Kasus Pelecehan
Pernah Jadi Korban Pelecehan Seksual, Berikut Kumpulan Cerita WNI Perempuan saat Haji dan Umrah
Banyak korban pelecehan seksual di Tanah Suci disebut tidak pernah mendapat keadilan atas apa yang menimpa mereka.
Penulis: Luun Aulia Lisaholith | Editor: Dwi Yansetyo Nugroho
TRIBUNPRIANGAN.COM - Aksi pelecehan seksual selalu nyaris tak pernah luput dari berbagai ranah kehidupan, tak terkecuali di tempat-tempat yang notabennya khusus untuk beribadah bagi sebagian orang, tak terkecuali saat perjalaan haji maupun umroh.
Pelecehan seksual yang diduga dilakukan oleh seorang warga negara Indonesia (WNI) terhadap jemaah perempuan Lebanon di Mekkah turut menggemakan pengalaman traumatis serupa yang dialami sejumlah jemaah perempuan Indonesia saat menjalankan ibadah haji dan umrah.
WNI bernama Muhammad Said tersebut telah divonis dua tahun penjara oleh otoritas Arab Saudi, dimana vonis tersebut dianggap oleh cendekiawan Islam Lies Marcoes sebagai langkah yang “cukup baik”.
Baca juga: Persib Bandung Kudeta Persija Jakarta dari Puncak Klasemen, Teja Paku Alam Tampil Memukau
Namun, banyak korban pelecehan seksual di Tanah Suci disebut tidak pernah mendapat keadilan atas apa yang menimpa mereka.
Salah satu penyebabnya, kejadian pelecehan itu sering kali dianggap tidak mungkin terjadi karena berada di tempat suci atau dinilai sebagai karma atas perbuatan sendiri.
Baca juga: Tanggapi Usulan Biaya Haji yang Naik, Warga: Berat Banget, Ngumpulin buat DP Saja Susah
Lies Marcoes meminta Pemerintah Indonesia mengumpulkan data dan fakta yang dapat “membuka mata” soal betapa seriusnya isu ini, dan tidak boleh menolak realita mengenai kejahatan tersebut.
Ingatan Bella terpantik kembali ke tahun 2013 silam ketika dia dilecehkan oleh seorang jemaah laki-laki usai salat di Masjidil Haram, Mekkah.
Baca juga: Ramai soal Usulan Kenaikan Biaya Haji di Indonesia, Kemenag Buka Suara
Perempuan berusia 30 tahun itu mengaku geram membaca sebuah cuitan pembelaan dari akun yang mengaku sebagai keluarga dari Muhammad Said.
Kerabat Muhammad Said itu mencuit, “Logikanya jika beliau ingin melakukan hal itu, kenapa harus ke Tanah Suci sedangkan kami tahu di sana tempat beribadah”.
“Kalau ada yang bilang ‘ngapain juga di Tanah Suci melakukan pelecehan?', menurut saya pendapat itu nggak valid. Saya sendiri buktinya waktu di sana mengalami pelecehan,” kata Bella dikutip dari Kompas.com.
Baca juga: Saat Biaya Paket Haji Dunia Alami Penurunan, Biaya Haji Indonesia Kok Naik? Ini Ulasan Lengkapnya
Bella bukan satu-satunya WNI perempuan yang pernah jadi korban pelecehan seksual di Tanah Suci, sejumlah warganet pun turut membagikan pengalaman kelam mereka mengalami pelecehan seksual di Mekkah.
Namun dari munculnya pengakuan-pengakuan tersebut, Lies mengatakan belum ada yang bisa memastikan seberapa darurat sebenarnya pelecehan yang menimpa jemaah-jemaah perempuan, dan oleh sebab itu, ia mendesak pemerintah mengumpulkan fakta soal kasus dan pengalaman jemaah perempuan mengalami pelecehan seksual, sebagai acuan menyusun kebijakan yang tepat.
Pada 2018 lalu, tagar #MosqueMeToo menggemakan pelecehan seksual yang menimpa jemaah perempuan dari berbagai negara saat menunaikan ibadah haji di Mekkah.
Baca juga: Usulan Kenaikan Biaya Haji di Indonesia, Jokowi: Belum Final Sudah Ramai
Seorang perempuan asal Indonesia pun turut membagikan pengalaman buruknya terkait itu, namun sejak saat itu Lies menilai tidak banyak upaya yang dilakukan untuk mengatasi itu, terutama dari dalam negeri.
Sementara itu, Konsul Jenderal RI di Jeddah Eko Hartono mengakui bahwa mereka tidak memiliki data yang akurat soal pelecehan seksual yang terjadi sepanjang penyelenggaraan haji dan umrah.
"Data yang akurat memang sulit kita punya karena seringkali tidak ada laporan. Pihak wanita biasanya enggan atau takut melapor," kata Eko melalui pesan singkat.
Baca juga: Persib Bandung Kudeta Persija Jakarta dari Puncak Klasemen, Teja Paku Alam Tampil Memukau
Dianggap ganjaran atas perbuatan sendiri
Bella baru saja selesai salat di Masjidil Haram bersama ibunya ketika dia harus melalui kerumunan jemaah pada 2013 lalu.
“Di situ pasti ada kondisi di mana kita mau nggak mau berhimpit-himpitan sama orang. Tapi waktu itu saya berpikir nggak mungkin dong di Tanah Suci ada yang aneh-aneh,” ungkap Bella.
“Waktu itu saya juga sama keluarga saya, ditambah lagi di sana pakai abaya kan. Makanya waktu jalan itu saya kaget kok ada yang meremas bokong saya dan itu bukan sekadar kesenggol," tambahnya.
Baca juga: Persib Bandung Kudeta Persija Jakarta dari Puncak Klasemen, Teja Paku Alam Tampil Memukau
Bella sempat terdiam, mencoba memproses apa yang baru dia alami, dan sampai akhirnya dia berani bereaksi.
“Saya melihat ke belakang dan melotot ke orang itu, dan dia (pelaku) malah senyum, ketawa seolah-olah dia bangga melakukan itu,” tutur Bella yang mengaku sampai saat ini masih mengingat jelas wajah orang yang melecehkannya.
Baca juga: Melonjak Hingga Rp69 Juta, DPR - MUI Soroti Usulan Pemerintah soal Biaya Haji
Tetapi pada saat itu, Bella tidak menceritakan kejadian itu kepada siapapun karena khawatir apa yang dialaminya dianggap sebagai “ganjaran” atas apa yang dia perbuat.
“Karena waktu itu saya merasa kalau cerita atau lapor dilecehkan di Tanah Suci, malah dianggap ganjaran dan dituding ‘kamu buat dosa kali di Indonesia sampai kamu digituin sama orang’ atau keyakinan-keyakinan seperti itu,” beber Bella.
Tetapi Anggi tidak menceritakan kejadian itu kepada orang tuanya, dan ia juga tidak tahu kemana harus melaporkan pelecehan yang dia alami.
Sama seperti Bella, Anggi sempat khawatir bahwa pelecehan yang dia alami adalah “balasan atas apa yang dilakukan”.
Baca juga: Naik Drastis, Kemenag: Usulan Biaya Haji 2023 Rp 69 Juta Atas Pertimbangan Keadilan, Ini Rinciannya
Begitu kembali dan menceritakan pengalaman ini, Anggi pun mengaku mendapat cerita dari perempuan-perempuan lain yang mengalami pelecehan saat ibadah haji atau umrah.
“Itu bukan pengalaman yang jarang terjadi, banyak perempuan yang sebenarnya mengalami itu. Pemerintah harus mengakui bahwa ini masalah laten, hanya karena tidak ada yang melapor bukan berarti itu tidak terjadi,” ujar Anggi.
Beragam cerita soal pengalaman dilecehkan itu pula yang membuat Wita Adelina, 30, merasa was was ketika menjalani ibadah umrah pada 2019. Banyak hal yang diwanti-wanti oleh pemandu dari agen perjalanannya, khususnya kepada para jemaah perempuan.
Misalnya bahwa jemaah perempuan harus selalu didampingi oleh mahramnya setiap bepergian, atau ketika hendak naik taksi, pastikan laki-laki naik lebih dulu dari perempuan.
Baca juga: Usulan Baru Pemerintah Soal Biaya Haji 2023 Akan Naik Jadi Rp 69 Juta per Jemaah
“Entah itu semua valid atau enggak tapi yang jelas ada banyak wanti-wantinya, dan karena banyaknya wanti-wanti itu, jujur jadi parno dan saya mencegah bepergian sendirian,” kata Wita.
Bahkan ketika tawaf, yang selalu padat dan berdesak-desakan, mereka membuat semacam barikade dari sesama rombongan keberangkatan yang sama untuk menghindari terjadinya pelecehan.
Beragam cerita soal pengalaman dilecehkan itu pula yang membuat Wita Adelina, 30, merasa was was ketika menjalani ibadah umrah pada 2019.
Baca juga: Persib Bandung Kudeta Persija Jakarta dari Puncak Klasemen, Teja Paku Alam Tampil Memukau
Banyak hal yang diwanti-wanti oleh pemandu dari agen perjalanannya, khususnya kepada para jemaah perempuan, misalnya bahwa jemaah perempuan harus selalu didampingi oleh mahramnya setiap bepergian, atau ketika hendak naik taksi, pastikan laki-laki naik lebih dulu dari perempuan.
“Entah itu semua valid atau enggak tapi yang jelas ada banyak wanti-wantinya, dan karena banyaknya wanti-wanti itu, jujur jadi parno dan saya mencegah bepergian sendirian,” kata Wita.
Bahkan ketika tawaf, yang selalu padat dan berdesak-desakan, mereka membuat semacam barikade dari sesama rombongan keberangkatan yang sama untuk menghindari terjadinya pelecehan.
Baca juga: Persib Bandung Kudeta Persija Jakarta dari Puncak Klasemen, Teja Paku Alam Tampil Memukau
Data yang ada, kata dia, bisa menjadi basis pemerintah untuk menyusun standar operasional prosedur yang tepat sasaran maupun mendorong upaya pencegahan dan penanganan kekerasan seksual dengan pemerintah Arab Saudi.
“Kan repot kalau kita tidak punya data yang bisa diandalkan untuk meminta MoU atau apa pun. Kembali ke datanya dulu dan jangan anekdotal yang berbasis katanya, lalu baru ramai ketika ada persidangan seperti saat ini,” kata Lies.
Baca juga: Musim Haji 2023, Menag Pastikan Kuota Jamaah Akan Ditambah Bulan Depan
Prosedur yang dibentuk, bisa berupa menyediakan saluran pengaduan yang dapat melindungi dan berpihak pada korban, selain itu juga membekali para pemandu haji dan umrah dengan kemampuan menangani dan menghadapi laporan pelecehan seksual dari jemaah haji.
“Jangan dianggap itu sebagai problem personal. Jadi harus ada pengaduan itu lalu harus jelas bagaimana penanganannya kalau itu terjadi di Saudi,” ungkapnya.
Namun, Lies mengatakan salah satu kendala penanganan pelecehan seksual selama ini adalah anggapan bahwa pelecehan seksual terjadi sebagai ujian atau karma bagi korban, dimana stigma tersebut tak boleh dilanggengkan lagi.
Baca juga: Persib Bandung Kudeta Persija Jakarta dari Puncak Klasemen, Teja Paku Alam Tampil Memukau
Selain itu, SOP yang dibentuk juga tidak boleh meminggirkan perempuan dari hak-haknya untuk mendapatkan akses beribadah dan menjalankan ritual agama yang setara.
“Ini juga dalam hal kekerasan seksual jangan lalu ada satu ruang permakluman ‘oh itu karma buat perempuan itu mengalami pelecehan seksual’. Jangan masuk ke 'jebakan batman' itu," kata Lies.
"Perempuan berhak berdesakan, berhak bebas dari pelecehan seksual. Itu hanya bisa diupayakan dari pihak penyelenggara pelaksanaan haji, dalam hal ini Kementerian Agama,” tambahnya.
Dilansir dari Kompas.com, BBC News Indonesia telah menghubungi Kementerian Agama terkait kasus ini namun kewenangan untuk menjawab mereka alihkan kepada Konsulat Jenderal RI di Jeddah.
Baca juga: Persib Bandung Kudeta Persija Jakarta dari Puncak Klasemen, Teja Paku Alam Tampil Memukau
Sedangkan Konsul Jenderal RI di Jeddah, Eko Hartono, mengatakan jemaah yang mengalami pelecehan dapat melapor ke aparat setempat.
Laporan pelecehan seksual, kata Eko, akan ditangani sebagaimana delik aduan pada umumnya dan KJRI Jeddah berjanji akan memberi bantuan hukum serta pendampingan dalam hal ini.(*)
| Pemerintah Rencanakan Panggil Dubes Swedia-Belanda Buntut Pembakaran dan Perobekan Al Quran |
|
|---|
| Ramai soal Usulan Kenaikan Biaya Haji di Indonesia, Kemenag Buka Suara |
|
|---|
| Usulan Kenaikan Biaya Haji di Indonesia, Jokowi: Belum Final Sudah Ramai |
|
|---|
| Saat Biaya Paket Haji Dunia Alami Penurunan, Biaya Haji Indonesia Kok Naik? Ini Ulasan Lengkapnya |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/priangan/foto/bank/originals/Ilustrasi-pelecehan-SHUTTERSTOCK.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.