764 Anak Berkebutuhan Khusus di Kota Tasikmalaya Butuh Penyempurnaan Hak, Anggaran Masih Saweran

764 Anak Berkebutuhan Khusus di Kota Tasikmalaya Butuh Penyempurnaan Hak, Anggaran Masih Saweran

Penulis: Aldi M Perdana | Editor: ferri amiril
Kompas.com
Foto Ilustrasi (SHUTTERSTOCK/Pixel-Shot) 

"Selain mendorong kebijakan, kami juga melakukan kerja sama dengan semua pihak, supaya itu juga menjadi bagian dari upaya bersama tidak hanya Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait saja, tapi bagaimana mempertemukan supaya antara program dan temuan-temuan yang ada di komunitas, itu akan menjadi sebuah rekomendasi yang akan dijadikan landasan untuk perencanaan-pembangunan di OPD terkait dalam penanganan isu anak disabilitas," ujar Lina.

Terkait RBM sendiri, tambahnya, terdapat banyak di sejumlah wilayah.

"Ada yang di Kecamatan Mangkubumi, Kelurahan Karanganyar yang kemudian bergabung dengan Cilamajang, Cibeuti, itu masih satu naungan. Kemudian dari kelurahan Talagasari, kelurahan Panglayungan, Kecamatan Cihideung, Kecamatan Tawang, Kecamatan Tamansari, banyak," terang Lina.

"Itu kalau menjadi prioritas, seharusnya sih setiap kecamatan ada, supaya terjangkau. Tapi ada juga sih dari Yayasan Insan Siliwangi dan Metamorfosa, selain RBM juga ada yang bergerak di isu disabilitas, supaya memang ini kita harus bersinergi bersama," lanjutnya.

Lina juga mengaku tidak hanya mendorong optimalisasi Perwalkot Tasikmalaya Nomor 52 Tahun 2021, anggaran, serta temuan-temuan di lapangan, melainkan juga pohaknya berharap tingkat kelurahan dan kecamatan mampu mengalokasikan dana untuk pemberdayaan anak disabilitas.

"Karena selama ini, mereka (red: komunitas yang fokus terhadap isu anak disabilitas) itu bersusah payah mencari dana saweran begitu. Jadi hanya dari patungan begitu," terangnya.

Lina lantas mengambil contoh Puskesmas Karanganyar yang mendukung kegiatan RBM.

"Kepala Puskesmasnya itu, meskipun tidak ada alokasi anggaran, mereka mencoba untuk saweran juga dengan staf-staf-nya. Sudah ada kepedulian, apapun, tidak ada alasan tidak ada anggaran, mereka tetap maju," jelasnya.

Menurut Lina, Dinas Sosial (Dinsos) Kota Tasikmalaya juga turut membantu kegiatan tersebut.

"Dinas Pendudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kota Tasikmalaya yang selama ini juga selalu gayung bersambut dengan kami terkait dengan hak hidup anak disabilitas," terangnya.

Haya saja, tambah Lina, Dinsos dan Disdukcapil juga masih ada hambatan untuk menjangkau anak-anak disabilitas yang berada di pelosok-pelosok.

"Seperti di Kecamatan Taman Sari, yang di ujung sana, yang akses jalannya lumayan hambatannya, tapi dengan adanya komunitas-komunitas ini, jadi mempermudah mereka untuk melaksanakan dan mengakomodir; apa sih hambatan tantangan yang akan nantinya direkomendasikan jadi beberapa program mereka," ujarnya.

Lalu, Lina juga mencoba untuk mendorong ihwal bagaimana caranya supaya ada layanan terapi di setiap puskesmas.

"Karena ternyata, terapi untuk anak disabilitas ini sangat-sangat bermanfaat untuk tumbuh kembang mereka, meskipun sebetulnya tidak bisa langsung bisa berubah total," paparnya.

Di contoh-contoh lain, tambah Lina, pada anak disabilitas yang belum terlalu berat, sang anak yang sebelumnya tidak mampu berjalan, akhirnya bisa berjalan setelah distimulasi secara terus-menerus.

"Nah, si terapis ini juga, alhamdulillah, sudah bekerja sama dengan kami. Mereka itu juga memberikan PR terhadap orang tuanya supaya melakukan terapi di rumahnya meskipun diselenggarakannya cuma setahun beberapa kali," ungkapnya.

"Bahkan juga ada home visit yang dilakukan oleh teman-teman RBM, sehingga itu bisa memotivasi mereka untuk melaksanakan terapi di rumah juga," pungkas Lina.(*)

Sumber: Tribun Priangan
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved