Aktivis Garut Tewas Dianiaya
Kisah Perjalanan Hidup Panji sebagai Aktivis Kemanusiaan Asal Garut, Tewas usai Dianiaya Geng Motor
Panji adalah seorang aktivis kemanusiaan dari Siaga Bencana (SIGAB) Jam'iyyah Persatuan Islam (Persis) Garut.
Penulis: Sidqi Al Ghifari | Editor: Gelar Aldi Sugiara
TRIBUNPRIANGAN.COM, GARUT - Tidak ada awan yang menghalangi langit pada Minggu (15/10/2023) pagi itu, semua seperti berjalan normal layaknya hari libur pada umumnya.
Namun, berbeda dengan kondisi di kamar jenazah RSUD Dr Slamet Garut. Orang-orang berkumpul menunggu hasil autopsi seseorang yang baru saja meninggal dunia.
Orang itu adalah Panji Nurhakim (37), warga Kampung Situgede, Desa Situ Gede, Kecamatan Karangpawitan, Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Baca juga: Amankan 4 Pelaku, Polisi Dalami Motif Dibalik Meninggalnya Aktivis Garut
Panji adalah seorang aktivis kemanusiaan dari Siaga Bencana (SIGAB) Jam'iyyah Persatuan Islam (Persis) Garut.
Kematiannya menjadi kesedihan bagi keluarga dan kerabat dekat sebab dia meninggal usai dianiaya secara brutal oleh geng motor.
Pesan kematiannya sampai hingga ke penjuru daerah, aplikasi perpesanan menyampaikan duka kepergian seorang aktivis kemanusiaan itu.
Minggu pukul 10.30 WIB, jenazah Panji keluar dari ruangan autopsi RSUD Dr Slamet. Keluarga dia kemudian menyambutnya dengan isak tangis.
Jenazah saat itu ternyata belum diautopsi. Proses autopsi baru akan dilakukan di RS Sartika Asih Bandung. Keluarga dan relawan yang hadir akhirnya membawa jenazah ke Bandung.
Baca juga: Demi Perbaiki Jalan, Warga di Perbatasan Tasik-Garut Rela Angkut Material Sejauh 3 Km Secara Swadaya
Proses autopsi dilakukan hingga sore pukul 16.02 WIB. Panji akhirnya dipulangkan ke kampung halamannya di Garut. Sebelum itu dia sampai terlebih dulu di Kampus STAIPI Garut untuk disalatkan.
Tepat saat waktu magrib, jenazah korban akhirnya sampai di rumah duka. Kemudian jenazah disalatkan kembali oleh penduduk sekitar dan relawan yang terus berdatangan. Isak tangis pecah.
Seribuan orang hadir saat itu. Jarak 200 meter dari liang lahat, orang-orang mengurai berdesakan mengiringi kepergian sang aktivis kemanusiaan itu.
"Ya Allah, Panji, amal apa yang kamu perbuat hingga banyak orang yang datang," ujar seorang pelayat.
Baca juga: Loko Cafe Hadir di Garut Kota, Tawarkan Suasana Santai Sambil Ngopi di Bangunan Bersejarah
Ketua Pimpinan Daerah (PD) Jam'iyah Persatuan Islam (Persis) Garut, Ena Sumpena, mengatakan, hari itu pihaknya ditinggalkan seorang pejuang dan pahlawan kemanusiaan.
"Rasa sedih dan gembira selalu berdampingan, seperti berdampingannya hidup dan mati," ujarnya di hadapan jemaah yang hadir di pemakaman.
"Sedih hari ini saya ditinggalkan Panji Nurhakim dalam usia 37 tahun, tetapi seiring dengan sedih ada rasa gembira luar biasa, betapa banyak orang yang mendoakan seorang Panji Nurhakim" lanjutnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.