Sosok KH Muhyiddin

Mengenal KH Muhyiddin, Sosok yang Meneguhkan Ridwan Kamil Menghadapi Polemik Al Zaytun

Sosok Sang Kakek, KH Muhyiddin, yang merupakan Panglima Hizbullah NU pada zaman penjajahan Belanda disebut oleh Gubernur Jabar Ridwan Kamil

|
Wartakotalive.com
Kolase Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil dan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun, Indramayu, Jawa Barat (Kolase Tribunnews) 

Laporan Wartawan TribunPriangan.com, Muhamad Syarif Abdussalam

TRIBUNPRIANGAN.COM, BANDUNG - Sosok Sang Kakek, KH Muhyiddin, yang merupakan Panglima Hizbullah NU pada zaman penjajahan Belanda disebut oleh Gubernur Jabar Ridwan Kamil sebagai sosok yang meneguhkannya dalam pendiriannya dan siap menghadapi gugatan Panji Gumilang untuk menuntaskan polemik Pondok Pesantren Al Zaytun. 

Keteguhan ini menurutnya lahir karena ia dibesarkan dalam lingkungan alim ulama, di antaranya sosok almarhum kakeknya yang merupakan tokoh kiai yang tergabung dalam Hizbullah Nahdatul Ulama. Sehingga, pendekatan penanganan polemik Al-Zaytun turut menggandeng para kiai.

"Bagian dari nasehat almarhum kakek saya KH Muhjiddin, Panglima Hizbullah NU pada zaman kolonial, agar keturunannya selalu bela agama dan negara. Almarhum kakek dipenjara Belanda, dimusuhi DI TII dan PKI. Saya cucunya wajib melanjutkan apa yang kakek saya perjuangkan," katanya beberapa waktu lalu.

Kompleks Ponpes Al Zaytun Indramayu
Kompleks Ponpes Al Zaytun Indramayu (www.al-zaytun.sch.id)

Baca juga: BOROK Ponpes Al Zaytun Dibongkar, Bisnis Gurita Ini Bikin Geleng-geleng Pemkab Indramayu, Ada Apa?

Menurutnya sebagai orang yang dipilih masyarakat sebagai Gubernur Jawa Barat, memiliki tugas untuk menjaga keamanan dan ketertiban umum di 27 kabupaten dan kota. Sehingga, persoalan polemik Al-Zaytun turut menjadi tanggung jawab gubernur.

Dia juga merasa keputusan untuk membentuk tim investigasi merupakan langkah yang tepat. Sebab, pendekatan penanganan sudah berdasarkan kasus yang ada. Adapun dalam tim investigasi ini terdiri dari MUI Jabar, Kesbangpol, serta beberapa para kiai.

Adapun sosok kakek yang menginspirasinya ini adalah seorang ulama besar di daerah Subang bernama KH Muhyiddin atau yang dikenal dengan Mama Pagelaran.

Baca juga: DISEGEL, 2 Bisnis Tak Kantongi Izin, Berikut Ini Deretan Aset Usaha Milik Ponpes Al Zaytun Indramayu

Dalam beberapa kesempatan Ridwan Kamil sering bercerita patriotisme mendiang kakeknya tersebut. Selain ulama besar, mendiang merupakan tokoh pejuang kemerdekaan RI. Perjuangan KH Muhyiddin bahkan sudah diakui, masuk ke dalam pahlawan nasional dari Kabupaten Subang.

“KH. Muhyiddin, seorang pahlawan yang di era kolonial membela, bertempur, melawan Belanda, kemudian di era DI juga melawan DI/TII, di era PKI juga melawan PKI. Sehingga dalam definisi kiai pejuang, beliau adalah yang nyata memberikan jasa kepada republik ini,” kata Kang Emil.

Kang Emil menuturkan keturunan Mama Pagelaran sampai saat ini mengurus sembilan pesantren di Jawa Barat. Pesantren Pagelaran merupakan salah satu pondok pesantren tertua di Jabar.

Baca juga: WOW, Al Zaytun Punya Hotel Megah di Dalam Area Ponpes, Pemkab Indramayu Segera Lakukan Hal Ini

"Kebetulan para keturunannya mengurusi sekarang sembilan pesantren, tentunya pesantren yang Ahlussunnah wal Jama'ah yang tentunya terdepan mewarisi nasihat wasiat selalu dalam agama Islam dan membela NKRI," tutur Kang Emil.

Ketua PWNU Jawa Barat KH Juhadi Muhammad menuturkan kadar NU Ridwan Kamil lahir dari silsilah atau nazab dengan KH Muhyiddin. “Benar [Ridwan Kamil] NU,” katanya.

Meski tidak mengetahui secara pribadi, menurutnya pesantren peninggalan KH Muhyiddin mengajarkan Aswaja. Aswaja adalah aliran keagamaan yang diikuti oleh mayoritas umat Islam Indonesia, khususnya Nahdlatul Ulama. 

Baca juga: BOROK Ponpes Al Zaytun Dibongkar, Bisnis Gurita Ini Bikin Geleng-geleng Pemkab Indramayu, Ada Apa?

“Beliau [Ridwan Kamil] sering menyampaikan kakeknya itu panglima Hizbullah, dan memang pesantren peninggalan kakeknya mengajarkan Aswaja,” tuturnya.

Lahir di Garut pada 1878, KH Muhyiddin ialah seorang ulama yang memiliki jalan dakwah menantang penjajahan. Bahkan akibat terlalu vokal mengajak rakyat melawan kolonialisme Belanda, pada 1939, Mama Pagelaran dipenjarakan pemerintahan Belanda.

Halaman
12
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved