Kronologi Kematian Petani Sodonghilir Tasikmalaya, Begini yang Diungkap Sang Kadus

Diduga tidak mendapat penanganan medis, seorang petani bernama Abdul Basir (45) warga Dusun Bojong, Kampung

|
Penulis: Aldi M Perdana | Editor: ferri amiril
Tribun Priangan.com/Aldi M Perdana
Jajang Sanusi selaku Kepala Dusun (Kadus) Bojong mengungkap kronologi kematian Abdul Basir yang diduga tidak mendapat penanganan medis di Puskesmas Sodonghilir. 

Laporan Jurnalis TribunPriangan.com, Aldi M Perdana

 

TRIBUNPRIANGAN.COM, KABUPATEN TASIKMALAYA - Diduga tidak mendapat penanganan medis, seorang petani bernama Abdul Basir (45) warga Dusun Bojong, Kampung Cikalapa, Desa Sepatnunggal, Kecamatan Sodonghilir, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, meninggal dunia pada Rabu (14/6/23) malam kemarin.

Jajang Sanusi selaku Kepala Dusun (Kadus) Bojong mengungkap kronologi kematian Abdul Basir yang diduga tidak mendapat penanganan medis di Puskesmas Sodonghilir.

Diketahui, Jajang merupakan salah satu pihak yang ikut mengantar Abdul Basir ke Puskesmas Sodonghilir saat kondisinya masih kritis.

“Jadi korban dibawa ke Puskesmas dari sini (Kampung Cikalapa). Setelah sampai di Puskesmas, salah seorang tim medis (red: tenaga kesehatan atau nakes) bukannya menindak si pasien (Abdul Basir) tapi malah menolaknya,” ungkap Jajang kepada TribunPriangan.com saat ditemui di rumahnya pada Kamis (15/6/2023).

Tambahnya, penolakan tersebut beralasan karena ruangan di Puskesmas Sodonghilir saat itu sedang penuh, ditambah oknum nakes tersebut tengah melakukan penindakan terhadap seorang anak yang tengah mengalami kejang-kejang.

“Tapi saya tidak meminta untuk ditindak saat itu juga. Hanya saja saya minta, (supaya) sesudah menindak anak itu, dia menangani Abdul Basir, maksud saya begitu,” terang Jajang.

Sayangnya, ia melanjutkan, oknum nakes tersebut tidak menanggapi dirinya pada saat itu.

“Atau yang bener-bener, itu tim medis ada kebijakan. (Setidaknya) bicara sopan gitu, malah dia kasar bicaranya, keras gitu,” ungkap Jajang.

“Katanya gini, ‘saya ini masih menangani anak yang lagi kejang, udah, itu ‘kan ada mobil desa, udah pake aja mobil desa, bawa ke Puskesmas Taraju atau ke SMC (red: Rumah Sakit Umum Daerah Singaparna Medical Center),” lanjutnya.

Mendengar jawaban seperti itu, Jajang segera menekankan supaya nakes tersebut memeriksa Abdul Basir yang pada saat itu tengah darurat.

“Saya mau dilihat dulu, apakah si pasien ini bener-bener kritis apa bagaimana? Gitu. Kalau dia udah dilihat, ‘oh ini kritis’, udah bawa lagi pulang. Saya ‘kan tidak penasaran gitu, kalau tim medis sudah menjelaskan,” tuturnya.

Jajang menganggap bahwa oknum nakes tersebut menolak dan mengusir dirinya, karena mendapati jawaban kasar seperti itu.

“Kalau gini mah; ‘udah, saya mau menangani dulu anak yang kejang, entar kalau sudah menangani, saya akan menangani ini’. ‘Kan kalau gitu bahasanya enak ya? Baik ya? Tapi nggak gitu,” jelasnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Priangan
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved