Ramadan 2023

Tradisi Ngikis Sambut Ramadan 2023 di Situs Galuh Karangkamulyan Ciamis Kembali Digelar

Tradisi Ngikis Sambut Ramadan 2023 di Situs Galuh Karangkamulyan Ciamis Kembali Digelar

Tribun Jabar/Andri M Dani
Tradisi Ngikis dalam rangka menyambut bulan suci Ramadan 2023 di Situs Galuh Karangkamulyan 

TRIBUNPRIANGAN.COM, CIAMIS – Tradisi Ngikis atau ritual adat menyambut datangnya bulan suci Ramadan 2023 di Situs Galuh Karangkamulyan kembali digelar tahun ini.

Tradisi tersebut sempat terhenti selama masa pandemi Covid-19. Selama pandemi, tradisi adat Ngikis di Situs Karangkamulyan hanya dihadiri dan melibatkan kalangan internal situs peninggalan Kerajaan Galuh Purba, yang jumlahnya tidak sampai 10 orang.

Adapun tahun 2023 ini, tradisi Ngikis digelar secara meriah di situs yang berada di sisi jalan raya Ciamis-Banjar Dusun/Desa Karangkamulyaan Cijeungjing.

Baca juga: Rumah Seorang Janda di Panawangan Ciamis Ludes Dilalap si Jago Merah, Kerugian Capai Rp100 Juta

Dihadiri ratusan orang, tidak hanya warga setempat, tapi berbagai kewargian adat di Jawa Barat dan Banten juga hadir.

Para kucen, jupel, kabuyutan Galuh se-Ciamis, Banjar, Pangandaran dan Tasikmalaya yang tergabung dalam Galuh Sadulur hadir pada ritual ini.

Termasuk utusan dari Cirebon dan Majaleka maupun Sumedang. Belum lagi para pejabat dari dinas terkait dan aparat setempat.

Baca juga: Pemkab Ciamis akan Bagi-bagi Telur untuk Warga usai Terima Bantuan CSR 1 Ton Lebih Telur Ayam

Istimewanya, ritual Ngikis tahun ini dihadiri pegiat budaya dan seni dari Australia, Mr Laurence Erik.

Berlangsung sejak Kamis (16/3/2023) pagi, tradisi Ngikis diawali dengan prosesi arak-arakan jampena (dondang) dari pintu gerbang Situs Ciung Wanara Galuh Karangkamulyan menuju Petilasan Pangcalikan. Serta iring-iringan ibu-ibu yang membawa tumpeng dari RT masing-masing.

Ritual inti Ngikis diawali dengan tawasulan, berlanjut dengan pencampuran dari tujuh mata air. Kemudian dilanjutkan dengan penggantian pagar yang mengelilingi petilasan “Pangcalikan” (singasana peninggalan Raja Galuh Purba abad ke-7).

Tradisi Ngikis
Tradisi Ngikis dalam rangka menyambut bulan suci Ramadan 2023 di Situs Galuh Karangkamulyan

Prosesi penggantian pagar Pangcalikan tinidiawali oleh kuncen Situs Karangkamulyan, Distia kemudian berlanjut oleh para kabuyutan.

Usai penggantian pagar, acaranya berlanjut ke area parkir bagian depan Situs Galuh Karangkamulyan.

Di sana ada berbagai pertunjukan seni berupa penampilan silat, rampak gendang dari murid-murid SDN 2 Karangkamulyan. Kemudian berbagai sambutan.

Baca juga: Kisah Viral Ana Amalia, Wanita Asal Ciamis yang Nikah dengan Pria 36 Tahun Lebih Tua di Pangandaran

Tradisi Ngikis ditutup dengan makan bersama (munggahan). Ratusan warga makan bersama menyambut datangnya bulan suci Ramadan.

“Di Desa Karangkamulyan ini ada 37 RT. Tiap-tiap RT membuat nasi tumpeng dan dimakan bersama pada ritual Ngikis ini,” ujar Kades Karangkamulyan, Uus Uswandi Kamis (16/3).

Ritual Ngikis , menurut Kuwu Uus, makna harfiahnya adalah mengganti pagar. Memagar diri dari berbagai perbuatan jahat dan dosa, seperti iri, dengki, serakah, fitnah, hasut dan memagari diri dari berbagai hal yang bisa membatalkan puasa.

Baca juga: Mengenal Kolotik, Alat Musik Tradisional Baru dari Ciamis yang Punya Nada Khusus Sunda

“Tradisi ngikis juga berarti membersihkan diri, mensucikan diri menyambut datangnya bulan suci. Mengikis diri berbagai dosa-dosa, bersilaturahmi saling bermaafan,” ujar Kuwu Uus.

Meski prosesi Ngikis tahun 2023 ini mulai gebyar, tapi pelakanaan ritual Ngikis agak lebih sederhana.

Sedikit berbeda-beda dengan tradsi Ngikis tahun-tahun sebelumnya yang lebih meriah. Misalnya dengan adanya ritual perebut buah dan sayur-sayuran yang sangat ditunggu-tunggu sebagai wujud rasa syukur.

Baca juga: Ular Piton Sepanjang 2,5 Meter Berhasil Dievakuasi usai Mangsa Ayam Milik Warga Ciamis

Tahun ini tidak ada gunungan tinggi yang nerupakan susunan buah-buahan dan sayur-sayuran yang disusun menarik.

“Hal yang sangat ditunggu-tunggu warga saat tradisi Ngikis adalah, makan bersama (munggahan). Serta perebut gunungan buah-buahan dan sayur-sayuran,” ujar Ki Aif Syarifudin dari Kabuyutan Galuh Sadulur.

Ketika perebut buah-buahan dan sayur-sayuran ini warga rela berdesak-desakan bahkan berpanas-panas.

Baca juga: Tempat Wisata Astana Gede Kawali Ciamis, Situs Bersejarah yang Cocok Dijadikan Studi Pembelajaran

Apapun buah-buahan maupun sayuran yang didapat hasil dari perjuangan perebutan, menurut Ki Aif, umumnya dibawa pulang, sebagai berkah, oleh-oleh dari Ngikis.

“Mungkin atas berbagai pertimbangan, tradisi perebut buah pada Ngikis tahun ini ditiadakan,” katanya. (*)

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved