Miris, Janda Beranak 2 di Pangandaran Harus Tidur di Dapur yang Bocor Beratap Seng dan Tak Punya MCK

Ida yang baru ditinggal cerai suami setahun lalu adalah satu warga di RT 1/1 Dusun Sopla Desa Karangmulya Kecamatan Padaherang, Pangandaran

|
Penulis: Padna | Editor: Dedy Herdiana
TribunPriangan.com/Padna
Kondisi Ida Nuraida tinggal di rumah tidak layak huni di Dusun Sopla Desa Karangmulya Kecamatan Padaherang Kabupaten Pangandaran, Senin (10/6/2024) pagi. 

Laporan Kontributor TribunPriangan.com, Padna dari Pangandaran

TRIBUNPRIANGAN.COM, PANGANDARAN - Nasib Ida Nuraida seorang janda berusia 45 tahun di Pangandaran harus tinggal di rumah yang tidak layak huni bersama 2 anak kecilnya.

Ida yang baru ditinggal cerai suami setahun lalu adalah satu warga di RT 1/1 Dusun Sopla Desa Karangmulya Kecamatan Padaherang Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat.

Pantauan TribunPriangan.com, kondisi rumah janda beranak dua ini tanpa atap, terlihat semerawut dan banyak puing - puing bangunan berserakan di sekitar bangunan rumah tersebut.

Kondisi dinding temboknya banyak yang jebol atau roboh akibat sebelumnya diguncang gempa 3 kali. Selain itu, Ida tidak memiliki tempat mandi cuci dan kakus (MCK).

Jika ingin mandi, mencuci dan buang air besar, Ida dan kedua anaknya harus berjalan kaki dengan menempuh jarak sekitar 50 meter dari lokasi rumahnya.

Baca juga: Petani Tua di Cirebon Ini Tinggal di Rumah Ukuran 3x3 Meter Berdinding Bilik, Cuma Ada Tempat Tidur

Sementara ini, Ida bersama kedua anak kecilnya tidur di ruangan dapur berukuran sekitar 3 x 3 meter yang dipenuhi perabotan rumah tangga dan pakaian anaknya.

Dapur kecil berukuran 3 x 3 meter beratapkan seng yang sudah rusak ini jika kondisi hujan deras banyak air yang masuk ke ruangan tempat tidurnya. Apalagi, jika ada hujan yang disertai angin kencang.

"Kalau hujan deras itu, air banyak masuk ke ruangan tempat tidur. Kadang, anak-anak sering bangun malam karena kecipratan air hujan dan takut dinding tembok roboh," ujar Ida kepada Tribun Jabar di rumah tidak layak huninya, Senin (10/6/2024) pagi.

Ida menyampaikan, rumah kecilnya dibangun sejak masih ada suaminya. Hanya karena keterbatasan anggaran, rumahnya dibangun dengan tidak menggunakan pondasi.

Tidak lama dibangun kemudian atapnya ambruk, disusul gempa bumi 3 kali yang akhirnya dinding temboknya banyak yang ambrol. 

"Pertama yang ambruk itu dibagian dapur, terus dinding ruangan tengah rumah. Dulu jendela kaca banyak yang pecah, tapi sisanya sekarang sudah dipindahkan," katanya.

Memang, dahulu rumahnya pernah diajukan oleh Desa untuk pembangunan rumah tidak layak huni atau Rutilahu."Tapi, sampai sekarang enggak ada kang," kata Ida 

Sementara untuk kamar mandi, Ia mengaku tidak memilikinya dan harus berjalan kaki jika ingin mendapatkan air bersih. 

"Dibawah kan, ada tempat mandi yang dibangun Pemerintah Desa. Ya, meskipun malu sama tetangga, mau gimana lagi," ucapnya 

Dengan kondisi rumahnya yang sudah tidak layak huni, setelah ditinggal cerai suaminya Ia harus mencari rezeki untuk menafkahi kedua anaknya yang sekarang masih sekolah dasar.

"Pendapatan Saya tidak tentu, kadang dapat Rp 25 ribu dari hasil saya kerja di rumah tetangga. Itu juga, kalau saya disuruh," ujarnya. 

Baca juga: Detik-detik Rumah 2 Lansia Terbakar di Tanjungsari Sumedang, Sempat Terdengar Suara Minta Tolong

 "Pahit rasanya kopi tidak sepahit menjalani kehidupan." Itulah yang dirasakan Ida Nuraida (45). 

Selain tinggal di rumah tidak layak huni, Ida harus banting tulang mencari uang untuk mencukupi kebutuhan pokok dan membiayai kedua anaknya.

"Anak saya kan ada dua, yang kecil masih kelas 1 kalau satu lagi sudah kelas 6 SD dan mau sekolah SMP," ujar Ida kepada Tribun Jabar di rumah tidak layak huninya, Senin (10/6/2024) pagi.

Meskipun dengan kondisi ekonominya yang serba kekurangan, Ia terus berupaya agar kedua anaknya tetap bersekolah.

Selain dari hasil kerjanya, Ida pun bersyukur, ada bantuan dari pemerintah berupa PKH dan beras sebanyak 10 kilogram per bulan.

"Cukup enggak cukup ya dicukupin saja. Beras 10 kilogram kadang buat sebulan juga masih ada, karena kita jarang makan," kata Ida.

Ida jarang makan di rumah, karena kadang masak nasi kadang tidak dan anak-anak kadang makan dikasih sama orang - orang yang ada di sekitarnya.

"Jadi, untuk makan kadang - kadang kedua anak saya sering dikasih sama tetangga. Kebetulan kedua anak saya cowo semua," ujarnya.

Untuk uang jajan, kadang kedua anaknya meluangkan waktu untuk mencari rongsok atau limbah di lingkungannya. 

"Rongsok itu, mereka jual. Tapi sebenarnya itu kemauan anak, kalau saya tidak menyuruh karena kalau pingin jajan saya juga ngasih," kata Ida.

Kondisi seperti itu, Ida mengaku sudah ada setahun sejak diceraikan suaminya dan harus mencari rezeki untuk membiayai kedua anaknya. "Tapi, saya harus kuat," ujarnya.

Kini, Ida dengan kedua anaknya hanya bisa berharap memiliki rumah seperti halnya orang lain yang berada di lingkungannya.

"Ya, harapan aku mudah mudahan rumah ini cepat dibangun, layak ditempati anak- anak, bisa buat sembahyang, bisa buat belajar anak-anak. Kalau hujan kan sering bocor dan aku takut dindingnya ambruk," ucapnya. (*)

Baca Berita-berita TribunPriangan.com Lainnya di Google News

 

Sumber: Tribun Priangan
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved