Berita Pangandaran

20 Warga Pangandaran Meninggal Akibat Leptospirosis

Pemerintah Daerah melalui Dinas Kesehatan Kabupaten Pangandaran mendata, ada 20 kematian akibat penyakit Leptospirosis di daerahnya.

Editor: ferri amiril
Kompas.com
Ilustrasi penyakit kencing tikus atau leptospirosis 

Laporan Kontributor TribunPriangan.com Pangandaran, Padna

TRIBUNPRIANGAN.COM, PANGANDARAN - Pemerintah Daerah melalui Dinas Kesehatan Kabupaten Pangandaran mendata, ada 20 kematian akibat penyakit Leptospirosis di daerahnya.

Hal tersebut disampaikan Aang Syafeurahmat selaku Kabid Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit (P2P) di Dinas Kesehatan Kabupaten Pangandaran.

Bahwa, kasus Leptospirosis yang menimpa warga yang mayoritas para petani di Kabupaten Pangandaran cukup tinggi.

"Semuanya, ada 300 temuan penyakit ini, 20 di antaranya meninggal dunia," ujar Aang kepada wartawan melalui WhatsApp, Rabu (15/3/2023) siang.

Menurutnya, Kabupaten Pangandaran merupakan satu dari dua daerah yang sudah ditemukan penyakit Leptpsperosisi ini.

Baca juga: Cuaca Hari Ini Pangandaran, Hujan Ringan Diprediksi Turun Sepanjang Hari

"Satu lagi adalah Kabupaten Tasikmalaya. Kalau daerah lain, itu baru indikasi," katanya.

Tentu, kata Ia, dalam upaya penanganan Leptospirosis di Pangandaran bisa membuat RSUD Pandega sebagai Sentinel atau terfokus pada kegiatan leptospirosis yang harus menjadi rujukan puskesmas lain.

Selain itu, sentinel diterapkan di Puskesmas Kalipucang dan Puskesmas Cijulang. Dalam sentinel,, ada kegiatan deteksi pengobatan, pengendalian vektor virusnya.

Sebenarnya, bakteri merupakan penyebab dari penyakit tersebut sehingga untuk penyembuhannya bisa menggunakan antibiotik.

"Yang menyebabkan kematian akibat kencing tikus itu karena sudah fase sudah Weil's disease," ujarnya.

Baca juga: Jelang Ramadan, Beberapa Harga Kebutuhan Pokok Masyarakat di Pangandaran Naik dan Turun

Menurutnya, adapun ciri-ciri tubuh yang sudah parah di antaranya jika sudah berwarna kuning kemudian melakukan cuci darah.

Memang, kematian di Pangandaran sangat tinggi. Tapi, pasien rata-rata datang ke Puskesmas sudah dalam kondisi parah.

"Karena, mungkin ketidaktahuan soal penyakit tersebut. Kasusnya memang jarang, membuat pengetahuan kurang," kata Aef.

Untuk menangani kasus tersebut, pihaknya sudah melakukan pengetahuan kapasitas dokter dan perawat puskesmas dan klinik yaitu mengadakan zoom meeting dengan dokter dalam.

Halaman
12
Sumber: Tribun Priangan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved