Pelajar SMP Belum Bisa Baca

MIRIS, Puluhan Pelajar SMP di Pangandaran Belum Bisa Baca Padahal Sekolah Negeri

puluhan pelajar di Pangandaran belum bisa membaca padahal bersekolah di SMP Negeri, kebanyakan pelajar laki-laki

Editor: Machmud Mubarok
Istimewa/Sajidin SMP Negeri 1 Mangunjaya
Suasana belajar siswa di SMPN 1 Mangunjaya Kabupaten Pangandaran. 

Laporan Kontributor Tribunjabar.id Pangandaran, Padna

TRIBUNPRIANGAN.COM, PANGANDARAN - Miris, sudah bersekolah di jenjang sekolah menengah pertama (SMP) tapi puluhan pelajar di Pangandaran belum bisa membaca.

Hal ini tepatnya terjadi di SMP Negeri 1 Mangunjaya Kecamatan Mangunjaya Kabupaten Pangandaran Jawa Barat.

Dengan adanya kejadian tersebut sempat membuat Dewan Guru bernama Dian Eka Purnamasari sekaligus koordinator Gerakan Literasi Sekolah (GLS) merasa miris.

Karena, menurutnya pada tahun ajaran 2023/2024 tercatat 29 siswa di SMP Negeri 1 Mangunjaya tidak bisa membaca.

Baca juga: 1.300 Warga Pangandaran yang Sudah Mati Masih Terdata, Hasil Coklit KPU dan Disduk

Sedangkan kondisi tersebut itu didominasi oleh pelajar laki-laki. "Kelas VII tercatat 11 siswa, kelas VIII 16 siswa, dan kelas IX ada 2 siswa," ujar Dian kepada wartawan melalui WhatsApp, Kamis (3/8/2023) siang.

Dengan kondisi puluhan pelajar SMP yang tidak bisa membaca itu, ia mengaku sangat prihatin.

Sementara penyebab pelajar tidak bisa membaca karena tahun sebelumnya terdampak Covid-19.

"Akhirnya, proses pembelajaran kurang efektif ketika duduk di bangku sekolah dasar (SD)," katanya.

Penyebab lain di antaranya, kondisi orang tua yang mungkin terlalu sibuk dengan aktivitasnya.

Sehingga, akhirnya tidak ada stimulus dan bimbingan belajar dari orang tua.

"Saya juga merasa sedih, kasian, khawatir mereka minder di kelas. Makanya, saya biasanya memberi tanda pada buku nilai," ucap Dian.

Supaya cepat bisa membaca, Ia kemudian mencoba mengetes secara lisan terhadap siswa-siswi tersebut.

Dia menduga, hal tersebut bukan hanya terjadi di sekolah tempat kerjanya tapi juga terjadi di beberapa sekolah lain.

"(Di SMP lain) kayaknya sama saja. Malah saat saya lihat komentar di salah satu pegiat pendidikan di Instagram, banyak yang mengeluhkan," ujarnya. (*)

Sumber: Tribun Priangan
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved