Kerajinan Kulit Mokuzai Indonesia

Kisah Inspiratif, Mokuzai Indonesia Olah Limbah Kulit Asal Majalaya Bandung Tembus Pasar Luar Negeri

Di Kamar tidur milik Rukman Nurhakim (39) pemilik Mokuzai Indonesia, awal mula dirinya berkresi melalui kerajinan kulit dan kayu. 

Penulis: Nappisah | Editor: Dwi Yansetyo Nugroho
Dok. Mokuzai Indonesia
Gantungan kunci Mokuzai Indonesia, Karya Warga Asal Majalaya Tembus Pasa Luar Negeri 

Harga yang dibanderolnya pun bervarian, termurah dari produk gelang berkisar Rp 25 ribu sampai Rp 6 juta untuk produk bagpack. Warna yang tersedia pun beraneka ragam. 

Baca juga: Kembali Viral, Setelah Jamaah Dicampur dan Shaf Berjarak, Kini Adzan Ponpes Al-Zaytun Jadi Sorotan

Deden mengaku, menghasilkan produk dari limbah kulit yang disulapnya jadi sebuah karya. 

"Kalau kita engga kontrol, pola yang sudah dibuat ternyata kulitnya sobek," ujarnya.

Kendati demikian, ia masih mampu mrmbuat gantungan kunci dari sisa kulit. 

Baca juga: 40 Desa dan 9 Kecamatan di Kabupaten Pati Bakal Terlewati Mega Proyek Jalan Tol Demak-Tuban

"Bagi para produksi kalau kulitnya tidak bagus kan dibuang, pengrajin masih bisa mengolah bahan tersebut," katanya. 

Dalam sebulan, bapak dua orang anak ini mampu menghasilkan omzet Rp 25 sampai Rp 100 juta. 

Sebelum beralih menjadi pengrajin kulit, sejak 2013 ia terlebih dahulu menggunakan kayu sebagai bahan kerajinan. Namun, Deden mengalami kecelakaan kerja saat memotong pohon pinus. 

Baca juga: Kembali Viral, Setelah Jamaah Dicampur dan Shaf Berjarak, Kini Adzan Ponpes Al-Zaytun Jadi Sorotan

Pada tajun 2016 ia mulai mencetuskan nama Mokuzai serapan dari bahasa jepang yang memiliki arti kulit

Secercah harapanya untuk kembali menjadi seorang pengrajin. 

Perjuangan Deden memang tak mudah, saat merintis ia kerap berkeliling mengunjungi teman dengan bekal sample, bahan baku dan cutting mat yang ia simpan ditasnya. 

Baca juga: 40 Desa dan 9 Kecamatan di Kabupaten Pati Bakal Terlewati Mega Proyek Jalan Tol Demak-Tuban

Lambat laun, pada 2017 usaha yang dirintisnya berjalan stabil. 

Kecintaanya akan kulit dan kayu membuat Deden kembali mengeksplore bahan, dalam pencarianya menemukan bahan kulit yang cocok memang membutuhkan usaha. 

Ia berkelana ke Kota Garut sebagai sentra produksi kulit. Namun nihil yang didapatnya, Deden belum menemukan tempat pemasok yang cocok. 

Baca juga: UPDATE Libur Lebaran, Wisatawan Berjejalan di Pantai Barat Pangandaran, Capai 23.595 Pengunjung

"Kebanyakan disana untuk dijual ke brand besar, bahannya pun masih mentah, mungkin belum bertemu kecocokanya," katanya. 

Tak lama, ia kembali bertemu dengan partner kerja saat menjadi seorang pengrajin kayu

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved