Sosok KH Muhyiddin

Mengenal KH Muhyiddin, Sosok yang Meneguhkan Ridwan Kamil Menghadapi Polemik Al Zaytun

Sosok Sang Kakek, KH Muhyiddin, yang merupakan Panglima Hizbullah NU pada zaman penjajahan Belanda disebut oleh Gubernur Jabar Ridwan Kamil

|
Wartakotalive.com
Kolase Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil dan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun, Indramayu, Jawa Barat (Kolase Tribunnews) 

Bahkan setelah proklamasi kemerdekaan, KH Muhyiddin membentuk pasukan Hizbullah Pagelaran yang terdiri dari santri, alumni santri, jamaah pengajian, dan masyarakat Subang. Pasukan Hizbullah pun ikut terlibat dalam penyergapan konvoi tentara NICA di Ciater bersama BKR kala itu.

Baca juga: DISEGEL, 2 Bisnis Tak Kantongi Izin, Berikut Ini Deretan Aset Usaha Milik Ponpes Al Zaytun Indramayu

Bentuk perjuangan KH Muhyidin lainnya adalah ketika tentara Nederlands Indie Civil Administration (NICA) datang ke tanah air pada 1946, yang berniat merebut kembali NKRI. Dirinya memimpin langsung pertempuran melawan pasukan NICA di Jawa Barat, khususnya di daerah Ciater, Isola, dan Cijawura.

Selain itu, KH Muhyidin pun merupakan pendiri Pondok Pesantren Pagelaran, Cisalak. Namun semua kisah tersebut bermula dari Kabupaten Sumedang. Pada tahun 1900-an, Bupati Sumedang dikala itu Pangeran Wiriakusumah, merasa kalau warga mukmin Sumedang amat membutuhkan edukasi pakar agama. Lantas K. H. Muhyiddin didatangkan, lalu pada tahun 1910 dirinya ditempatkan di daerah Cimalaka, selanjutnya mendirikan pesantren Cimalaka.

Sepuluh tahun berlalu, dia alih ke sesuatu tempat terasing di Cimeuhmal, Kecamatan Tanjungsiang, Kabupaten Subang. Di tempat itu dia mendirikan pesantren yang diberi nama Pondok Pesantren Pagelaran.

Baca juga: WOW, Al Zaytun Punya Hotel Megah di Dalam Area Ponpes, Pemkab Indramayu Segera Lakukan Hal Ini

Melansir dari laman Pondok Pesantren Pagelaran, sesudah revolusi kebebasan, situasi wilayah amat tidak nyaman sebab merajalelanya kendala kawanan. Banyak pengikut serta teman seperjuangan K. H. Muhyiddin yang berpulang jadi korban kebengisan kawanan.

Alhasil pada tahun 1950 diputuskan buat mengungsi, kembali ke Sumedang. Dia bermukim di wilayah Kalangan. Sepanjang bermukim disitu aktivitas pengajian senantiasa berjalan, serta setelah itu dia mendirikan pondok pesantren.

Pada tahun 1962 atas permohonan tokoh- tokoh warga Dusun Gardusayang dan pejabat tentara durasi itu, dia alih ke Dusun Gardusayang, Kecamatan Cisalak, Kabupaten Subang. Tokoh- tokoh warga serta pihak tentara durasi itu memohon kehadiran dia buat merehabilitasi psikologis warga yang cacat dampak kawanan berandal keamanan.

Baca juga: BOROK Ponpes Al Zaytun Dibongkar, Bisnis Gurita Ini Bikin Geleng-geleng Pemkab Indramayu, Ada Apa?

Di tempat tersebut pun dia mendirikan Pondok Pesantren Pasirnaan. Hingga pada akhirnya, tahun 1973, mendiang berpulang ke Rahmatullah pada umur 97 tahun serta dimakamkan di Cimeuhmal. Putra- putra dia memanggil pesantren Pagelaran di Cimeuhmal jadi Pondok Pesantren Pagelaran I.

Sementara pesantren di Kalangan Sumedang jadi Pondok Pesantren Pagelaran II, serta Pesantren Pasirnaan di Gardusayang bagaikan Pondok Pesantren Pagelaran III.

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved