Naskah Khutbah Jumat
Naskah Teks Khutbah Jumat 12 September 2025: Raih Surga dengan Akhlak Mulia
Berikut disajikan Naskah Teks Khutbah Jumat 12 September 2025: Raih Surga dengan Akhlak Mulia
Penulis: Lulu Aulia Lisaholith | Editor: Dedy Herdiana
TRIBUNPRIANGAN.COM - Berikut disajikan Naskah Teks Khutbah Jumat 12 September 2025: Raih Surga dengan Akhlak Mulia.
Hari Jumat merupakan Sayyidul Ayyam atau Penghulunya Hari bagi umat muslim diseantero dunia, yang diyakini sebagai hari penuh keberkahan.
Pasalnya dalam hari tersebut pun setiap muslim yang balig diwajibkan untuk mengerjakan shalat Jumat, yang menjadi salah satu penanda perayaan hari raya kecil atau hari raya mingguan bagi umat muslim.
Adapun beberapa syarat berlaku dalam pelaksanaan salat Jumat, di antaranya adalah melangsungkan Khutbah sebagai rukun dalam salat Jumat.
Dalam bekhutbah sang khotib menerangkan perihal ketaatan kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى.
Terdapat berbagai macam tema dalam menyampaikan Khutbah Jumat, tapi kali ini Tribun Priangan akan mengulas salah satu diantanranya, dengan judul Raih Surga dengan Akhlak Mulia.
Baca juga: Naskah Singkat Khutbah Jumat 12 September 2025: Menata Niat Agar Ibadah Menjadi Nikmat
Khutbah I
اَلْحَمْدُ للهِ الْمَوْجُوْدِ أَزَلًا وَأَبَدًا بِلَا مَكَانٍ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ الْأَتَمَّانِ الْأَكْمَلَانِ، عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ، أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ.
أَمَّا بَعْدُ، فَإِنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْقَدِيْرِ الْقَائِلِ فِيْ مُحْكَمِ كِتَابِهِ: وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ، الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ (آل عمران: ١٣٣-١٣٤)
Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,
Dari atas mimbar khatib berwasiat kepada kita semua, terutama kepada diri khatib pribadi, untuk senantiasa berusaha meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kepada Allah subhanahu wa ta'ala dengan cara melaksanakan semua kewajiban dan menjauhkan diri dari seluruh yang diharamkan.
Baca juga: Teks Sunda Khutbah Jumat 5 September 2025: Rasulullah Parantos Masihan Conto Dina Sagala Widang
Kaum Muslimin rahimakumullah,
Dalam kesempatan khutbah pada siang hari ini, khatib akan menyampaikan khutbah dengan tema: "Raih Surga dengan Akhlak Mulia".
Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,
Kemuliaan akhlak adalah salah satu sifat para nabi, para wali, dan orang-orang shalih. Dengan kemuliaan akhlak, keluhuran derajat diperoleh dan surga tertinggi diraih. Allah subhanahu wa ta'ala memuji Baginda Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai insan yang berakhlak agung dalam firman-Nya:
وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ (القلم: ٤)
Maknanya: "Sesungguhnya engkau wahai Muhammad benar-benar berakhlak yang agung" (QS al-Qalam: 4).
Baca juga: Naskah Khutbah Jumat 5 September 2025: Mencintai dan Dicintai Rasulullah
Dalam sebuah hadits, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjelaskan balasan bagi orang yang berakhlak mulia kelak di kehidupan akhirat dalam sabdanya:
أَنَا زَعِيمٌ بِبَيْتٍ فِي رَبَضِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَإِنْ كَانَ مُحِقًّا، وَبِبَيْتٍ فِي وَسَطِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْكَذِبَ وَإِنْ كَانَ مَازِحًا وَبِبَيْتٍ فِي أَعْلَى الْجَنَّةِ لِمَنْ حَسَّنَ خُلُقَهُ (رَوَاهُ أَبُو داودَ)
Maknanya: "Aku adalah penjamin istana di surga bagian bawah bagi orang yang meninggalkan perdebatan (yang tidak ada manfaatnya) meskipun ia benar, dan dengan istana di tengah surga bagi orang yang meninggalkan dusta meskipun ia bercanda, serta istana di surga yang paling tinggi bagi orang yang berakhlak mulia" (HR Abu Dawud).
Hadirin jamaah shalat Jumat yang berbahagia,
Akhlak mulia mengandung tiga makna sekaligus yang tidak terpisahkan satu sama lain. Pertama, berbuat baik kepada semua orang, kepada siapa pun tanpa pandang bulu, tanpa berharap balasan dan imbalan apa pun dari orang yang kita perlakukan dengan baik. Kita berbuat baik kepada seseorang bukan dengan niat supaya orang itu membalas kebaikan kita. Atau dengan niat agar orang itu juga memperlakukan kita dengan baik. Tidak. Kita berbuat baik kepada orang lain semata-mata dilandasi niat ingin menjalankan perintah Allah dan Rasul-Nya. Berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepada kita, ini hal biasa. Hampir semua orang mampu melakukannya. Akan tetapi berbuat baik kepada orang yang berbuat buruk kepada kita, ini baru luar biasa. Sangat sedikit yang mampu melakukannya. Dan inilah yang disebut dengan kemuliaan akhlak.
Kedua, bersabar atas perlakukan buruk orang lain.
Ketiga, menahan diri untuk tidak berbuat buruk kepada orang lain.
Baca juga: Naskah Singkat Khutbah Jumat 5 September 2025: Moralitas dalam Maulid Nabi Muhammad SAW
Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah,
Akhlak yang mulia adalah sebab tersebarnya kasih sayang dan saling cinta di kalangan masyarakat. Sebaliknya akhlak yang buruk biasanya melahirkan saling benci, saling hasud, dan saling dengki.
Marilah kita teladani apa yang dilakukan Baginda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam terhadap seorang rabi (pendeta agama Yahudi).
Rabi itu bernama Zaid bin Sa'yah, atau lebih populer dengan panggilan Zaid bin Sa'nah. Ia pernah membaca di sebuah kitab kuno bahwa Nabi akhir zaman salah satu cirinya adalah perlakuan seburuk apa pun terhadapnya tidak akan menambahkan kepadanya kecuali sikap santun dan sabar. Zaid kemudian ingin menguji apakah sifat itu ada pada diri Muhammad. Ia lalu memberi utang Nabi dengan utang yang disepakati temponya. Tiga hari sebelum jatuh tempo, Zaid mendatangi Nabi untuk menagih utang dengan kata-kata kasar yang memancing kemarahan Umar bin Khattab. Umar yang kala itu berada di dekat Nabi hampir saja mencelakai Zaid dan membunuhnya. Rasulullah dengan sabar dan santun spontan mencegah apa yang ingin dilakukan oleh Umar. Melihat hal itu, Zaid langsung mengucapkan dua kalimat syahadat dan masuk Islam. Masyaallah! Demikianlah yang terjadi jika seorang pendakwah berakhlak mulia. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam adalah teladan yang sempurna bagi siapa pun yang ingin terjun berdakwah di tengah-tengah masyarakat.
Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,
Akhlak yang mulia juga ditunjukkan oleh salah seorang cicit Baginda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, Imam Ali bin Husain bin Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhum yang berjuluk as-Sajjad Zainal 'Abidin. Suatu ketika beliau berwudhu dengan dibantu oleh salah seorang budak perempuannya. Sang budak memegang sebuah teko (cerek) yang berisi air dan dituangkan sedikit demi sedikit untuk diambil Imam Zainal Abidin dan dibasuhkan ke anggota-anggota wudhu. Tiba-tiba teko itu lepas dari genggaman sang budak dan jatuh mengenai kepala Imam Zainal Abidin. Seketika kepala beliau luka dan mengucurkan darah. Budak perempuan itu gemetar badannya dan sangat takut. Lantas sang budak berkata: wahai tuanku,
وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ
"(Orang-orang yang bertakwa adalah) mereka yang mampu menahan amarah"
Baca juga: Naskah Singkat Khutbah Jumat 5 September 2025: Kepemimpinan Nabi Muhammad Menjadi Teladan
Sang Imam berkata: "Aku telah menahan amarahku"
Budak itu melanjutkan potongan ayat berikutnya:
وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ
"(Orang-orang yang bertakwa juga adalah) mereka yang memaafkan kesalahan orang lain"
Imam Zainal Abidin berkata: "Aku telah memaafkanmu, silakan pergi, engkau sekarang aku merdekakan karena Allah ta'ala."
Hadirin rahimakumullah,
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ كَظَمَ غَيْظًا، وَهُوَ قَادِرٌ عَلَى أَنْ يُنفِذَهُ، دَعَاهُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى رُؤُوْسِ الْخَلَائقِ يَوْمَ القِيَامَةِ، حَتَّى يُخيِّرَهُ مِنْ أَيِّ الحُورِ شَاءَ (رواه أبو داود والترمذي وقال حديث حسن)
Maknanya: "Siapa yang menahan amarah padahal ia mampu melampiaskannya, maka Allah akan memanggilnya di hadapan para makhluk pada hari kiamat hingga ia dipersilakan memilih bidadari mana yang ia kehendaki" (HR Abu Dawud dan at-Tirmidzi, dan ia berkata: Ini hadits hasan)
Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,
Untuk mencapai derajat sebagai orang yang berakhlak mulia dibutuhkan perjuangan yang berat dan terus menerus melawan hawa nafsu. Ditambah lagi dengan perjuangan yang berat dan tiada henti melawan godaan setan. Oleh karena itulah, seseorang yang berakhlak mulia disejajarkan derajatnya oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dengan orang yang selalu menghidupkan malam dengan shalat-shalat malam dan berpuasa penuh sepanjang tahun kecuali lima hari yang diharamkan. Baginda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menegaskan:
إِنَّ الْمُؤْمِنَ لَيُدْرِكُ بِحُسْنِ خُلُقِهِ دَرَجَةَ الصَّائِمِ الْقَائِمِ (رواه أبو داود)
Maknanya: "Sungguh, dengan kemuliaan akhlak, seorang Mukmin akan mencapai derajat orang yang berpuasa sepanjang tahun (kecuali lima hari yang diharamkan) dan mendirikan shalat malam sepanjang tahun" (HR Abu Dawud).
Bahkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menggolongkan kemuliaan akhlak sebagai tanda kesempurnaan iman dalam sabdanya:
أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا (رواه الترمذي)
Maknanya: "Seorang Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling mulia akhlaknya" (HR At-Tirmidzi).
Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,
Demikian khutbah singkat pada siang hari yang penuh keberkahan ini. Semoga bermanfaat dan membawa barakah bagi kita semua. Amin.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِالْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُأَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌعِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
(*)
Baca artikel TribunPriangan.com lainnya di Google News
Naskah Khutbah Jumat September
Khutbah Jumat Rabiul Awal
Naskah Khutbah Jumat Hari Ini
Naskah Khutbah Jumat
Teks Khutbah Jumat
Contoh Teks Khutbah Jumat
khutbah Jumat
Naskah Khutbah Jumat 12 September 2025: Pintu Kejahatan Bersumber dari Miras |
![]() |
---|
Teks Sunda Khutbah Jumat 5 September 2025: Rasulullah Parantos Masihan Conto Dina Sagala Widang |
![]() |
---|
Naskah Khutbah Jumat 5 September 2025: Mencintai dan Dicintai Rasulullah |
![]() |
---|
Naskah Singkat Khutbah Jumat 5 September 2025: Kepemimpinan Nabi Muhammad Menjadi Teladan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.