Kerajinan Kulit Mokuzai Indonesia

Kisah Inspiratif, Mokuzai Indonesia Olah Limbah Kulit Asal Majalaya Bandung Tembus Pasar Luar Negeri

Di Kamar tidur milik Rukman Nurhakim (39) pemilik Mokuzai Indonesia, awal mula dirinya berkresi melalui kerajinan kulit dan kayu. 

Penulis: Nappisah | Editor: Dwi Yansetyo Nugroho
Dok. Mokuzai Indonesia
Gantungan kunci Mokuzai Indonesia, Karya Warga Asal Majalaya Tembus Pasa Luar Negeri 

Laporan Wartawan TribunPriangan.com, Nappisah


TRIBUNPRIANGAN.COM, BANDUNG - Di Kamar tidur milik Rukman Nurhakim (39) pemilik Mokuzai Indonesia, awal mula dirinya berkresi melalui kerajinan kulit dan kayu

Warga asal Kampung Kondang, RT 05 RW 10 Blok B, Desa Majalaya, Kecamatan Majalaya, Kabupaten Bandung di kawasan gang kecil tersebut mampu membuat karya hingga tembus pasar luar negeri. 

"Kali ketiganya ada repeat order dari Malaysia untuk marchindise, kalau pernjualan di lokal dari Sabang sampai Merauke," ujar Deden sapaan akrabnya, saat ditemui Tribunjabar.id, Sabtu (29/4/2023). 

Baca juga: UPDATE Libur Lebaran, Wisatawan Berjejalan di Pantai Barat Pangandaran, Capai 23.595 Pengunjung

Produk dari Mokuzai Indonesia dibuat secara custom yang diminta oleh para pembeli. 

Gantungan kunci, pocket card, name tag, gelang hingga bagpack dibuat dengan alat secara manual. 

Proses pembuatanya memang membutuhkan waktu, agar produk yang dihasilkan bisa menyaingi kompetitor. 

Baca juga: 40 Desa dan 9 Kecamatan di Kabupaten Pati Bakal Terlewati Mega Proyek Jalan Tol Demak-Tuban

Sabar dan tekun terus dilakoni Deden di ruangan 2,5 m x 1,8 m di depan rumahnya yang biasa ia sebut dengan workshop. 

Hasil karya dan beberapa piagam terpasang rapi di dinding tempatnya bekerja. 

Kulit dan kayu mendominasi ruangan tersebut, dari sanalah Deden mampu menghidupi istri serta kedua anak laki-lakinya. 

Baca juga: Kembali Viral, Setelah Jamaah Dicampur dan Shaf Berjarak, Kini Adzan Ponpes Al-Zaytun Jadi Sorotan

"Bukanya tidak mau membeli alat yang canggih, namun karena terbiasa menggunakan satu alat menjadi multifungsi," ujarnya. 

Deden kerap diragukan oleh kerabat yang berkunjung ke workshopnya dengan alat yang minim ia mampu menghasilkan handcraft. 

"Kebanyakan yang berkunjung ke workshop tak percaya, alat yang digunakan memang terbatas," ucapnya. 

Baca juga: UPDATE Libur Lebaran, Wisatawan Berjejalan di Pantai Barat Pangandaran, Capai 23.595 Pengunjung

Prinsip yang dipegang Deden, keterbatasan alat bukan jadi penghambat untuk menciptakan karya.

"Kekurangan tersebut harus ditutupi dengan upaya semaksimal mungkin," tegasnya. 

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved