Gagal Ginjal Akut

RSHS Bandung Rawat 12 Pasien Gagal Ginjal Akut

Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung kini merawat 12 pasien gagal ginjal akut. Satu di antaranya sedang dirawat intensif di ICU.

web.rshs.or.id
Gedung RSHS Bandung. 

Laporan Kontributor TribunPriangan.com, Muhamad Syarif Abdussalam

TRIBUNPRIANGAN.COM, BANDUNG - Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung telah merawat 12 pasien gagal ginjal akut sampai Rabu (19/10/2022). 

Kepala Divisi Nefrologi Kelompok Staf Medis (KSM) Ilmu Kesehatan Anak RSHS Bandung, Prof Dr Dany Hilmanto, dr., Sp.AK, menyatakan, satu dari 12 pasien tersebut masih menjalani perawatan intensif di Intensive Care Unit atau ICU.

"Sampai hari ini ada 12 orang. Masih dirawat tiga orang, di ICU satu orang, dan satu pasien lagi membaik dan mau pulang," kata Dany di RSHS Bandung, Rabu (19/10).

Dany mengatakan, semua dokter dan tenaga kesehatan di Jawa Barat, termasuk di RSHS Bandung, sudah diberi petunjuk dalam penanganan kasus gagal ginjal akut.

Penanganan ini, lanjut Dany, dapat dilakukan dengan cara pengetesan kreatinin dan tes urin.

Baca juga: Cegah Gagal Ginjal Akut, Ahli Kesehatan Anak RSHS Bandung: Konsumsi Obat dan Makanan Sewajarnya

Baca juga: Paracetamol Sirup yang Diduga Terkait Gagal Ginjal Akut, Disebut BPOM Tak Terdaftar di Indonesia

"Dengan istilah baru ini, kita dapat lakuakan deteksi lebih dini kepada yang mengalami gagal ginjal akut, terutama anak," katanya.

Menurut Dany, secara etiologi, gagal ginjal akut dibagi ke dalam tiga jenis. Pertama adalah yang bersifat prerenal atau sebelum ginjal. Contohnya dalam kasus ini adalah diare sampai kekurangan cairan yang mengalir ke ginjal.

Kedua, sambung Dany, yaitu penyebab ginjal atau renal, misalnya penyakif ginjal sendiri. Sedangkan ketiga, dapat ditemui pada penyebab setelah atau di luar ginjal atau postrenal, seperti tumor dan batu ginjal.

"Mulai dari Januari, dan puncaknya (gagal ginjal akut) Agustus, dan September. Anak memiliki batuk-pilek 7 sampai 14 hari belum sembuh, bahkan buang air kecil terganggu, dan hilang kesadaran," katanya.

"Ada yang datang di stadium berat. Kalau sudah jatuh ke acute kidney injury, peluang hidup kurang baik. Ada yang baru datang ke rumah sakit karena sudah tidak sadar," ujarnya menambahkan.

Baca juga: Dalam Tiga Tahun, 36 Orang Meninggal Akibat DBD

Baca juga: Penyakit Ini yang Sering Muncul saat Cuaca Ekstrem, Kenali Pencegahannya

Selain pengetesan kreatinin dan tes urin, Dany mengatakan pedoman tata laksana penanganan penyakit ini sudah jelas diberikan pemerintah melalui alur pencegahan, deteksi, dan pengobatan.

Adapun penanganan terakhir untuk gagal ginjal ini, katanya, adalah dengan cara cuci darah.

Menurutnya, pasien penyakit ini didominasi usia balita dengan gejala demam yang tidak terlalu tinggi, muntah, diare, batuk, dan pilek.

"Dokter dan masyarakat apabila anak datang ada panas, batuk, pilek, memanjang tujuh hari, apalagi disertai diare maka masukkan ke pusat pelayanan kesehatan. Kemudian periksa kreatinin, dan harus ke rumah sakit rujukan," tutupnya. (*)

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved