Gempa Megathrust Selat Sunda

Megathrust Ancam Pantai Selatan Jawa, PVMG Ungkap Pemetaan Jarak, Bebatuan Hingga Karakter Tsunami

Megathrust tersebut berpotensi mengancam Indonesia termasuk pantai selatan Pulau Jawa yang di dalamnya ada pesisir daerah Jawa Barat

Editor: Dedy Herdiana
Istimewa
ILUSTRASI selatan Pulau Jawa 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Hilman Kamaludin

TRIBUNPRIANGAN.COM, BANDUNG - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi ( PVMBG), merespons terkait isu Megathrust atau daerah pertemuan antar lempeng tektonik bumi yang berpotensi memicu gempa besar dan Tsunami dahsyat.

Megathrust tersebut berpotensi mengancam Indonesia termasuk pantai selatan Pulau Jawa yang di dalamnya ada pesisir daerah Jawa Barat karena wilayah tersebut masuk ke dalam segment megathrust.

Baca juga: Soal Gempa Megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut, Daryono: Saya Hanya Mengingatkan Potensi

Baca juga: Gempa Terkini M 4,9 Menggucang Kawasan Selat Sunda, BMKG: Pusat Gempa 134 Km Barat Daya Tanggamus

Koordinator Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami, PVMBG, Supartoyo, mengatakan, guncangan gempa bumi di pantai selatan memang tinggi karena berdasarkan hasil pemetaan kondisinya tidak jauh dengan megathrust.

"Kemudian kondisi batuan-batuannya, di selatan itu kan daerah dataran, terdiri dari endapan aluvial," ujarnya saat ditemui di Kantor Badan Geologi Bandung, Rabu (14/8/2024).

Sementara karakteristik tsunami, kata dia, berpotensi mengalami tsunami yang tingginya mencapai 3 meter jika kekuatan gempa bumi di daerah tersebut mencapai lebih dari 8 magnitudo.

"Kalau berdasarkan hal itu, memang wilayah selatan Jawa Barat dan demikian juga jawa, ya rawan tsunami," kata Supartoyo.

Baca juga: Gempa Megathrust & Tsunami yang Tinggal Menunggu Waktu, Ancam Pantai Cipatujah, BMKG Sudah Gelar Ini

Di sisi lain, Supartoyo mengatakan bahwa megathrust itu merupakan suatu istilah sumber gempa bumi yang artinya mega tersebut besar yang kekuatannya di atas 8 magnitudo, sedangkan thrust itu jenis patahan naik.

"Patahan naik itu ada yang reverse dan thrust. Kalau yang thrust naiknya kurang dari 45 derajat dan untuk reverse lebih dari 45 derajat," ucapnya.

Kendati demikian, Supartoyo menyebut bahwa gempa bumi tidak bisa diprediksi, sehingga terkait megathrust jangan sampai menjadi isu yang menjadi kekhawatiran bagi masyarakat.

"Tapi isu ini sebagai upaya untuk peningkatan mitigasi, kalau kami Badan Geologi sudah menyediakan peta kawasan rawan bencana gempa bumi dan tsunami," kata Supartoyo.

Baca juga: Gempa Megathrust Selat Sunda Tinggal Menunggu Waktu, Bisa Capai M 8,9, Begini Rilis Penjelasan BMKG

 

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved