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, pada 2022.

Penyebab utama penyakit ini diduga adalah riwayat imunisasi yang tidak lengkap, yang mengawali kasus MR di kabupaten tersebar di sejumlah Kecamatan.

Koordinator P3KL Dinkes, Ernaningsih mengatakan, kasus Campak yang kembali muncul di 2022 ditemukan di Kecamatan Purwodadi, Butuh, Loano, Purworejo dan Kutoarjo.

Baca juga: Begini Penjelasan IDI soal Manfaat Penting Vaksin Booster Covid-19 Kedua

Meski demikian Purworejo sempat zero case MR sejak 2018-2021, bahkan sebelumnya pada 2016 ditemukan dua kasus campak, dan 4 kasus campak di 2017, yang tergolong relatif penemuan kasus yang kecil.

"Ya 2022 kami mengirimkan 107 sampel, hasil laboratorium 11 kasus itu tadi yang positif. Masing-masing 6 kasus campak dan 5 kasus rubella," ucapnya pada keterangan resminya yang diterima Kamis (26/1/2023).

Baca juga: Begini Penjelasan IDI soal Manfaat Penting Vaksin Booster Covid-19 Kedua

Baca juga: Kemenkes Belum Tetapkan Status KLB pada Kasus Chiki Ngebul, Ini Alasannya

Dijelaskan, campak dan rubella adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus yang sangat mudah menular, melalui udara saat pasien batuk atau bersin, dengan memiliki gejala klinis demam tinggi, muncul bercak kemerahan pada kulit (rash) disertai dengan batuk, pilek serta mata merah (conjunctivitis).

"Penyakit ini sangat berbahaya bila disertai dengan komplikasi pneumonia, diare, meningitis hingga dapat menyebabkan kematian," jelasnya.

Sementara penyakit rubella, gejala klinisnya nyaris sama, namun beberapa kasus kadang tidak bergejala, yang menyebabkan rubella lebih sulit terdeteksi.

Baca juga: Begini Penjelasan IDI soal Manfaat Penting Vaksin Booster Covid-19 Kedua

Sementara Rubella sangat berbahaya bagi wanita hamil terutama pada kehamilan trimester pertama.

"Rubella bisa mengakibatkan keguguran atau bayi lahir dengan cacat bawaan yang disebut dengan Congenital Rubella Syndrome (CRS)," ujarnya.

Ditambahkan, pihaknya memang cukup konsen dengan penyakit yang berkaitan dengan imunisasi, pengiriman sampel bahkan dilakukan setiap hari, terlebih ketika ada temuan kasus, termasuk untuk polio dan difteri.

Baca juga: Kemenkes Terima Laproan 1 Kasus Keracunan Chiki Ngebul Hari Ini di Jawa Timur

Sampel serum dikirim Laboratorium di Jogja, dengan pemicu utama penyakit ini adalah riwayat imunisasi yang tidak lengkap, dan jika ada penyebab lain yakni kurang menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

"Jadi kami imbau lengkapi imunisasi, ketika muncul gejala segera periksa untuk dipastikan apakah itu Campak, Rubella atau Varisela (Cacar), sebab ketiganya memiliki gejalanya yang nyaris, penentunya adalah hasil laboratorium," ucapnya.

Pengelola Program Surveilans Dinkes Purworejo Rohmadi menambahkan, penyakit MR bisa dimungkinkan merupakan kasus impor, dan pihaknya juga terus melakukan Penyelidikan Epidemiologis (PE).

Murid menggunakan masker dan pelindung wajah setelah menerima imunisasi campak di SD Santo Antonius Dari Padua, Serpong, Tangerang Selatan, Banten, Senin (10/8/2020). Pemberian imunisasi ini merupakan bagian dari bulan imunisasi anak sekolah yang diberikan dua kali dalam satu tahun yaitu di bulan Agustus dan November.(KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG)
Murid menggunakan masker dan pelindung wajah setelah menerima imunisasi campak di SD Santo Antonius Dari Padua, Serpong, Tangerang Selatan, Banten, Senin (10/8/2020). Pemberian imunisasi ini merupakan bagian dari bulan imunisasi anak sekolah yang diberikan dua kali dalam satu tahun yaitu di bulan Agustus dan November.(KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG) (Kompas.com)

Terkat tren kemunculan MR di tahun 2022, dimungkinkan juga terkait erat dengan keriwehan Pandemi Covid-19, kendati saat fokus vaksinasi Covid-19, imunisasi MR juga tetap jalan.

Halaman
12
Sumber: Kompas
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved