Berita Banjar
Humbut Langkap di Pulo Majeti Kota Banjar Jawa Barat, Menjadi Makanan Tradisional
Dahulu, banyak warga setempat yang mencari Humbut Langkap untuk lauk pauk hidangan makannya.
Penulis: Padna | Editor: Dedy Herdiana
Laporan Kontributor TribunPriangan.com Banjar, Padna
TRIBUNPRIANGAN.COM, KOTA BANJAR - Masyarakat di Pulo Majeti Lingkungan Siluman Baru, RT 38/18 Kelurahan Purwaharja Kecamatan Purwaharja Kota Banjar Jawa Barat budayakan makanan tradisional Humbut Langkap.
Humbut Langkap ini diambil dari batang pohon dan masyarakat biasa mencarinya di hutan perbukitan di wilayah Kelurahan Purwaharja.
Untuk mencapai perbukitan tersebut, dari perkampungan masyarakat setempat bisa menempuh sekitar jarak 500 meter.
Dahulu, pada tahun 1970 banyak warga setempat yang mencari Humbut Langkap untuk lauk pauk hidangan makannya.
Humbut Langkap tersebut banyak digunakan untuk pelengkap makan di momen hajatan ataupun acara tradisi lainnya seperti Maulid Nabi Muhammad SAW.
Masyarakat mengelola Humbut Langkap untuk menjadi hidangan khas berupa gudeg ataupun oseng-oseng.
Baca juga: 22 Atlet Asal Ciamis Ikuti Kejuaraan Olahraga Tradisional Tingkat Jabar di Purwakarta
Seorang tokoh masyarakat setempat, Emed Setiawan menyampaikan, masakan Humbut Langkap ini muncul sekitar dulu tahun 1970.
"Pada tahun 70'an saya sebagai pelaku kondisi perekonomian pemerintah di kita itu tergolong masih lemah," ujar Emed kepada Tribun Jabar saat mengambil Humbut Langkap di hutan di daerahnya, Kamis (26/9/2024) siang.
Karena, tahun 70'an kebelakang kondisi pertanian khususnya persawahan itu hanya bisa sekali panen dalam setahun.
"Dan itupun kalau kondisi persawahan tidak banjir. Karena, dulu lahan persawahan di Pulo Majeti itu merupakan rawa-rawa," katanya.
"Nah, karena kondisi pangan dan ekonomi yang minim, akhirnya saya dibawa oleh kedua orang tua saya untuk pergi ke hutan untuk mencari Humbut Langkap."
Ternyata, bentuk Humbut Langkap seperti ini, bisa dimakan dan juga enak. Apalagi, kalau di masak terlebih dahulu.
Menurutnya, Humbut Langkap yang berada di hutan di tempatnya ini sangat banyak dan tidak akan habis jika dikonsumsi.
"Kecuali, kalau di produksi besar besaran itu akan habis. Maka, kami perlu merawatnya. Jadi, hanya sekedar masakan-masakan rumahan saja," ucap Emed.
| Naskah Khutbah Jumat 17 Oktober 2025: Ketika Malu Hilang, Perbuatan Dosa Jadi Biasa |
|
|---|
| Naskah Khutbah Jumat 17 Oktober 2025: Janji Manusia Sebelum Lahir |
|
|---|
| Kalender Oktober 2025, Tanggal 16 Oktober Hari Parlemen Indonesia |
|
|---|
| Ciamis Dorong Desa Sadar Hukum Lewat Posbakum, Warga Kini Tak Perlu Jauh-jauh Konsultasi ke Kota |
|
|---|
| Soroti Pemotongan TKD, Forum Honorer Minta Pemkot Tasik Tak Pangkas Gaji PPPK |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.