Kampung Adat Kuta
Era Digital di Kampung Adat Kuta yang Masih Sulit Sinyal (3)
Gapura gerbang masuk Kampung Kuta tersebut bangunannya sederhana. Beratap injuk, ciri khas rumah di Kampung Kuta.
Penulis: Redaksi | Editor: Dwi Yansetyo Nugroho
TRIBUNPRIANGAN.COM,CIAMIS – Ketika akan masuk kawasan Kampung Adat Kuta di Desa Karangpaningal Kecamatan Tambaksari Ciamis, terlebih dahulu harus melewati gapura pintu gerbang masuk Kampung Kuta.
Gapura tersebut berada di jalan satu-satunya menuju Kampung Kuta. Di daerah tapal batas Dusun Marga dengan Kampung Kuta.
Jalan tapal batas tersebut berada di atas ketinggian tebing, sedangkan Kampung Kuta berada di bawahnya di lembah dengan ketinggian curam sekitar 75 meter.
Gapura gerbang masuk Kampung Kuta tersebut bangunannya sederhana. Beratap injuk, ciri khas rumah di Kampung Kuta.
Kiri kanan gerbang tersebut mirip saung rangon ada dua tingkat tempat untuk duduk-duduk.
Baca juga: Era Digital di Kampung Adat Kuta yang Masih Sulit Sinyal (1)
Saung gapura gerbang masuk Kampung Kuta tersebut merupakan tempat pavorit bagi warga Kampung Kuta yang berburu sinyal HP. Maklum di Kampung Kuta yang berada di lembah tebing tersebut jauh dari jangkauan sinyal. Sinyal tak merata alias blank spot.
“Saung gapura itu sering dipakai anak-anak sekolah untuk belajar daring (online) waktu masa pandemi kemarin. Sekarang saungnya agak sepi, soalnya anak-anak sekolah sekarang belajarnya sudah kembali tatap muka. Tidak daring lagi,” ujar Kepala Dusun Kampung Kuta, Didi Sardi kepada Tribun Senin (14/10).
Menurut Didi, di Kampung Kuta ada 10 anak yang sekolah di SD, 7 orang di SMP, 2 orang di SMA, serta 2 orang kuliah di perguruan tinggi (PT).
Hampir semuanya dibekali orangtua masing-masing dengan HP. Terlebih waktu masa pandemi lalu, karena belajarnya harus daring (online).
Baca juga: Era Digital di Kampung Adat Kuta yang Masih Sulit Sinyal (2)
Karena di Kampung Kuta tidak ada sekolah formal. Anak-anak dari Kampung Kuta sekolah SD-nya di SDN 2 Karangpaninggal di Dusun Marga.
Untuk ke sekolah di SDN 2 Karangpaningal di Dusun Marga tersebut anak-anak dari Kampung Kuta harus berjalan kaki, melewati jalan yang menanjak dan menurun sejauh 2 km. Atau diantar orang tuanya.
Demikian juga yang sekolah SMP di SMP Tambaksari umumnya diantar orang tuanya dengan sepeda motor. Sedangkan yang sekolah di SMA umumnya di SMAN Rancah. Mengendarai sepeda motor sendiri.
Di Tambaksari sendiri belum ada SMA,SMK dan Aliyah. Baru tahun ini dibuka SMKN di Tambaksari filial dari SMK 3 Kota Banjar.
Selama masa pandemi anak-anak dari Kampung Kuta belajar online (daring) nya terpaksa di saung Gapura Gerbang Masuk Kampung Kuta tersebut, meski harus jalan kaki sejauh 1 km dari rumah masing-masing. Karena di rumah susah sinyal.
Baca juga: TribunPriangan.com Akan Launching, GM Business Tribun Jabar: Konten-konten Priangan Terakomodir
“Baik yang sekolah di SD, SMP maupun SMA belajar daringnya di saung Gapura itu. Atau di warung dekat gapura. Mereka ramai-ramai mengerjakan tugas dari sekolah. Kebetulan di kedua tempat tersebut sinyalnya bagus,” katanya.
Di tengah serbuan era digital, ternyata anak-anak Kampung Kuta tidak bisa leluasa setiap saat menjelajahi dunia maya (internet) untuk bersilancar, chating WA-an, main game online atau nonton video, youtube dan sebagainya. Karena Kampung Kuta tidak masuk daerah yang sinyal HP-nya merata.
Dengan tidak tersedianya sinyal yang baik dan merata, ketergantungan anak-anak warga Kampung Kuta terhadap HP belum begitu mendalam.
Kecuali bagi mereka yang mau berjuang mencari sinyal ke tempat yang tinggi, seperti di saung Gapura Gerbang masuk Kampung Kuta tersebut.
Baca juga: TribunPriangan.com Akan Launching, GM Business Tribun Jabar: Konten-konten Priangan Terakomodir
Sinyal menyentuh Kampung Kuta ketika udara cerah. Itupun hanya cukup untuk telepon atau SMS. Tidak bisa WA call, chattingan atau kirim video maupun live streaming.
Apalagi ketika udara mendung maupun hujan, sinyal tenggelam ke dasar blank spot.
Mungkin dengan kondisi keterbatasan sinyal tersebut, menurut Didi, anak-anak di Kampung Kuta masih banyak yang bermain di halaman bersama teman-temannya.
Bermain beragam kaulinan budak. Seperti sumput beling, engrang , serta permainan tradisi lainnya. Juga ada main bola di lapangan maupun main layangan di sawah usai panen.
“Berbagai kaulinan budak di Kampung Kuta masih tetap jalan. Belum tersingkirkan oleh budaya HP,” ujar Didi.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/priangan/foto/bank/originals/Era-Digital-diKampungAdatKutayang-Masih-Sulit-Sinyal.jpg)