Keterwakilan Perempuan Bacaleg

Tantangan Struktural, Kultural dan Sosial Budaya bagi Perempuan Tasikmalaya untuk Maju ke Parlemen

Keterwakilan perempuan pada pengajuan Bakal Calon Anggota Legislatif (Bacaleg) Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) di 7 Daerah Pemilihan (Dapil)

|
Tribun Priangan.com/Aldi M Perdana
Antik Bintari selaku ahli kajian gender, pembangunan politik, dan manajemen konflik dari Departemen Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Padjadjaran 

Ia menilai bahwa hal tersebut baru mampu dicapai oleh perempuan yang memiliki relasi kuasa.

Baca juga: PPDB untuk SLB di Kota Tasikmalaya Minim Peminat, Kepala Sekolah: Kesiapan Orang Tua Sangat Penting

“Perempuan yang kalau bapaknya bukan elit politik, kalau suaminya bukan elit politik, dia susah. Coba dicek deh, yang jadi bupati, yang naik di parlemen, kalau perempuan tersebut bukan artis, pasti cenderung sebagian besar adalah istri dari kepala daerah, istri dari mantan kepala daerah, istri dari mantan menteri, karena punya kapital, (sedang) kapital itu tidak hanya uang, relasi juga sudah dibangun oleh pasangannya, gitu,” tutur Antik.

Bahkan, tambahnya, sekalipun kapitalnya telah dibangun, kaum perempuan juga rentan dibenturkan dengan domestifikasi tugasnya, seperti peran Ibu atau peran perempuan.

Lain hal dengan kaum laki-laki yang maju berkontestasi dalam politik.

Baca juga: UPDATE Daftar Lengkap Keterwakilan Perempuan Bacaleg di 7 Dapil Kabupaten Tasikmalaya

“Laki-laki enggak akan pernah dipertanyakan posisi dia kalau jadi ayah gimana? Posisi dia kemudian pada saat jadi suami gimana? Enggak akan ada pertanyaan itu, padahal sama-sama punya keluarga baik laki-laki maupun perempuan,” lengkap Antik.

Menurutnya, dalam kondisi saat ini, kaum perempuan dilemahkan secara regulasi. Bahkan, secara budaya pun belum terbangun.

“Budaya egaliterian untuk memahami bahwa perempuan itu manusia as well as a man yang punya juga kemampuan secara politik, yang punya juga kemungkinan untuk dipilih, kemungkinan dia juga punya power. Itu juga terabaikan karena kultur,” lanjut Antik.

Baca juga: UPDATE Daftar Lengkap Keterwakilan Perempuan Bacaleg di 7 Dapil Kabupaten Tasikmalaya

Ia mengambil contoh pada kegiatan sosialisasi bersama Bawaslu kepada Bacaleg perempuan di Kota Bandung, Jawa Barat.

“Itu keluhannya adalah enggak punya modal. Padahal, kalau dia harus pergi ke sana-ke mari, dia harus punya souvenir, dia harus punya orang-orang yang bisa dia pekerjakan untuk turun ke lapangan. Itu dari mana kalau enggak bukan dari modal sendiri? Itu berat sekali menurut saya perjuangan perempuan,” jelas Antik.

“Belum lagi dia membagi waktunya kalau mau pergi, dia harus memikirkan anak-anaknya, memikirkan rumahnya. Kalau enggak, dia akan disudutkan oleh publik juga,” pungkasnya. (*)

Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved