Misteri Batu yang diduga Prasasti Cikapundung Bandung Terkuak, Ini Penjelasan Ahli

Misteri sebuah batu yang diduga Prasasti Cikapundung di Kampung Cimaung, RT 07/07, Kelurahan Tamansari, Kecamatan Bandung

Editor: ferri amiril
tribunpriangan.com/hilman
MISTERI - Misteri sebuah batu yang diduga Prasasti Cikapundung di Kampung Cimaung, RT 07/07, Kelurahan Tamansari, Kecamatan Bandung 

Laporan Wartawan TribunPriangan.com, Hilman Kamaludin

TRIBUNPRIANGAN.COM, BANDUNG - Misteri sebuah batu yang diduga Prasasti Cikapundung di Kampung Cimaung, RT 07/07, Kelurahan Tamansari, Kecamatan Bandung Wetan, Kota Bandung, akhirnya menemui titik terang.

Pasalnya, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Bandung sudah melakukan ekskavasi bersama tim arkeolog, epigraf, konservator, dan antropolog, bahkan peneliti juga sudah menyimpulkan terkait misteri batu tersebut.

Kepala Disbudpar Kota Bandung, Adi Junjunan Mustafa mengatakan, dari hasil ekskavasi dan penelitian itu, tidak ditemukan stratigrafi atau artefak kuno yang mendukung klaim sejarah prasasti, bahkan pada batu tersebut juga sudah ada modifikasi modern.

"Kesimpulan sementara berdasarkan bukti arkeologis, epigrafis dan klaim modern, objek yang dikenal sebagai prasasti Cikapundung Tamansari itu, belum dapat dipastikan sebagai prasasti historis peninggalan masa kino," ujar Adi Junjunan, Minggu (16/11/2025).

Kesimpulan tersebut, kata dia, bisa dikeluarkan karena pihaknya sudah melakukan ekskavasi dan analisa terhadap prasasti Cikapundung Tamansari. Tujuannya, untuk menyelamatkan dan mengkaji ontensitas dari batu tersebut.

"Temuan utamanya sih dari ekskavasi arkeologi digali metode lap ini, menunjukkan batu itu dikelilingi tanah adukan, kemudian ada sampah modern, sampah plastik, dan lain-lain. Jadi, kalau kepastian sampai dengan 100 persen dia prasasti kuno, belum kita pastikan ya," katanya.

Meski batu tersebut belum bisa dipastikan prasasti, Adi memastikan bahwa objek ini tetap memiliki nilai budaya, dan sosial yang penting sebagai bagian dari memori kolektif dan identitas lokal karena jadi contoh warisan budaya yang diperebutkan atau konsestik heritage.

"Jadi kalau secara populer, memang bukti kuatnya tuh belum dapat bahwa itu betul-betul peninggalan masa kuno. Tapi tetap saja itu punya nilai budaya, sosial serta ada sejarah yang menunjukan ada tapak-tapak masa lalu," ucap Adi.

Mengingat batu itu warisan yang diperebutkan, kata Adi, maka secara kajian masih tetap terbuka. Sehingga pihaknya berencana akan mengadakan seminar untuk mengupas soal batu tersebut.

"Kajian itu kan baru secara umum ya, nanti dipertemuan itu ada para pakar yang langsung bisa memberikan pandangan dari hasil-hasil penelitian yang kita dapat," ujarnya.

Atas hal tersebut, pihaknya tetap akan membiarkan batu itu di lokasi semula karena untuk memindahkan batu yang sebesar dan seberat itu dengan kondisi permukiman padat, tentunya tidak sederhana dan butuh alat untuk mengangkutnya.

Adi mengatakan, lokasi batu itu berada di jalan yang menurun, gang sempit, dan berada permukiman padat penduduk lain-lain. Sehingga, pihaknya akan memikirkan langkah selanjutnya jika batu itu memiliki nilai tinggi.

"Kita akan usahakan bagaimana caranya, sementara karena masih memungkinkan untuk dikaji, tentu kita lindungi ya biar jangan makin hilang jejaknya. Saya pernah kesana juga, ini ternyata tipis dan itu harus ada teknologi tertentu agar timbul bisa terbaca," kata Adi.(*)

Sumber: Tribun Priangan
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved