Naskah Khutbah Jumat

NASKAH KHUTBAH JUMAT 2 Februari 2024, 6 Poin Kekhawatiran Rasulullah Terhadap Pemimpin Bodoh

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi: Pemimpin yang Bodoh (Kompas)

Jika demikian fakta as-sufahâ‘, lalu bagaimana mungkin dia bisa dipercaya mengelola harta orang lain, apalagi harta publik, dan malah dipercaya mengurusi nasib orang banyak? Kerusakan dan kehancuranlah yang akan terjadi. Rasul Shallallahu alaihi Wasalam mendeskripsikan imâratu as-sufahâ‘.

Beliau bersabda kepada Kaab bin Ujrah:

أَعَاذَكَ اللَّهُ مِنْ إِمَارَةِ السُّفَهَاءِ قَالَ وَمَا إِمَارَةُ السُّفَهَاءِ قَالَ أُمَرَاءُ يَكُونُونَ بَعْدِي لَايَقْتَدُونَ بِهَدْيِي وَلَايَسْتَنُّونَ بِسُنَّتِي فَمَنْ صَدَّقَهُمْ بِكَذِبِهِمْ وَأَعَانَهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ فَأُولَئِكَ لَيْسُوا مِنِّي وَلَسْتُ مِنْهُمْ وَلَا يَرِدُوا عَلَيَّ حَوْضِي وَمَنْ لَمْ يُصَدِّقْهُمْ بِكَذِبِهِمْ وَلَمْ يُعِنْهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ فَأُولَئِكَ مِنِّي وَأَنَا مِنْهُمْ وَسَيَرِدُوا عَلَيَّ حَوْضِي …

Kaab bin ‘Ujrah, aku memohonkan perlindungan kepada Allah untukmu dari imâratu as-sufahâ`.” Kaab berkata, “Apa itu, ya Rasulullah?” Rasul bersabda, “Yaitu para pemimpin yang ada sesudahku. Mereka tidak mengikuti petunjukku dan tidak meneladani sunnahku. Siapa saja yang membenarkan mereka dengan kebohongan mereka dan menolong mereka atas kezaliman mereka maka dia bukan golonganku dan aku bukan bagian dari golongannya dan dia tidak masuk ke telagaku.Sebaliknya, siapa yang tidak membenarkan mereka dengan kebohongan mereka dan tidak menolong mereka atas kezaliman mereka maka dia termasuk golonganku dan aku termasuk golongannya dan dia akan masuk ke telagaku…” (HR Ahmad, al-Bazzar, Ibnu Hibban, al-Hakim, al-Baihaqi).

Baca juga: TEKS KHUTBAH JUMAT 26 Januari 2024 Tentang Kiat Khusus Perbaiki Niat untuk Ibadah Menjadi Nikmat

Umumnya penguasa Muslim saat ini mengikuti ‘sunnah’ Barat sekular, yang mengambil selain syariah Allah Subhanu wa Ta’ala sebagai sistem hidup mereka.

Bangga dengan sistem sekular yang mereka jalankan, dan meninggalkan petunjuk al-Quran dan as-Sunnah serta meninggalkan syariah-Nya.

Saat demikian berarti umat berada di bawah imâratu as-sufahâ`.

Lalu bagaimana menyikapi imâratu as-sufahâ‘ itu?

Hadis Kaab bin ‘Ujrah memberi petunjuk, yaitu tidak membenarkan kebohongan mereka dan tidak menolong mereka atas kezaliman mereka.

Membenarkan jelas tingkatnya di bawah menaati, dan jika membenarkan kebohongannya saja dilarang.

Lantas bagaimana dengan menaati mereka dalam kezaliman mereka, terlebih dengan memberi justifikasi, pembenaran atau stempel atas kezaliman mereka?

Karena itu sabda Rasul “maka dia bukan golonganku dan aku bukan bagian dari golongannya dan dia tidak masuk ke telagaku” adalah ancaman amat keras terhadap pelakunya.

Bayangkan, di kala semua orang sangat mengharapkan diakui sebagai golongan Rasul Shallallahu alaihi Wasalam justru Rasul Shallallahu alaihi Wasalam berlepas diri dari dia, menolak dan menjauhkan dia?

Baca juga: Teks Naskah Khutbah Jumat 26 Januari 2024: Menghargai Beda Pendapat di Tahun Politik

Kekhawatiran Rasul yang kedua: bay’ al-hukmi. Pemerintahan dan jabatan ditransaksikan oleh orang yang memiliki logistik yang diperlukan agar dia dipilih menjadi amîr (pemimpin/penguasa) atau pejabat. Jabatan diperjualbelikan dengan harga berupa suap. Hukum juga diperdagangkan. Siapa yang punya uang, hukum pun ada di pihaknya.

Kekhawatiran ketiga: safku ad-dimâ‘, penumpahan darah. Urusan darah dianggap sepele. Ketika pencegah berupa ketakwaan hilang, maka berbagai sarana berupa hujjah dan bukti juga ikut lenyap. Yang tersisa bagi umarâ‘ hanya uslûb tiran termasuk menumpahkan darah. Jadilah urusan darah disepelekan. Darah tidak lagi terhormat dan berharga.

Halaman
1234