Pegiat Literasi Digital di Pangandaran Ingatkan Pelajar: Jangan Terjebak Dunia Maya

Pegiat Literasi Digital di Pangandaran Ingatkan Pelajar: Jangan Terjebak Dunia Maya, Bijak Gunakan Media Sosial

Penulis: Padna | Editor: ferri amiril
tribunpriangan.com/padna
LITERASI DIGITAL - Pegiat Literasi Digital di Pangandaran Ingatkan Pelajar: Jangan Terjebak Dunia Maya, Bijak Gunakan Media Sosial 

Laporan Kontributor TribunPriangan.com Pangandaran, Padna

TRIBUNPRIANGAN.COM, PANGANDARAN – Di tengah derasnya arus informasi di era digital, para pelajar di Kabupaten Pangandaran diingatkan untuk tidak larut dalam penggunaan media sosial tanpa batas.

Pegiat literasi digital Pangandaran, Aldi Nur Fadillah, menegaskan bahwa generasi muda harus menjadi garda terdepan dalam menyuarakan gerakan literasi digital yang sehat dan bertanggung jawab.

“Pengguna media sosial di Indonesia sudah mencapai lebih dari 50 persen populasi. Berdasarkan data BPS tahun 2024, dari 285 juta penduduk, sekitar 143 juta orang aktif menggunakan media sosial,” ujar Aldi kepada Tribun Jabar, Rabu (8/10/2025).

Aldi juga mengutip laporan Digital 2025 Global Overview Report dari We Are Social dan Meltwater, serta data APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) yang mencatat sekitar 212 juta penduduk Indonesia aktif menggunakan internet pada 2024.

“Rata-rata pengguna internet menghabiskan waktu hingga 5 jam per hari, dan yang paling banyak menggunakan justru generasi Alpha atau anak-anak kelahiran 2010–2024,” katanya.
 
Gen Alpha Paling Rentan Terpapar Konten Tidak Sehat
Menurut Aldi, generasi Alpha lebih cepat terpapar konten karena kecenderungan mereka terhadap visual dibandingkan teks.

“Banyak anak sudah punya akun media sosial sejak dini tanpa pengawasan orang tua. Ini bisa memengaruhi psikologis mereka — dari perilaku hingga pola pikir,” ujarnya.
Ia juga menyoroti fenomena pelajar yang meniru gaya hidup influencer tanpa mempertimbangkan realitas.

“Banyak yang ingin hidup seperti selebriti media sosial, padahal itu bisa membatasi eksplorasi jati diri dan mengarahkan mereka ke impian semu,” jelasnya.
Karena itu, ia menegaskan pentingnya memilah dan memilih konten yang dikonsumsi.

“Literasi digital itu kunci — agar kita tahu mana konten yang bermanfaat dan mana yang justru merugikan,” ujar Aldi.
 
Waspadai Efek “Filter Bubble” di Media Sosial
Aldi juga mengingatkan bahaya algoritma media sosial yang menciptakan filter bubble, yakni kondisi di mana pengguna hanya disajikan informasi sesuai minatnya.

“Misal sering mencari resep masakan, maka semua konten yang muncul hanya seputar masak. Itu membuat pengguna terkunci dalam satu perspektif saja,” katanya.
Menurutnya, kesadaran digital bukan hanya soal bisa menggunakan teknologi, tapi juga soal memahami dan menilai informasi secara kritis.

Paguyuban Duta Baca Pangandaran Dorong Literasi Digital Positif
Ketua Paguyuban Duta Baca Pangandaran, Daniel Denny, menambahkan bahwa gerakan literasi digital di kalangan pelajar terus digalakkan melalui program kreatif berbasis media sosial.

“Kami mengajak siswa ikut program baca online, di mana mereka membaca buku lalu membagikan resensinya di media sosial. Ini cara sederhana tapi efektif menyebarkan konten edukatif,” ujarnya.
Menurut Daniel, kegiatan semacam itu terbukti meningkatkan minat baca sekaligus kesadaran menyaring informasi di dunia maya.

“Literasi digital bukan sekadar soal teknologi, tapi tentang kemampuan memahami, menganalisis, dan membuat konten yang bertanggung jawab. Itu yang harus ditanamkan sejak dini,” tutupnya.(*)

Sumber: Tribun Priangan
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved