Kota Tasik Tanggap Darurat Bencana
BPBD Kota Tasikmalaya Tetapkan Status Bencana Hidrometeorologi, Apa Itu dan Bagaimana Antisipasinya?
Kota Tasikmalaya Ditetapkan Status Bencana Hidrometeorologi 5 Hari Kedepan, Apa Itu dan Bagaimana Antisipasinya?
Penulis: Lulu Aulia Lisaholith | Editor: Machmud Mubarok
Lantas apa yang dimaksud dengan Status Bencana Hidrmetereologi, dan bagaiman cara masyarakat menanggapinya?
Baca juga: Akses Jalan Desa di Puspahiang Tasikmalaya Terputus Longsor, Tanah Masih Bergerak
Status Bencana Hidrmetereologi
Mengutip laman resmi Badan Nasional Penanggulangan Bencana, status darurat bencana adalah suatu keadaan darurat bencana yang ditetapkan oleh pemerintah ataupun pemerintah daerah untuk jangka waktu tertentu atas dasar rekomendasi badan yang menyelenggarakan urusan di bidang penanggulangan bencana dan dapat dimulai sejak status siaga darurat, tanggap darurat, dan transisi darurat ke pemulihan.
Mengenai, bencana hidrometeorologi sendiri adalah bencana yang diakibatkan oleh aktivitas cuaca seperti siklus hidrologi, curah hujan, temperatur, angin dan kelembapan.
Bentuk bencana hidrometeorologi berupa kekeringan, banjir, badai, kebakaran hutan, longsor, angin puyuh, gelombang dingin, hingga gelombang panas.
Penyebab bencana hidrometeorologi adalah perubahan iklim dan cuaca ekstrem.
Indonesia sering mengalami erubahan cuaca dan iklim secara mendadak dan ekstrem yang berujung pada bencana hidrometeorologi, seperti kemarau panjang menyebabkan kekeringan, hingga hujan lebat dalam periode lama yang bisa menyebabkan bencana banjir dan tanah longsor.
Bencana yang disebabkan oleh hidrometeorologi di Indonesia pun, dipengaruhi oleh fenomena La Nina dan El Nino, yakni terhadap kekeringan di Indonesia karena dengan adanya angin ini curah hujan di sekitar indonesia menjadi berkurang dan terkadang menyebabkan kekeringan panjang.
Sebaliknya, La Nina yang berpengaruh terhadap curah hujan tinggi di Indonesia dan menyebabkan kota, daerah yang tidak memiliki resapan yang bagus akan terkena banjir.
BMKG mencatat La Nina bisa mengakibatkan cuaca ekstrem karena bersamaan dengan gelombang MJO (Madden Julian Oscillation), yang berpeluang terjadi di periode awal musim hujan Indonesia.
Alhasil, La Nina bisa meningkatkan jumlah curah hujan di sebagian besar wilayah, yang mewakili periode suhu permukaan laut di bawah rata-rata di Pasifik Khatulistiwa timur-tengah.
Hasil analisis kondisi dinamika atmosfer kerap menunjukkan keberadaan aktivitas MJO di atas wilayah Indonesia, termasuk periode bulan November.
Aktivitas MJO membentuk kluster atau kumpulan awan berpotensi hujan, pada saat yang bersamaan ini dapat berkontribusi signifikan terhadap pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia.
MJO di Indonesia terjadi akibat interaksi antara laut dan atmosfer di Samudra Pasifik dan Samudra Hindia yang mengapit Indonesia, yang berdampak pada peningkatan curah hujan disertai angin kencang dan petir.
Baca juga: Bencana Hidrometeorologi di Tasikmalaya Mulai Dipetakan, Wilayah Ini Berpotensi Banjir dan Longsor
Cara Masyarakat Menanggapi Status Bencana Hidrmetereologi
Berikut ini beberapa upaya mitigasi bencana hidrometeorologi secara umum, dari laman resmi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dari beberapa daerah:
- Senantiasa menjaga kebersihan lingkungan sekitar tempat tinggal, seperti tidak membuang sampah sembarangan.
- Mencari tahu dan memahami tentang potensi bencana hidrometeorologi di lingkungan sekitar tempat tinggal.
- Melakukan mitigasi struktural, seperti pengerukan atau normalisasi sungai, rehabilitasi embung dan pembuatan sumur resapan.
- Mitigasi non-struktural, seperti penyuluhan sosialisasi kepada masyarakat, pelatihan untuk aparatur dan relawan untuk simulasi evakuasi mandiri.
- Aktivasi posko siaga darurat bencana di tingkat kabupaten, kecamatan, desa/kelurahan, terutama di daerah yang rawan bencana.
- Pantau informasi prakiraan cuaca dan diseminasi peringatan dini bencana hidrometeorologi.
- Kesiapsiagaan personil, logistik dan peralatan.
- Siapkan jalur-jalur evakuasi dan tempat pengungsian serta pemasangan rambu evakuasi sebagai tanda bahaya di desa rawan bencana.
- Membuat susunan rencana kontijensi per jenis dan ideologi bencana.
- Melakukan gladi dan simulasi tanggap darurat bencana hidrometeorologi.
- Melakukan patroli sungai, tebing, tanggul dan saluran-saluran air lainnya.
- Melakukan operasi Tanggap Darurat Bencana (TDB) pada saat terjadi bencana hidrometeorologi.
- Kaji cepat/assessment kebutuhan Tanggap Darurat Bencana (TDB).
- Operasi Pencarian dan pertolongan) dan evakuasi.
- Perlindungan kelompok rentan.
- Pemenuhan kebutuhan dasar.
- Rehabilitasi darurat sarana dan prasarana vital.
- Siapkan upaya rehabilitasi dan rekonstruksi pasca-bencana.
- Memperhatikan saran dan himbauan dari saluran resmi pemerintah.
- Segera koordinasi dengan pihak terkait penanganan bencana hidrometeorologi.
(*)
Baca artikel TribunPriangan.com lainnya di Google News
Kota Tasik Tanggap Darurat Bencana
Kota Tasikmalaya
Tasikmalaya
BNPB
Status Bencana
Status Bencana Hidrometeorologi
Hidrometeorologi
Bencana Hidrometeorologi
BPBD Kota Tasikmalaya
| Akses Jalan Desa di Puspahiang Tasikmalaya Terputus Longsor, Tanah Masih Bergerak |
|
|---|
| Status Tanggap Darurat, DLH Kota Tasikmalaya Cek Kondisi Pohon Hingga Tumpukan Sampah Liar |
|
|---|
| Forkopimda Ciamis Perkuat Sinergi Hadapi Ancaman Bencana Hidrometeorologi |
|
|---|
| Forum Penyelamat Hutan Jawa Ultimatum Pemerintah Soal Bencana Hidrometeorologi di Jabar |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/priangan/foto/bank/originals/cuaca-hujan.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.