Naskah Khutbah Jumat
Khutbah Jumat 21 November 2025: Waktu Adalah Pedang Bermata Dua, Jadilah Amanah atau Mati Sia-sia
Naskah Khutbah Jumat 21 November 2025: Waktu Adalah Pedang Bermata Dua, Jadilah Amanah atau Mati Sia-sia
Penulis: Lulu Aulia Lisaholith | Editor: ferri amiril
Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kita berbagai macam kenikmatan sehingga kita dapat memenuhi panggilan-Nya untuk menunaikan shalat Jumat. Nikmat yang harus digunakan dalam rangka memenuhi syariat yang telah ditetapkan-Nya.
Shalawat beserta salam, mari kita haturkan bersama kepada Nabi Muhammad saw, juga kepada para keluarganya, sahabatnya, dan semoga melimpah kepada kita semua selaku umatnya. Aamiiin ya Rabbal ‘alamin.
Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah
Salah satu nikmat besar yang sering umat manusia lupakan adalah nikmat waktu. Waktu adalah modal utama dalam hidup, dan sekaligus ujian yang paling halus. Ia terus berjalan tanpa menunggu, tanpa bisa diulang, tanpa bisa dibeli kembali.
Namun, seringkali disia-siakan, dan dihabiskan untuk hal yang sia-sia, tanpa sadar bahwa kelalaian yang dilakukan pada hari ini akan menjadi penyesalan di hari kemudian.
Baca juga: Khutbah Jumat 21 November 2025: Amalan yang Sering Terabaikan, Namun Datangkan Rezeki Paling Deras
Sebagai agama, Islam dengan tegas memberi peringatan kepada umat Islam untuk tidak menyia-nyiakan waktu. Bahkan dalam Al-Qur’an Allah SWT memberikan pengingat bahwa kebanyakan manusia jatuh dalam kerugian karena menyia-nyakan waktu untuk hal yang tidak bermanfaat.
Allah berfirman dalam surat Al-Ashr ayat 1-3:
وَالْعَصْرِۙ اِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍۙ اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ ەۙ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِࣖ
Artinya: “Demi masa, sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh serta saling menasihati untuk kebenaran dan kesabaran”. (Qs. Al-Ashr: 1-3)
Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah
Pada ayat di atas Allah SWT dengan tegas memberikan pengingat kepada umat manusia agar tidak termasuk orang yang merugi. Dalam ayat di atas dijelaskan bahwa kebanyakan dari umat manusia jatuh dalam kerugian ketika hidup di dunia. Terdapat 4 syarat agar tidak termasuk ke dalam bagian orang yang merugi di dunia yaitu beriman, beramal saleh, dan saling menasihati sesama untuk kebenaran dan kesabaran.
Syekh Nawawi Al-Bantani dalam Tafsirnya Marah Labid juz II hal 661 menjelaskan bahwa maksud dari kerugian pada ayat di atas ialah tertipu dalam perjalanan hidup di dunia dengan menghabiskan umur dalam kemaksiatan, atau bermakna kerugian karena tidak bisa beramal ibadah setelah tua dan meninggal dunia.
إِنَّ الْإِنْسانَ لَفِي خُسْرٍ (٢) أَيْ لَفِيْ غُبْنٍ فِيْ مَسَاعِيْهِمْ وَصَرْفِ أَعْمَارِهِمْ فِيْ مَبَاغِيْهِمْ أَوْ فِيْ نُقْصَانِ عَمَلِهِ بَعْدَ الْهَرَمِ وَالْمَوْتِ
Artinya: “Sesungguhnya manusia benar-benar dalam kerugian yakni tertipu dalam perjalanan hidup dan menghabiskan umur dalam kemaksiatan atau sebab kurangnya amal ibadah karena masa tua dan kematian.” Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah Lebih lanjut, Syekh Nawawi menjelaskan bahwa terdapat 4 syarat agar umat manusia tidak termasuk ke dalam bagian orang yang merugi.
Baca juga: Naskah Khutbah Jumat 21 November 2025: Obat dari Segala Penyakit Hati yang Hampa dan Kering
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/priangan/foto/bank/originals/Salat-Berjamaah-di-Masjid.jpg)