Kisah Rossy Nurhayati, Penderita Leukemia Sejak 2008 yang Dirikan Rumah Baca di Ciamis

Kisah Rossy Nurhayati, Penderita Leukimia Sejak 2008, Sempat Divonis Hanya Hidup 4 Bulan, tapi Justri Dirikan Rumah Baca di Ciamis

Penulis: Ai Sani Nuraini | Editor: Gelar Aldi Sugiara
TribunPriangan.com/Ai Sani Nuraini
Rossy Nurhayati (44) penderita Leukimia yang dengan semangat dan tekadnya untuk mencerdaskan generasi bangsa mendirikan Taman Baca Masyarakat Cahaya Ilmu Kecamatan Panjalu Ciamis 

Rossy pun dirujuk ke Rumah Sakit Hasan Sadikin. Setelah melewati berbagai pemeriksaan medis ternyata hasilnya Rossy terindikasi Leukemia.

"Nah setelah saya divonis Leukimia itu kan disuruh Kemoterapi, tapi saya nggak mau karena kan kalau orang dikemo itu pasti hitam, botak dan lain sebagainya dan saya nggak mau," terangnya.

Sejak memutuskan untuk tidak melakukan Kemoterapi, tiba-tiba Rossy mengalami kelumpuhan selama satu tahun, kemudian tidak bisa melihat selama satu bulan, tidak bisa berbicara selama tiga bulan.

Akibat gejala tersebut, dokter menyatakan bahwa Rossy hanya bisa bertahan hidup selama 4 sampai 6 bulan saja.

"Setelah dokter bilang bahwa harapan saya hidup itu cuma sekitar 4 sampai 6 bulan ke depan, saat itu saya mengurung diri di kamar tidak mau bertemu orang lain karena saya merasa detik ini saya akan meninggal gitu," jelasnya.

Namun ketika Rossy membaca sebuah hadist dari buku yang diberikan suaminya, "Sebaik-baiknya manusia adalah orang yang paling bermanfaat untuk orang lain", sejak itulah dia bangkit dari keterpurukan.

Dia meyakini bahwa meskipun dirinya akan meninggal setidaknya di sisa usianya dia bisa bermanfaat untuk orang lain.

Setelah itu, dia memutuskan untuk menjalani Kemoterapi dan kepalanya menjadi botak selama 3 tahun.

Namun saat itu kondisinya membaik dan dia sudah bisa mengajar anak-anak di Taman Baca kembali.

Rossy menceritakan, sejak kuliah dia mengaku memang hobi membaca dan sewaktu pulang ke Panjalu, dia merasa prihatin melihat anak-anak sekarang lebih banyak mengabiskan waktu dengan bermain gadget daripada belajar dan membaca.

"Setelah rumah baca berdiri, buku-buku dibeli dari loak seharga Rp 250 ribu waktu itu bisa sampai 3 dus besar. Rumah baca ini gratis, saya hanya minta doanya saja untuk kesehatan dan bisa meneruskan mengelola rumah baca ini," ungkapnya.

Setelah semua orang tahu, rumah bacanya didatangi semua orang dari berbagai kalangan, mlai Paud, TK, RA, SD, SMP, SMA hingga mahasiswa dan juga masyarakat umum.

Ke depan, Rossy Nurhayati berharap anak-anak bisa gemar membaca, membudayakan membaca, karena dengan membaca akan mencerdaskan bangsa.

"Selama saya mampu akan terus berjuang agar anak-anak gemar membaca. Karena sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi banyak orang," pungkasnya. (*)

Sumber: Tribun Priangan
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved