Jalan Pasir Gintung-Lengkongbarang di Desa Mandalamekar Tasikmalaya Belum Pernah Diaspal Sejak 1945

Ruas Jalan Pasir Gintung-Lengkongbarang di Desa Mandalamekar Tasikmalaya Belum Pernah Diaspal Sejak 1945.

Penulis: Aldi M Perdana | Editor: Gelar Aldi Sugiara
TribunPriangan.com/Aldi M Perdana
Mobil melintas di jalan rusak yang berlokasi di Desa Mandalamekar, Kecamatan Jatiwaras, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. 

Laporan Jurnalis TribunPriangan.com, Aldi M. Perdana

TRIBUNPRIANGAN.COM, KABUPATEN TASIKMALAYA - Ruas Jalan Pasir Gintung-Lengkongbarang di Desa Mandalamekar Kabupaten Tasikmalaya diketahui belum pernah diaspal sejak kemerdekaan Indonesia 1945.

Sedang jalan yang sudah pernah diaspal di desa tersebut juga hampir selama 20 tahun tidak pernah mengalami perbaikan.

Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Desa Mandalamekar Alfie Akhmad Sa’adan Hariri.

Baca juga: Jalan Rusak Berat Ancam Potensi Wisata dan Ekonomi di Kabupaten Tasikmalaya Selatan

“Saya tidak tahu persis berapa kilometer (jalan) yang parah dan sangat tidak bisa dilewati, yang jelas, khusus di wilayah saya, Desa Mandalamekar, jalan yang dulu pernah sekali diaspal Lapis Penetrasi Makadam (LAPEN) itu sudah hampir 20 tahun tidak pernah ada perbaikan. Bahkan, sebagian jalan tersebut juga ada yang sama sekali tidak pernah diaspal dari zaman kemerdekaan tahun 1945 itu. Namanya ruas Jalan Pasir Gintung-Lengkongbarang,” jelas Alfie saat ditemui TribunPriangan.com, Selasa (3/1/2023).

Akibatnya, sambung Alfie, jalan tersebut sulit untuk dilalui oleh masyarakat Mandalamekar, terlebih jika pada saat kondisinya cukup genting.

“Terutama masyarakat yang harus segera (dilarikan) ke Rumah Sakit atau Instalasi Gawat Darurat (IGD). Bahkan, dulu pernah ada yang sempat melahirkan di dalam mobil waktu pejalanan menuju Rumah Sakit,” terangnya.

Baca juga: Ulama dan Ormas Islam Kota Tasikmalaya Usul Perda Tata Nilai Direvisi, Antisipasi Disalahgunakan

Mobil inventaris kepala desa sendiri bahkan dikonsentrasikan untuk mengantar masyarakat yang dirasa perlu dilarikan ke Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskemas), Rumah Sakit, atau Pondok Bersalin Desa (Polindes).

Terkadang, lanjutnya, mobil tersebut bisa bolak-balik Rumah Sakit sampai tiga kali dalam satu hari.

Oleh karena itu, dengan kondisi jalan bebatuan serta terjal seperti itu, ban mobil kerap bermasalah.

Baca juga: Harga Bahan Baku Melejit hingga 50 Persen, Pengrajin Bordir Tasikmalaya Menjerit dan Berguguran

Keadaan itu membuai ban mobil harus diganti beberapa kali dalam satun tahun.

“Berangkat dari permasalahan seperti itu, jika kami menggunakan dana desa untuk perbaikan jalan, kendalanya itu jelas akan berbenturan dengan regulasi, karena itu kan statusnya jalan kabupaten,” keluh Alfie.

Kendati demikian, pihaknya kerap melakukan perbaikan-perbaikan kecil secara swadaya masyarakat untuk jangka pendek.

jalan rusak di Desa Mandalamekar
Warga desa (Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak) lakukan perbaikan jalan rusak secara swadaya di Desa Mandalamekar, Kecamatan Jatiwaras, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat.

Jika bahan material perbaikan jalan hasil swadaya dirasa kurang, dirinya juga terkadang meminta bantuan kepada para pengusaha lokal.

“Biasanya yang punya truk gitu kan, untuk mengumpulkan material, akhirnya kita pasang secara kerja bakti,” ujarnya.

Perbaikan kecil untuk jangka pendek ini, sambung Alfie, kerap diproriataskan di titik-titik rawan kecelakaan sepanjang ruas jalan tersebut.

Baca juga: Jalan Rusak Berat Ancam Potensi Wisata dan Ekonomi di Kabupaten Tasikmalaya Selatan

“Perlu diketahui, Desa Mandalamekar itu salah satu dari lima desa yang diberikan sertifikat atau Surat Keputusan (SK) sebagai Desa Berkembang atau Desa Wisata dari total 351 desa di Kabupaten Tasikmalaya,” ungkapnya.

Tak hanya pariwisata, Desa Mandalamekar juga memiliki potensi ekonomi pada kayu dan bahan komoditas pasar dari pertanian lokal, kini terkendala oleh jalan rusak tersebut.

Bahkan, kendaraan yang mengantar komoditas telur untuk didistribusikan ke desa-desa sekitar, pernah mengalami kerugian yang cukup besar akibat melintasi jalan ini.

Baca juga: Wisata Tasikmalaya Rumah Batu, Destinasi Bangunan Unik di Tengah Hutan yang Wajib Dikunjungi

Telur yang dibawanya pecah sebanyak 80 kilogram, sehingga kerugian yang dialami peternak cukup besar.

Sebagai kepala desa, Alfie memohon kepada Pemerintah Daerah (Pemda) supaya memperhatikan permasalahan jalanan rusak di Kabupaten Tasikmalaya bagian selatan, khususnya desanya.

“Kalau saya boleh analogikan, seandainya kita punya tiga anak mengalami sakit-sakitan dan kita hanya punya uang dua juta, ya jangan beli motor atau emas dulu. Lebih baik uangnya dipakai berobat anak-anak kita. Kan begitu. Jadi, saya mohon kepada Pemda, anggarannya dipakai perbaikan jalan dulu. Skala prioritasnya diutamakan. Fokus sama hal-hal yang genting, seperti jalan di desa ini, yang selama 20 tahun belum ada perbaikan, bahkan sejak kita merdeka 77 tahun lalu (1945), masih belum juga diaspal,” pungkas Alfie sambil meringis. (*)

Sumber: Tribun Priangan
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved