Gempa Megathrust Selat Sunda

Ahli Gempa BMKG, Daryono: Kejadian Gempa Megathrust Tak Bisa Diprediksi Ilmuwan. Tapi Potensinya Ada

Daryono menegaskan, informasi potensi Gempa Megathrust yang berkembang saat ini sama sekali bukanlah prediksi atau peringatan dini

Editor: Dedy Herdiana
Twitter Daryono
Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono 

Munculnya kembali pembahasan potensi gempa di zona Megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut, sebenarnya tidak ada kaitannya secara langsung dengan peristiwa gempa kuat M7,1 yang berpusat di Tunjaman Nankai dan mengguncang Prefektur Miyazaki Jepang. 

Namun kata Daryono menariknya, gempa yang memicu tsunami kecil pada 8 Agustus 2024 beberapa hari lalu mampu menciptakan kekhawatiran bagi para ilmuwan, pejabat negara dan publik di Jepang akan potensi terjadinya gempa dahsyat di Megathrust Nankai. 

"Peristiwa semacam ini menjadi merupakan momen yang tepat untuk mengingatkan kita di Indonesia akan potensi gempa di zona seismic gap Selat Sunda dan Mentawai-Siberut," katanya.

Sejarah mencatat, gempa besar terakhir di Tunjaman Nankai terjadi pada 1946 (usia seismic gap 78 tahun), sedangkan gempa besar terakhir di Selat Sunda terjadi pada 1757 (usia seismic gap 267 tahun) dan gempa besar terakhir di Mentawai-Siberut terjadi pada 1797 (usia seismic gap 227 tahun). 

"Artinya kedua seismic gap kita periodisitasnya jauh lebih lama jika dibandingkan dengan seismic gap Nankai, sehingga mestinya kita jauh lebih sarus dalam menyiapkan upaya-upaya mitigasinya," tutup Daryono.

Baca juga: Intensitas Gempa Bumi di Selatan Jawa Barat -Banten Meningkat, BMKG: Potensi Megathrust Selat Sunda

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved