Kedatangan Listrik di Desa Pasirkiamis Garut Diabadikan dengan Nama Me'en

Bagi warga di Kampung Pasirkiamis, Desa Pasirkiamis, Kabupaten Garut, Jawa Barat datangnya listrik bukan sekadar kisah

Penulis: Sidqi Al Ghifari | Editor: ferri amiril
tribunpriangan.com/sidqi al ghifari
SEBUAH NAMA - Me'en atau Rahmat Abdul Hidayat sebuah nama untuk mengenang hadirnya listrik di Kampung Pasirkiamis, Desa Pasirkiamis, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Ia didampingi sang ibu (kanan) saat dikunjungi Tribun, Selasa (21/10/2025) 

Kelahirannya ikut dirayakan, bersama datangnya cahaya yang kelak akan merubah kehidupan banyak orang, termasuk bagi kedaulatan bangsanya sendiri.

"Dalam hidup saya, saya sangat bersyukur dilahirkan, bisa selamat hingga dibesarkan, saya hidup dari keluarga miskin, sekolah pun tak tamat," ungkapnya.

Me'en merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara, ia kini sudah beristri dan memiliki dua orang anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar.

Kehidupannya sudah sejak lama bergantung pada keahliannya sebagai teknisi listrik panggilan. Hal-hal yang berbau jaringan listrik perumahan tentu ia ahlinya.

"Pekerjaan mah ya sebagai pemasang jaringan internet, saya juga sering dipanggil untuk memasang jaringan listrik," jelasnya.

Keahliannya itu sudah dikuasainya hampir satu dekade ini, ia mengaku belajar secara otodidak, membaca hingga mempelajarinya dari internet. 

Dengan tangannya itu, sudah tak terhitung berapa banyak jaringan listrik yang telah ia pasang, mulai rumah-rumah warga, gudang, hingga tempat usaha. 

Berjarak 15 kilometer dari pusat Kota Garut, Kampung Pasirkiamis memang sudah sejak lama dikenal sebagai kawasan industri alumunium yang diolah menjadi peralatan masak seperti panci, wajan, teko dan lain-lain.

Perputaran uang di kampung tersebut juga tak main-main, bisa mencapai Rp. 5 Miliar hingga Rp. 10 Miliar perbulannya. Dengan keahlian yang dimiliki Me'en, ia membantu para pengrajin aluminium untuk memaksimalkan potensi mereka.

Jika ada masalah dalam jaringan listrik misalnya, orang kampung pasti memanggilnya untuk dimintai bantuan. Bengkel-bengkel produksi olahan aluminium itu bahkan bisa melakukan produksi 24 jam nonstop.

"Apalagi kalo bulan puasa, siang malam kerajinan alumunium itu tak berhenti beroperasi," ucapnya.

Pendeknya di zaman modern seperti ini, keahlian yang terfokus seperti yang dimilikinya itu akan mampu mengalirkan pundi-pundi rupiah demi menafkahi keluarga.

Dengan nama yang seakan menyiratkan hubungan dengan PLN, ternyata membuktikan bahwa nama itu bukan sekadar kebetulan, melainkan sebuah doa yang mengantarnya menuju kemandirian hidup.

Meski hanya berpendidikan setingkat SD, ia mampu mengubah nasib sekaligus menerangi masa depan, bukan hanya untuk dirinya sendiri tapi untuk keluarga yang dicintainya dan khalayak banyak.

"Ya begitulah hidup, saya hanya ingin hidup saya bermanfaat bagi banyak orang, bukankah itu tujuan hidup kita di dunia ini" ungkapnya.

Sumber: Tribun Priangan
Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved