Harga Bahan Baku Melejit hingga 50 Persen, Pengrajin Bordir Tasikmalaya Menjerit dan Berguguran

Harga Bahan Baku Melejit hingga 50 Persen, Pengrajin Bordir Tasikmalaya Menjerit dan Berguguran

Penulis: Aldi M Perdana | Editor: Gelar Aldi Sugiara
TribunPriangan.com/Aldi M Perdana
Mesin bordir para pengrajin bordir di Tasikmalaya 

Pertemuan tersebut membahas terkait solusi atas permasalahan kenaikan harga bahan baku bordir berupa benang dan kain organdi di wilayah Tasikmalaya.

Harga bahan baku bordir dinilai menjadi penyebab 50 persen anggota Paguyuban Pengrajin Bordir Tasikmalaya terpaksa gulung tikar.

Baca juga: Fenomena La Nina, 22 Kecamatan di Kabupaten Tasikmalaya Berpotensi Banjir pada Januari 2023

“Justru itu saya heran, makanya saya nanya sama anggota Dewan di DPRD dan Dinas Perdagangan dan Industri (Disperindag), kenaikan harga bahan baku benang dan kain organdi ini kok sampai jauh banget,” terang Deden.

Pihaknya juga memohon supaya DPRD dan Disperindag Tasikmalaya untuk menelusuri penyebab kenaikan harga bahan baku benang dan kain organdi tersebut.

Pasalnya, sambung Deden, semua pengrajin bordir di Kabupaten Tasikmalaya mendapat bahan baku benang dan kain organdi itu dari toko supplier di Kota Tasikmalaya, yang menaikan harga tersebut.

mesin bordir2
Mesin bordir untuk pengrajin bordir di Tasikmalaya

Toko supplier itu, menurutnya, merupakan satu-satunya penyedia bahan baku benang dan kain organdi di Kabupaten-Kota Tasikmalaya.

Mendapati kenaikan harga bahan baku yang dinilai Deden tidak wajar, dirinya beserta para pengrajin bordir mencoba untuk membelinya langsung ke Bandung.

“Tapi, kami beli benang dan kain organdi langsung ke Bandung tidak bisa. Penjual bahan baku yang di Bandung tidak mau menjualnya ke kami tanpa alasan. Menolak untuk kami beli. Malah toko yang di Bandung, kami tetap disuruh membeli bahan baku di toko supplier yang di Kota Tasikmalaya itu,” ungkap Deden.

Baca juga: Ratusan Bencana Terjadi di Kabupaten Tasikmalaya Selama 2022, Kerugian Capai Rp11 Miliar Lebih

Maka dari itu, Deden berharap supaya pemerintah memperhatikan permasalahan ini.

Dia juga memohon supaya harga bahan baku benang dan kain organdi untuk kerajinan bordir ini kembali seperti semula, mengingat selain banyak pekerja yang kini kehilangan pekerjaannya.

Terlebih, pengrajin bordir yang kini sudah banyak berjatuhan dan gulung tikar.

“Bordir ini kan yang menjadi ikon Tasikmalaya. Bahkan, daerah saya ini (Kampung Sindang), mata pencahariannya dari bordir semua, ada tukang tempel, tukang solder, dan operator mesin, semua terpaksa berhenti bekerja dan jadi pada menganggur,” katanya.

Baca juga: 4 Kecamatan di Tasikmalaya yang Paling Banyak Terjadi Bencana Selama 2022

Sebelumnya diberitakan, para pengrajin bordir yang tergabung ke dalam Paguyuban Pengrajin Bordir Tasikmalaya telah menemui Komisi II DPRD Kabupaten Tasikmalaya pada Senin (26/12/2022) lalu.

Pertemuan tersebut membahas perihal keluhan mereka terkait dugaan adanya monopoli bahan baku bordir yang berimbas pada runtuhnya separuh pengusaha bordir di Kabupaten Tasikmalaya.

“Kalau di anggota Paguyuban Pengrajin Bordir Tasikmalaya sendiri, dari 100-an anggota, itu sudah hampir 50 persen yang gulung tikar,” ungkap Agus Husaeni selaku Ketua Paguyuban Pengrajin Bordir Tasikmalaya kepada TribunPriangan.com pada Selasa (27/12/2022) lalu.

Baca juga: Libur Akhir Tahun, Berikut 3 Rekomendasi Pusat Oleh-oleh saat Kamu Berlibur ke Tasikmalaya

Halaman
123
Sumber: Tribun Priangan
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved