Atikah, Pekerja Migran Asal Bandung Barat, Hilang Kontak 2 Tahun Saat Bekerja di Arab Saudi

Atikah Binti Nuryadi (49), seorang pekerja migran asal Bandung Barat hilang kontak selama 2 tahun setelah bekerja di Arab Saudi

Editor: Machmud Mubarok
Istimewa
Seorang Pekerja Migran Indonesia (PMI), Atikah Binti Nuryadi (49), asal Kampung Sekip, RT 01/08, Desa Cipatat, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat (KBB) hilang kontak selama dua tahun setelah bekerja di Arab Saudi. 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Hilman Kamaludin

TRIBUNPRIANGAN.COM, BANDUNG BARAT - Seorang Pekerja Migran Indonesia (PMI), asal Kampung Sekip, RT 01/08, Desa Cipatat, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat (KBB) hilang kontak selama dua tahun setelah bekerja di Arab Saudi.

PMI bernama Atikah Binti Nuryadi (49) yang bekerja sebagai asisten rumah tangga itu hingga saat ini tak pernah memberikan kabar kepada pihak keluarga dan nomor kontaknya sudah tidak bisa dihubungi.

Anak kandung Atikah, Dery Ramandika (29) mengatakan pada awalnya sang ibu berbicara ingin bekerja di Arab Saudi pada Mei 2022, tetapi pihak keluarga tidak ada yang mengizinkan hingga akhirnya dia tetap berangkat.

"Tiba-tiba ibu saya sudah berada di Arab Saudi pada awal Juni 2022. Padahal awal Juni itu bilang di Cianjur lagi main sama uwa," ujarnya saat dihubungi, Selasa (16/7/2024).

Dery sendiri mengetahui ibunya sudah berada di Arab Saudi karena Atikah bilang sendiri saat masih bisa berkomunikasi dan dia pun bercerita berangkat secara resmi melalui sponsor atau perusahaan.

"Tapi saya curiga karena tidak langsung disalurkan ke majikannya. Saya awalnya nanya pakai visa paspor apa, katanya pakai visa ziarah dan ternyata itu ilegal, tapi bilang kontrak dua tahun," kata Dery.

Baca juga: 13 Tahun Hilang Kontak di Suriah, Keluarga TKW asal Indramayu Minta Tolong Pemerintah: Ingin Ketemu

Kecurigaan Dery pun terbukti karena tak lama setelah memberikan kabar langsung hilang kontak, tetapi ia sempat berfikir positif karena Atikah pernah bilang selalu sibuk mengurus anak majikan dan jarang pegang ponsel.

"Awal itu maksimal sebulan sekali ada kontak, tapi enam bulan kemudian lose gak ada gak kabar dan nomor majikannya juga gak aktif, kalau ngontak sponsor juga gak tahu siapa," ucapnya.

Setelah itu, pihak keluarga berusaha untuk mencari sponsor atau perusahaan yang memberangkatkan ibunya tetapi tak pernah ketemu, tetapi akhirnya diketahui setelah mendapat informasi dari uwanya yang juga PMI di Arab Saudi.

Berdasarkan informasi dari uwanya, penyalur sang ibu ternyata seorang pria asal kabupaten Cianjur, namun setelah ditelusuri pria tersebut sudah ditangkap polisi atas kasus Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO).

"Saya sempat bertemu dengan mantan istri penyalur itu dan memberikan informasi bahwa dia telah masuk Lapas Cianjur, jadi saya bingung harus kemana lagi," kata Dery.

Setelah pencarian tak membuahkan hasil, Dery langsung menerima informasi dari grup Facebook bahwa Atikah sedang berada di Jeddah. Informasi tersebut diketahui dar sesama PMI yang sempat bertemu dalam sebuah acara.

"Alhamdulillah ada titik terang, kemudian saya minta kontak. Setelah itu nelepon dan menjelaskan gak sengaja ketemu sama ibu saya, tapi katanya tangannya biru-biru  berarti ibu saya dalam bahaya," ucapnya.

Usai mendapat kabar tersebut, Dery melaporkan kepada lembaga advokasi, konsultasi serta pendampingan dan perlindungan hukum PMI dengan memberikan data-data terkait dengan keberadaan ibunya di Arab Saudi.

Selain itu, Dery juga mendatangi Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) KBB untuk melaporkan kasus tersebut dan menyerahkan data-data yang sama, tetapi upaya itu hingga kini belum membuahkan hasil.

"Saya berharap ibu bisa pulang dan gajinya diberikan secara penuh karena saya mendapat informasi selama ini majikannya tidak memberikan gaji secara penuh," kata Dery.

 

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved