Tafsir dan Terjemahan Ayat Al Quran

Arab dan Tafsir Surat An-Nisa Ayat 41-50: Keadilan dan Kesaksian Hari Akhir Bagi Pendusta Rasul

Arab dan Tafsir Surat An-Nisa Ayat 41-50: Keadilan dan Kesaksian Hari Akhir Bagi Pendusta Rasul

AI/Gemini.com
TAFSIR dan ASBABUN NUZUL -Arab dan Tafsir Surat An-Nisa Ayat 41-50: Keadilan dan Kesaksian Hari Akhir Bagi Pendusta Rasul. Ilustrasi Al-Quran. (Kolase TribunPriangan.com/ Lulu Aulia Lisaholith.) 

TRIBUNPRIANGAN.COM - Tribuners, QS An Nisa adalah surat keempat dalam Al-Quran, yang terdiri dari 176 ayat, dan merupakan surat Madaniyyah. 

surat ini dinamakan "An Nisa" yang artinya perempuan karena banyak membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan perempuan. 

QS An Nisa menjadi surat yang paling mendalam dalam pembahasannya terkait perempuan dibanding dengan surat-surat lainnya.

Melalui surat ini, Allah SWT membahas berbagai aspek yang berhubungan dengan perempuan, seperti hukum-hukum pernikahan, warisan, hak dan kewajiban dalam keluarga, perlindungan terhadap hak-hak perempuan, dan sebagainya. 

Selain itu, surat ini juga mengandung berbagai hukum sosial dan etika yang berlaku dalam masyarakat Muslim pada saat itu dan hingga kini.

Adapun, kali ini TribunPriangan akan membahas pada ayat pembuka yakni 41-50:

Baca juga: Arab dan Tafsir Surat An-Nisa Ayat 31-40: Larangan Iri pada Orang Lain, Pembagian Adil Harta Waris

Arab dan Tafsir Surat An-Nisa Ayat 41-50

Ayat 41

فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا مِن كُلِّ أُمَّةٍۭ بِشَهِيدٍ وَجِئْنَا بِكَ عَلَىٰ هَٰٓؤُلَآءِ شَهِيدًا

Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan seseorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu).

Tafsir:

(Maka bagaimanakah) keadaan orang-orang kafir nanti (jika Kami datangkan dari setiap umat seorang saksi) yakni nabi mereka masing-masing yang menyaksikan amal perbuatan mereka (dan Kami datangkan kamu) hai Muhammad (sebagai saksi atas mereka itu) yakni umatmu.

Ayat 42

يَوْمَئِذٍ يَوَدُّ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ وَعَصَوُا۟ ٱلرَّسُولَ لَوْ تُسَوَّىٰ بِهِمُ ٱلْأَرْضُ وَلَا يَكْتُمُونَ ٱللَّهَ حَدِيثًا

Di hari itu orang-orang kafir dan orang-orang yang mendurhakai rasul, ingin supaya mereka disamaratakan dengan tanah, dan mereka tidak dapat menyembunyikan (dari Allah) sesuatu kejadianpun.

Tafsir:

(Di hari itu) yakni hari kedatangannya (orang-orang kafir dan yang mendurhakai Rasul menginginkan agar) seandainya (mereka disamaratakan dengan tanah) tusawwaa dalam bentuk pasif dan ada pula yang membacanya dalam bentuk aktif dengan menghilangkan salah satu dari ta-nya pada asal lalu mengidgamkannya pada sin artinya dari tustawa sedangkan maksudnya ialah mereka ingin agar menjadi tanah karena mereka tercekam rasa takut yang hebat sebagaimana tersebut pada ayat lain, "Dan orang kafir berkata, 'Wahai kiranya nasib, kenapa daku tidak menjadi tanah saja!' (dan mereka tidak dapat menyembunyikan kepada Allah suatu peristiwa pun) mengenai apa yang mereka kerjakan." Tetapi pada kali yang lain mereka masih mencoba-coba juga untuk menyembunyikan sebagaimana tersebut dalam Alquran, "Dan mereka berkata, 'Demi Allah Tuhan kami, tidaklah kami mempersekutukan-Mu.'"

Baca juga: Arab dan Tafsir Surat An-Nisa Ayat 21-30: Wanita Haram Dinikahi, Larangan Pengambilan Mahar Kembali

Ayat 43

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَقْرَبُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَأَنتُمْ سُكَٰرَىٰ حَتَّىٰ تَعْلَمُوا۟ مَا تَقُولُونَ وَلَا جُنُبًا إِلَّا عَابِرِى سَبِيلٍ حَتَّىٰ تَغْتَسِلُوا۟ ۚ وَإِن كُنتُم مَّرْضَىٰٓ أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ أَوْ جَآءَ أَحَدٌ مِّنكُم مِّنَ ٱلْغَآئِطِ أَوْ لَٰمَسْتُمُ ٱلنِّسَآءَ فَلَمْ تَجِدُوا۟ مَآءً فَتَيَمَّمُوا۟ صَعِيدًا طَيِّبًا فَٱمْسَحُوا۟ بِوُجُوهِكُمْ وَأَيْدِيكُمْ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَفُوًّا غَفُورًا

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.

Tafsir:

(Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu dekati salat) artinya janganlah salat (sedangkan kamu dalam keadaan mabuk) disebabkan minum-minuman keras. Asbabun nuzulnya ialah orang-orang salat berjemaah dalam keadaan mabuk (sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan) artinya sadar dan sehat kembali (dan tidak pula dalam keadaan junub) disebabkan bersetubuh atau keluar mani. Ia manshub disebabkan menjadi hal dan dipakai baik buat tunggal maupun buat jamak (kecuali sekadar melewati jalan) artinya selagi musafir atau dalam perjalanan (hingga kamu mandi lebih dulu) barulah kamu boleh melakukan salat itu. Dikecualikannya musafir boleh melakukan salat itu ialah karena baginya ada hukum lain yang akan dibicarakan nanti. Dan ada pula yang mengatakan bahwa yang dimaksud ialah larangan terhadap mendekati tempat-tempat salat atau mesjid, kecuali sekadar melewatinya saja tanpa mendiaminya. (Dan jika kamu sakit) yakni mengidap penyakit yang bertambah parah jika kena air (atau dalam perjalanan) artinya dalam bepergian sedangkan kamu dalam keadaan junub atau berhadas besar (atau seseorang di antaramu datang dari tempat buang air) yakni tempat yang disediakan untuk buang hajat artinya ia berhadas (atau kamu telah menyentuh perempuan) menurut satu qiraat lamastum itu tanpa alif, dan keduanya yaitu baik pakai alif atau tidak, artinya ialah menyentuh yakni meraba dengan tangan. Hal ini dinyatakan oleh Ibnu Umar, juga merupakan pendapat Syafii. Dan dikaitkan dengannya meraba dengan kulit lainnya, sedangkan dari Ibnu Abbas diberitakan bahwa maksudnya ialah jimak atau bersetubuh (kemudian kamu tidak mendapat air) untuk bersuci buat salat yakni setelah berusaha menyelidiki dan mencari. Dan ini tentu mengenai selain orang yang dalam keadaan sakit (maka bertayamumlah kamu) artinya ambillah setelah masuknya waktu salat (tanah yang baik) maksudnya yang suci, lalu pukullah dengan telapak tanganmu dua kali pukulan (maka sapulah muka dan tanganmu) berikut dua sikumu. Mengenai masaha atau menyapu, maka kata-kata itu transitif dengan sendirinya atau dengan memakai huruf. (Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun).

Ayat 44

أَلَمْ تَرَ إِلَى ٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ نَصِيبًا مِّنَ ٱلْكِتَٰبِ يَشْتَرُونَ ٱلضَّلَٰلَةَ وَيُرِيدُونَ أَن تَضِلُّوا۟ ٱلسَّبِيلَ

Apakah kamu tidak melihat orang-orang yang telah diberi bahagian dari Al Kitab (Taurat)? Mereka membeli (memilih) kesesatan (dengan petunjuk) dan mereka bermaksud supaya kamu tersesat (menyimpang) dari jalan (yang benar).

Tafsir:

(Tidakkah kamu lihat orang-orang yang diberi bagian dari Alkitab) yakni orang-orang Yahudi (mereka membeli kesesatan) dengan petunjuk (dan menginginkan agar kamu sesat jalan) atau menempuh jalan yang tidak benar agar bernasib seperti mereka pula.

Baca juga: Arab, Latin, dan Tafsir Al-Quran Surah An-Nisa Ayat 11 - 20: Perlindungan Terhadap Perempuan

Ayat 45

وَٱللَّهُ أَعْلَمُ بِأَعْدَآئِكُمْ ۚ وَكَفَىٰ بِٱللَّهِ وَلِيًّا وَكَفَىٰ بِٱللَّهِ نَصِيرًا

Dan Allah lebih mengetahui (dari pada kamu) tentang musuh-musuhmu. Dan cukuplah Allah menjadi Pelindung (bagimu). Dan cukuplah Allah menjadi Penolong (bagimu).

Tafsir:

(Dan Allah lebih mengetahui tentang musuh-musuhmu) daripada kamu maka diberitakan-Nya kepada kamu keadaan mereka agar kamu tetap waspada (dan cukuplah Allah sebagai pelindung) atau pemeliharamu terhadap mereka (dan cukuplah Allah sebagai penolongmu) terhadap tipu daya mereka.

Ayat 46

مِّنَ ٱلَّذِينَ هَادُوا۟ يُحَرِّفُونَ ٱلْكَلِمَ عَن مَّوَاضِعِهِۦ وَيَقُولُونَ سَمِعْنَا وَعَصَيْنَا وَٱسْمَعْ غَيْرَ مُسْمَعٍ وَرَٰعِنَا لَيًّۢا بِأَلْسِنَتِهِمْ وَطَعْنًا فِى ٱلدِّينِ ۚ وَلَوْ أَنَّهُمْ قَالُوا۟ سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَٱسْمَعْ وَٱنظُرْنَا لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ وَأَقْوَمَ وَلَٰكِن لَّعَنَهُمُ ٱللَّهُ بِكُفْرِهِمْ فَلَا يُؤْمِنُونَ إِلَّا قَلِيلًا

Yaitu orang-orang Yahudi, mereka mengubah perkataan dari tempat-tempatnya. Mereka berkata: "Kami mendengar", tetapi kami tidak mau menurutinya. Dan (mereka mengatakan pula): "Dengarlah" sedang kamu sebenarnya tidak mendengar apa-apa. Dan (mereka mengatakan): "Raa'ina", dengan memutar-mutar lidahnya dan mencela agama. Sekiranya mereka mengatakan: "Kami mendengar dan menurut, dan dengarlah, dan perhatikanlah kami", tentulah itu lebih baik bagi mereka dan lebih tepat, akan tetapi Allah mengutuk mereka, karena kekafiran mereka. Mereka tidak beriman kecuali iman yang sangat tipis.

Tafsir:

(Di antara orang-orang Yahudi) ada suatu kaum (mereka mengubah perkataan-perkataan) yakni yang diturunkan Allah dalam Taurat berupa tanda-tanda dan sifat-sifat Nabi Muhammad saw. (dari tempat-tempatnya) semula (dan kata mereka) kepada Nabi saw. bila beliau menitahkan mereka mengerjakan sesuatu: ("Kami dengar) ucapanmu (dan kami langgar.") perintahmu (dan dengarlah padahal tidak ada yang akan didengar) menjadi hal yang berarti doa; artinya semoga saya tidak mendengarnya. (Dan) kata mereka pula kepadanya ("Ra`ina.") padahal mereka telah dilarang mengucapkannya karena dalam bahasa mereka kata-kata itu berarti makian (dengan memutar-mutar lidah mereka dan mencela) menjelekkan (agama) Islam. (Sekiranya mereka mengatakan, "Kami dengar dan kami turut) sebagai ganti dari 'kami langgar' (dan dengarlah) saja (dan perhatikanlah kami") yaitu unzhurnaa sebagai ganti dari raa`inaa (tentulah itu lebih baik bagi mereka) daripada apa yang mereka ucapkan tadi (dan lebih tepat) lebih adil daripadanya. (Akan tetapi Allah mengutuk mereka) artinya menjauhkan mereka dari rahmat-Nya (disebabkan kekafiran mereka sehingga mereka tidaklah beriman selain hanya segelintir saja) misalnya Abdullah bin Salam dan para sahabatnya.

Baca juga: Arab, Latin, dan Tafsir Al-Quran Surah An-Nisa Ayat 1-10: Perempuan, Mahar, dan Hak Warisan Wanita

Ayat 47

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْكِتَٰبَ ءَامِنُوا۟ بِمَا نَزَّلْنَا مُصَدِّقًا لِّمَا مَعَكُم مِّن قَبْلِ أَن نَّطْمِسَ وُجُوهًا فَنَرُدَّهَا عَلَىٰٓ أَدْبَارِهَآ أَوْ نَلْعَنَهُمْ كَمَا لَعَنَّآ أَصْحَٰبَ ٱلسَّبْتِ ۚ وَكَانَ أَمْرُ ٱللَّهِ مَفْعُولًا

Hai orang-orang yang telah diberi Al Kitab, berimanlah kamu kepada apa yang telah Kami turunkan (Al Quran) yang membenarkan Kitab yang ada pada kamu sebelum Kami mengubah muka(mu), lalu Kami putarkan ke belakang atau Kami kutuki mereka sebagaimana Kami telah mengutuki orang-orang (yang berbuat maksiat) pada hari Sabtu. Dan ketetapan Allah pasti berlaku.

Tafsir:

(Hai orang-orang yang diberi Alkitab! Berimanlah kamu kepada apa-apa yang telah Kami turunkan) berupa Alquran (yang membenarkan apa yang berada padamu) yakni Taurat (sebelum Kami mengubah mukamu) dengan membuang mata, hidung dan alis yang terdapat padanya (lalu Kami putarkan ke belakang) sehingga menjadi rata dengan tengkuknya (atau Kami kutuk mereka) dengan menjadikan mereka sebagai kera (sebagaimana Kami telah mengutuk) menyerapah (pendurhaka-pendurhaka di hari Sabtu) di antara mereka (dan urusan Allah) maksudnya ketetapan-Nya (pasti berlaku). Tatkala ayat ini turun, maka masuk Islamlah Abdullah bin Salam. Maka ada yang mengatakan bahwa ini merupakan ancaman dengan suatu syarat karena setelah sebagian mereka masuk Islam, maka hukuman itu dibatalkan. Dan ada pula yang mengatakan bahwa baik perubahan wajah dan penjelmaan menjadi kera itu akan dilakukan sebelum terjadinya kiamat.

Ayat 48

إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِۦ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَآءُ ۚ وَمَن يُشْرِكْ بِٱللَّهِ فَقَدِ ٱفْتَرَىٰٓ إِثْمًا عَظِيمًا

Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.

Tafsir:

(Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni bila Dia dipersekutukan) artinya tidak akan mengampuni dosa mempersekutukan-Nya (dan Dia akan mengampuni selain dari demikian) di antara dosa-dosa (bagi siapa yang dikehendaki-Nya) beroleh ampunan, sehingga dimasukkan-Nya ke dalam surga tanpa disentuh oleh siksa. Sebaliknya akan disiksa-Nya lebih dulu orang-orang mukmin yang dikehendaki-Nya karena dosa-dosa mereka, dan setelah itu barulah dimasukkan-Nya ke dalam surga. (Siapa mempersekutukan Allah, maka sesungguhnya ia telah berbuat dosa yang besar).

Baca juga: Arab, Latin, dan Tafsir Al-Quran Surah Ali Imran 191-200: Pahala Sama Bagi Laki-laki & Perempuan

Ayat 49

أَلَمْ تَرَ إِلَى ٱلَّذِينَ يُزَكُّونَ أَنفُسَهُم ۚ بَلِ ٱللَّهُ يُزَكِّى مَن يَشَآءُ وَلَا يُظْلَمُونَ فَتِيلًا

Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang menganggap dirinya bersih?. Sebenarnya Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya dan mereka tidak aniaya sedikitpun.

Tafsir:

(Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang membersih-bersihkan diri mereka itu) yakni orang-orang Yahudi yang mengatakan bahwa mereka itu anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya. Jadi persoalannya kebaikan itu bukanlah dengan membersih-bersihkan diri (tetapi Allah membersihkan) artinya menyucikan (siapa yang dikehendaki-Nya) dengan keimanan (sedangkan mereka tidak dianiaya) atau dikurangi amalan mereka (sedikit pun) walau sebesar kulit buah kurma sekalipun.

Ayat 50

ٱنظُرْ كَيْفَ يَفْتَرُونَ عَلَى ٱللَّهِ ٱلْكَذِبَ ۖ وَكَفَىٰ بِهِۦٓ إِثْمًا مُّبِينًا

Perhatikanlah, betapakah mereka mengada-adakan dusta terhadap Allah? Dan cukuplah perbuatan itu menjadi dosa yang nyata (bagi mereka).

Tafsir:

(Perhatikanlah) menunjukkan keheranan (betapa mereka mengada-adakan kedustaan terhadap Allah) mengenai hal itu (dan cukuplah itu menjadi dosa yang nyata) bagi mereka. Ayat ini diturunkan berkenaan dengan Kaab bin Asyraf dan lain-lainnya dari kalangan ulama Yahudi, yaitu ketika mereka tiba di Mekah dan menyaksikan orang-orang musyrikin yang terbunuh dalam perang Badar, maka mereka membakar kaum musyrikin untuk membalas dendam atas kekalahan ini dan memerangi Nabi saw.:

Baca juga: Arab, Latin, dan Tafsir Al-Quran Surah Ali Imran Ayat 181-190: Penolakan Yahudi pada Mukjizat Nabi

Asbabunnuzul Surah An-Nisa Ayat 41-50

Ayat ke-41 

Ayat ini berbicara tentang keadaan pada hari kiamat, ketika para rasul akan dijadikan saksi terhadap umat-umat mereka, dan Nabi Muhammad ﷺ akan menjadi saksi atas umatnya. Menurut sebagian ahli tafsir seperti Ibnu Abbas, ayat ini turun untuk mengingatkan kaum munafik dan ahli kitab yang selalu menolak ajaran Nabi, bahwa pada hari akhir nanti tidak ada lagi alasan atau pembelaan yang bisa menutupi kedustaan mereka. Nabi Muhammad ﷺ akan menjadi saksi atas siapa yang menerima dan siapa yang menolak risalahnya.

Ayat ke-42 

Ayat ini menegaskan bahwa pada hari itu, orang-orang kafir dan yang mendustakan rasul akan berharap ditelan bumi karena beratnya rasa malu dan takut terhadap azab. Menurut riwayat, ayat ini turun berkenaan dengan sebagian orang Yahudi dan munafik di Madinah yang sering berbuat aniaya dan menentang hukum Allah, tetapi masih menampakkan diri seolah-olah beriman. Maka Allah menggambarkan penyesalan mereka kelak di hari kiamat ketika tidak ada lagi tempat bersembunyi.

Ayat 43 

Ayat ini tidak termasuk dalam kelompok ini (karena membahas wudhu dan shalat), maka pembahasan asbabun nuzul berlanjut pada ayat 44 dan seterusnya yang masih satu konteks dengan ayat sebelumnya.

Ayat 44 

Ayat ini turun tentang sekelompok orang Yahudi di Madinah yang suka memperolok Al-Qur’an dan menyelewengkan makna kitab Taurat. Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, mereka mengubah kata-kata dalam Taurat dan menyebut ayat-ayat Al-Qur’an dengan ejekan, seolah-olah mereka mengetahui lebih baik. Allah menegur mereka dengan firman-Nya: “Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang telah diberi bagian dari Kitab (Taurat)? Mereka membeli kesesatan dan bermaksud supaya kamu pun tersesat dari jalan yang benar.”

Ayat 45 

Ayat ini turun untuk menenangkan hati Rasulullah ﷺ dan kaum Muslimin. Allah menjelaskan bahwa Dia lebih mengetahui siapa yang berhak mendapat petunjuk dan siapa yang sesat. Menurut tafsir al-Tabari, ayat ini turun untuk menghibur Nabi karena ejekan orang Yahudi yang sering mempermainkan hukum dan menyembunyikan kebenaran.

Baca juga: Arab, Latin, & Tafsir Surah Ali Imran Ayat 171-180: Pahala Besar Bagi yang Tetap Sabar dan Berjuang

Ayat 46 

Ayat ini menyinggung tentang kebiasaan orang Yahudi yang memutarbalikkan kata-kata dan mengganti makna ayat Taurat. Menurut riwayat dari al-Bukhari dan Ibnu Abbas, beberapa orang Yahudi datang kepada Nabi ﷺ dan mengucapkan salam dengan kata “As-sām ‘alaika” (kematian atasmu) sambil berpura-pura berkata “As-salāmu ‘alaika”. Nabi membalas dengan sabar, tetapi Aisyah marah dan membalas kata mereka. Maka turunlah ayat ini untuk menjelaskan sifat orang-orang yang suka mengubah ucapan dan mempermainkan agama, serta mengingatkan agar kaum Muslimin berhati-hati terhadap tipu daya mereka.

Ayat 47 

Ayat ini turun sebagai peringatan kepada Ahli Kitab, khususnya orang Yahudi yang mengenal sifat-sifat Nabi Muhammad ﷺ dari Taurat, tetapi tetap menolak beriman. Menurut riwayat Ibnu Abbas dan Mujahid, ayat ini turun karena mereka mengetahui kebenaran Nabi, namun menutupinya karena iri dan takut kehilangan kedudukan. Allah memperingatkan mereka agar beriman sebelum Allah menghapus wajah mereka, yakni sebagai ancaman akan datangnya kehinaan dan azab.

Ayat 48 

Ayat ini turun menegaskan prinsip pokok akidah bahwa Allah tidak akan mengampuni dosa syirik kecuali jika pelakunya bertobat, sedangkan dosa selain itu dapat diampuni sesuai kehendak-Nya. Menurut riwayat dari Qatadah, ayat ini diturunkan untuk menjawab pertanyaan kaum Muslimin tentang keadaan orang-orang yang berbuat syirik namun mengaku menyembah Allah. Maka Allah menegaskan bahwa syirik adalah dosa terbesar, sedangkan dosa lainnya masih terbuka peluang untuk diampuni.

Ayat 49 dan 50 

Ayat ini merupakan kecaman lanjutan terhadap orang-orang Yahudi yang menganggap diri mereka suci dan tidak berdosa. Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, mereka berkata kepada kaum Muslimin: “Kami adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya.” Maka Allah menurunkan ayat ini untuk menegur kesombongan mereka, menegaskan bahwa Allah-lah yang mengetahui siapa yang benar-benar suci, bukan karena keturunan atau bangsa. Allah kemudian menyebutkan bahwa sebagian dari mereka telah menyandarkan kebohongan kepada Allah dan dengan demikian melakukan dosa besar.

(*)

Baca artikel TribunPriangan.com lainnya di Google News

Sumber: Tribun Priangan
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved