Reaktivasi KA di Jabar
Kondisi Terkini Eks Jalur KA Banjar-Cijulang Memprihatinkan, Besi Rel Hilang dan Dibangun Rumah
Kondisi terkini eks jalur kereta api dari Banjar ke Cijulang Kabupaten Pangandaran Jawa Barat dalam keadaan memprihatinkan, rel hilang, dibangun rumah
Penulis: Padna | Editor: Machmud Mubarok
Laporan Kontributor Tribunjabar.id Pangandaran, Padna
TRIBUNPRIANGAN.COM, PANGANDARAN - Kondisi terkini eks jalur kereta api dari Banjar ke Cijulang Kabupaten Pangandaran Jawa Barat dalam keadaan memprihatinkan.
Satu di antaranya, eks jalur kereta api yang berada di wilayah Desa Karangsari dan Desa Padaherang, Kecamatan Padaherang.
Pantauan Tribun Jabar, kondisinya kini sudah terlihat tidak seperti jalur kereta api. Area permukaan yang awalnya dibalut bantalan besi rel kereta api, kini sudah tidak ada.
Kini, lokasinya sudah menjadi jalan lingkungan dan akses pertanian warga setempat.
Eks jalur kereta api itu ada yang sudah dilakukan pengerasan jalan dengan bebatuan dan ada juga yang sudah dicor beton.
Kemudian di samping kiri dan kanan eks jalur kereta api itu, ditanami pepohonan produktif berupa pohon pisang, albasia, dan lainnya.
Bahkan, di atas lahan milik PT. KAI itu banyak bangunan semi permanen dan permanen yang dibangun sejumlah warga setempat.
Pemandangan eks jalur kereta api seperti itu tak hanya di wilayah Kecamatan Padaherang, juga terlihat di Kecamatan Kalipucang dan wilayah lain yang dulunya dilalui kereta api.
Baca juga: 5 Jalur Kereta Api di Jabar Ini Akan Diaktifkan Lagi, Termasuk Banjar-Cijulang dan Cibatu-Cikajang
Camat Kalipucang, Bangi, mengatakan, selain ditanami pepohonan banyak juga bangunan warga yang berdiri di lahan milik PT KAI.
"Di wilayah Kalipucang saja, ada sekitar 250 bangunan warga yang berdiri di atas sekitar jalur kereta api. Mereka itu sewa," ujar Bangi dihubungi Tribun Jabar melalui WhatsApp, Kamis (24/4/2025) siang.
Menurut Bangi, jika dihitung mulai Kecamatan Banjarsari Ciamis sampai Kecamatan Cijulang kemungkinan bangunan yang dibangun warga hampir mencapai seribuan.
"Itu dulu sewaktu diskusi dengan pegawai PT KAI Banjar, itu lebih dari 900 bangunan," katanya.
Punya 3 Terowongan
Rencana reaktivasi jalur kereta api Jawa Barat sedang ramai menjadi sorotan, hingga membuat aparat daerah setempat sibuk melakukan pengecekan ulang. Termasuk di wilayah Pangandaran yang ternyata jalur kereta apinya melewati tiga terowongan.
Ketiga terowongan itu adalah Terowongan Hendrik, Terowongan Wilhelmina, dan Terowongan Juliana.
Konon, zaman dulu ketiga terowongan itu menjadi jalur kereta api yang memiliki cerita dan kesan tersendiri bagi para penumpangnya dari Banjar menuju Pangandaran atau sebaliknya.
Diakui aparat pemerintahan setempat bahwa kawasan perbukitan yang menjadi lokasi terowongan tersebut, menyajikan pemandangan ke pantai yang indah dan eksotis.
Baca juga: 5 Jalur Kereta Api di Jabar Ini Akan Diaktifkan Lagi, Termasuk Banjar-Cijulang dan Cibatu-Cikajang
Tiga terowongan kereta api ini berada di wilayah Kecamatan Kalipucang, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat dan memiliki ukuran panjang, tinggi, serta lebar yang berbeda.
1. Terowongan Hendrik
Memiliki tinggi 5 meter, lebar 4 meter, dan panjang 106 meter. Mulut terowongan bagian selatan dibangun dengan konstruksi batu kali dan bagian langit terowongan dicor beton.
Kemudian terdapat saluran drainase pada kedua sisi terowongan berukuran lebar sekitar 20 centimeter dan dalam 20 centimeter. Terowongan ini digali menembus perbukitan dengan kondisi material bebatuan berupa batu breksi.
2. Terowongan KA Wilhelmina
Memilih panjang 1.116 meter dan termasuk terowongan kereta api terpanjang di Indonesia. Untuk mulut terowongan memiliki lebar 400 cm dengan tinggi 450 cm.
Bentuk terowongannya memanjang lurus dan titik cahayanya terlihat jauh jika dari muka pertama masuk. Kemudian, di tengah-tengah terowongan terlihat gelap gulita.
3. Terowongan Kereta Api Juliana
Memiliki panjang 147 meter dan di bagian tengah, terowongan ini berbelok sehingga membatasi jarak pandang.
Bagian atas mulut terowongan berbentuk setengah lingkaran dengan bagian bawah berbentuk persegi.
Kepala Desa Pamotan, Andi Suwandi, mengatakan, terowongan kereta api itu yang satu berada di perbatasan Desa Pamotan dan Desa Kalipucang, satu di wilayah Desa Pamotan, dan satu lagi berbatas dengan Desa Emplak.
"Yang paling panjang terowongan Wilhelmina, itu pemandangannya langsung ke wisata Pantai Karangnini," ujar Andi dihubungi Tribun Jabar melalui WhatsApp, Kamis (24/4/2025) siang.
Jika jalur terowongan kereta api di reaktivasi, penumpang akan melihat spot pemandangan alam dan laut yang luar biasa."Karena, setelah terowongan pasti bisa lihat perbukitan dan tempat wisata Pantai Karangnini," katanya.
Tentu, Ia pun mendukung sepenuhnya dengan rencana reaktivasi jalur kereta api dari Banjar ke Cijulang Pangandaran.
"Jika dilakukan reaktivasi, kita sangat bersyukur. Karena, artinya bisa menghidupkan perekonomian dan wisata Desa," ucap Andi.
Camat Kalipucang, Bangi mengaku, empat bulan yang lalu tiga terowongan itu sempat disurvei PT KAI dan perwakilan Dirjen darat.
"Kemarin-kemarin, kita bersama sama survei ke tiga terowongan itu dan satu Eks Stasiun KA," ujarnya.
Hasilnya, memang mau ada reaktivasi jalur kereta api dari Banjar ke Pangandaran. Agar, bisa menunjang pariwisata di Kabupaten Pangandaran.
"Kami juga sangat mendukung karena itu akan menjadikan akses lebih bagus. Semoga bisa menambah daya tarik wisatawan," kata Bangi.
Baca juga: Tol Getaci Bisa Berdampak Volume Kendaraan di Pangandaran Meningkat, DPRD Minta Pemda Lakukan Ini
Butuh Rp 20 Triliun
Reaktivasi jalur kereta api yang diwacanakan Pemprov Jabar membutuhkan anggaran sekitar Rp 20 triliun.
Hal itu diungkapkan Gubernur Jabar, Dedi Mulyadi saat diwawancarai, Kamis (24/4/2025).
"Ya, itu kan gini. Kita punya mimpi nih, tentang reaktivasi nilai pembiayaannya Rp20 triliun, ini akan dilakukan sekarang atau ke depan ya minimal kan kita sudah punya mimpi," ujar Dedi Mulyadi.
Menurutnya, kalau sudah punya mimpi ke depannya tinggal menyampaikan ke pemerintah pusat, dengan harapan fiskal pemerintah pusat mengalami peningkatan.
"Siapa tahu fiskal Pemerintah Pusat ke depan semakin baik, kan kita bisa dong Kementerian Perhubungan Kementerian keuangannya untuk dana alokasi untuk Jabar," katanya.
Reaktivasi ini, kata dia, diklaim memberikan banyak manfaat sosial dan ekonomi, terutama jalur Banjar-Pangandaran-Cijulang.
"Yang paling rasional itu yang bisa dilaksanakan, Tahap pertama adalah banjar Pangandaran, itu yang paling rasional. Biayanya kemarin Rp3 triliun sampai Rp3,2 triliun ya kurang lebih. Saya kan belum punya uang segitu," ucapnya.
Baca juga: 3 Terowongan Kereta Api di Kalipucang Pangandaran,Jika Direaktivasi Akan Sajikan View Pantai Eksotis
Baca juga: 5 Jalur Kereta Api di Jabar Ini Akan Diaktifkan Lagi, Termasuk Banjar-Cijulang dan Cibatu-Cikajang
Sebelumnya, lima jalur kereta api di sejumlah daerah di Jawa Barat, kembali diwacanakan untuk direaktivasi.
Wacana itu digaungkan oleh Gubernur Jabar, Dedi Mulyadi yang secara khusus menggelar pertemuan dengan Direktorat Jenderal Perkeretaapian, Kementerian Perhubungan, dan PT KAI, di Gedung Pakuan, Kota Bandung, Selasa (15/4/2025).
Plt Kepala Dinas Perhubungan (Kadishub) Jabar, Dhani Gumelar mengatakan reaktivasi dilakukan untuk mendukung mobilitas dan kelancaran logistik pemasaran produk pertanian di Jabar.
Lima jalur yang akan direaktivasi itu diantaranya Banjar-Cijulang sepanjang 82 kilometer, Cibatu-Garut-Cikajang sepanjang 47,5 kilometer, jalur Rancaekek-Tanjungsari sepanjang 11,5 kilometer, Cipatat-Padalarang sepanjang 17 kilometer dan Cikudapateuh (Bandung)-Ciwidey sepanjang 37,8 kilometer.
"Jadi tadi kita melakukan pertemuan antara Gubernur Pemprov Jabar dengan Dirjen Perkeretaapian, Kemenhub dan PT KAI yang intinya bagaimana kita melakukan percepatan dan sinkronisasi rencana reaktivasi jalur di Jawa Barat," ujar Dhani Gumelar, Selasa (15/4/2025).
Nantinya, kata dia, Pemerintah Provinsi Jabar akan berbagi peran dengan pemerintah pusat dan Kabupaten/Kota.
"Pembagian perannya nanti akan dibahas lebih lanjut. Yang pasti kita sama-sama melakukan reaktivasi jalur kereta yakni mengaktifkan kembali jalur yang sudah ada," ucapnya.
Menurut Dhani, rencana reaktivasi jalur kereta itu dilakukan dengan tiga tujuan utama yakni aksesibilitas kawasan wisata, memperluas pendistribusian logistik dan mempermudah mobilisasi masyarakat.
"Untuk menunjang aksesibilitas menuju kawasan wisata seperti Pangandaran Garut, kemudian mempermudah untuk pemasaran produksi pertanian dan support kawasan industri dan mempermudah mobilisasi masyarakat," ucapnya.
Lima jalur kereta api itu, kata dia, sudah dibangun sejak zaman Belanda. Hanya saja, pada 1980-1990 banyak yang tidak digunakan karena biaya operasional yang relatif tinggi, dan kalah bersaing karena kemudahan untuk mendapatkan kendaraan pribadi.
"Tapi semakin ke sini, ternyata membuktikan bahwa dengan tingkat kemacetan dan kemudahan aksesibilitas, memang moda kereta api menjadi perlu gitu," katanya.
Dhani mencontohkan, jika jalur kereta api Banjar-Pangandaran -Cijulang kembali beroperasi, maka waktu tempuh dari Bandung ke Pangandaran awalnya ditempuh dengan 5-6 jam, bisa menjadi lebih cepat.
"Tapi nanti dengan kereta itu bisa lebih cepat, itu harapan pak Gubernur," katanya.
Adapun yang membuat rencana ini kerap gagal dieksekusi, karena mahalnya biaya yang harus dikeluarkan, ditambah banyak jalur yang sudah berubah menjadi pemukiman warga.
"Masalahnya pembangunan kereta api itu tidak murah gitu ya, mahal. Tadi kurang lebih kalau kita jumlah kan itu ada sekitar Rp20 triliun," katanya.
"Nah, sekarang juga beberapa lahan sudah dikuasai oleh masyarakat, terus perlu ada penyesuaian dari sisi teknis, karena memang yang direncanakan zaman Belanda kan tentunya berbeda dengan sekarang, ini akan dicoba diakselerasi oleh Pak Gubernur dan pemerintah Provinsi Jabar dengan berbagai peran. Nanti akan coba kita petakan satu-satu peran tersebut dan nanti akan coba kita usulkan ke Pak Presiden dann harapannya bisa terwujud dalam waktu 5 tahun ke depan," tambahnya. (*)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/priangan/foto/bank/originals/Kondisi-Jalur-Rel-Banjar-Cijulang.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.