Gempa Bumi Cianjur
Cerita Mistis di Lokasi Longsor Warung Sate Shinta, Dikenal Angker Warga Sekitar
Kejadian angker itu pernah dialami oleh tukang sate keliling yang sedang melintas di lokasi longsor Warung Sate Shinta Jalan Raya Cipanas-Puncak
TRIBUNPRIANGAN.COM, CIANJUR - Cerita mistis di lokasi longsor Warung Sate Shinta yang berada di Jalan Raya Cipanas-Puncak, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, sudah lama diketahui warga sekitar.
Lokasi yang jadi saksi bisu terjadinya longsor saat gempa di Cianjur, Senin (21/11/2022) itu memang dikenal angker oleh warga sekitar.
Kejadian angker itu pernah dialami oleh tukang sate keliling yang sedang melintas di lokasi tersebut.
Cerita itu juga sudah sering didengar oleh warga sekitar hingga jadi cerita turun temurun.
Diketahui hingga saat ini, Tim SAR gabungan masih terus melakukan pencarian terhadap korban longsor di lokasi tersebut.
Baca juga: Diguncang Gempa Cianjur. Rumah Panggung di Kampung Gintung Ini Tak Ambruk Masih Kokoh Berdiri
Baca juga: Mengungsi ke Kuburan Tak Takut Hantu, Warga Cikaret Girang Lebih Takut Gempa Susulan
Tepatnya di akses jalan dekat warung sate Shinta yang menjadi pusat lokasi pencarian korban.
Rupanya jalur tersebut disebut-sebut memang terkenal angker sejak zaman dulu.
Banyak warga sekitar yang pernah mengalami kejadian mistis saat melewati jalur penghubung antara Cipanas dan Cianjur tersebut.
Cerita mistis di sekitar Warung Sate Shinta ini diungkap oleh warga sekitar, DAD (50).
DAD membenarkan bahwa jalur yang tertimbun longsor itu memang dikenal angker sejak dulu.
"Ini dulunya tempat angker ini, suka kalau lewat sini ada lah. Dulu nggak rame kaya gini," ujar DAD dilansir TribunnewsBogor.com dari Tribunnews.com, Sabtu (26/11/2022).
Salah satu cerita yang cukup dikenal warga sekitar yakni pembeli sate yang berasal dari atas bukit.
Menurut DAD, saat itu pernah ada tukang sate yang berjualan melintas di lokasi tersebut pada malam hari.
Singkat cerita, penjual sate itu tiba-tiba dipanggil oleh seorang pembeli dari atas bukit jalan tersebut.
Padahal, kata dia, bukit yang bernama Palalangon itu bukan pemukiman warga.