Naskah Khutbah Jumat

Naskah Khtubah Jumat 14 November 2025: Berserahlah Jika Ingin Hidup Lancar dan Terarah

Naskah Khtubah Jumat 14 November 2025: Berserahlah Jika Ingin Hidup Lancar dan Terarah

TribunNews.com
NAKSAH KHUTBAH TERBARU - Naskah Khtubah Jumat 14 November 2025: Berserahlah Jika Ingin Hidup Lancar dan Terarah. Ilustrasi Sholat Jumat 

TRIBUNPRIANGAN.COM - Tribuners, rukun wajib sebelum pelaksanaan Salat Jumat yang dua rakaat pada Hari Jumat, adalah tak boleh dilewatkannya khutbah Jumat.

Dalam Islam penyampaian khatib menjadi sangat penting adanya dan dianjurkan agar isi khutbah tidak disampaikan terlalu panjang serta tidak membosankan.

Anjuran ini datang untuk memudahkan dan mempercepat penyampaian khutbah agar singkat terdapat di dalam sebuah hadits riwayat Muslim dan Ahmad,

عَنْ عَمَّارِ بْنِ يَاسِرٍ قَالَ إِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ طُولَ صَلاَةِ الرَّجُلِ وَقِصَرَ خُطْبَتِهِ مَئِنَّةٌ مِنْ فِقْهِهِ فَأَطِيلُوا الصَّلاَةَ وَاقْصُرُوا الْخُطْبَةَ وَإِنَّ مِنْ الْبَيَانِ سِحْرًا (رواه مسلم وأحمد)

Artinya: "Dari Ammar Ibn Yasir (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: Sesunggunguhnya panjangnya sholat dan pendeknya khutbah seorang khatib adalah tanda kepahaman seseorang tentang agama. Oleh karena itu panjangkanlah sholat dan persingkatlah khutbah; sesungguhnya dalam penjelasan singkat ada daya tarik." (HR Muslim dan Ahmad)

Untuk itu penting dipahami jika isi dan esensi khutbah menjadi hal penting, baik bagi jamaah maupun bagi para calon khatib yang ingin menyampaikan pesan dengan lebih kuat dan menyentuh hati.

Dalam artikel ini, TribunPriangan ingin mengulas salah satu topik Khutbah Jumat yang bisa menjadi acuan saat pelaksanaan Shalat Jumat berlangsung nanti, dengan judul "Berserahlah Jika Ingin Hidup Lancar dan Terarah."

Pasalnya, zaman sekarang, kehidupan manusia dipenuhi dengan berbagai ujian dan perubahan yang tak menentu. Musibah, kehilangan, serta kesulitan hidup sering membuat banyak orang gelisah, kehilangan arah, bahkan meragukan takdir Allah. Tidak sedikit pula yang larut dalam kesedihan berlebihan ketika diuji, atau sebaliknya, menjadi sombong ketika mendapat kenikmatan. 

Padahal, ketenangan sejati hanya akan diraih oleh mereka yang mampu berserah diri sepenuhnya kepada kehendak Allah Swt. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk kembali menanamkan sikap tawakal dan ridha, agar hidup menjadi lebih terarah, sabar dalam ujian, dan penuh syukur dalam kelapangan.

Baca juga: Naskah Khutbah Jumat 14 November 2025: 4 Poin Penting Membuat Berkah Rezeki dan Hidup Pengais Rezeki

Khutbah I   

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، اَلْعَزِيْزِ الْمَنَّانِ، الَّذِي كَتَبَ الْمَقَادِيْرَ وَأَحْكَمَهَا، وَخَلَقَ الْمَخْلُوْقَاتِ وَدَبَّرَهَا، لَا يُسْأَلُ عَمَّا يَفْعَلُ وَهُمْ يُسْأَلُوْنَ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةً تُنْجِي قَائِلَهَا يَوْمَ يَقوْمُ النَّاسُ لِرَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، الْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِّلْعَالَمِيْنَ، صَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، صَلَاةً وَسَلَامًا دَائِمَيْنِ مُتَلَازِمَيْنِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ   فَيَا أَيُّهَا الْـمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَظِيْمِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٖ فِي ٱلۡأَرۡضِ وَلَا فِيٓ أَنفُسِكُمۡ إِلَّا فِي كِتَٰبٖ مِّن قَبۡلِ أَن نَّبۡرَأَهَآۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى ٱللَّهِ يَسِيرٞ، لِّكَيۡلَا تَأۡسَوۡاْ عَلَىٰ مَا فَاتَكُمۡ وَلَا تَفۡرَحُواْ بِمَآ ءَاتَىٰكُمۡۗ وَٱللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخۡتَالٖ فَخُورٍ  

Ma’âsyiral Muslimîn rahimakumullâh 

Mengawali khutbah pada siang hari yang penuh keberkahan ini, khatib berwasiat kepada kita semua, terutama kepada diri khatib pribadi untuk senantiasa berusaha meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kita kepada Allâh swt, satu-satunya Tuhan yang wajib dan berhak disembah, Pencipta segala sesuatu, yang menakdirkan terjadinya segala sesuatu, Mahakuasa atas segala sesuatu, tidak membutuhkan kepada segala sesuatu dan berbeda dengan segala sesuatu, yang tidak membutuhkan kepada tempat dan arah serta Mahasuci dari bentuk dan ukuran.  

Hadirin jamaah shalat Jum’at rahimakumullâh 

Betapa banyak manusia di kehidupan dunia ini menghadapi berbagai musibah dan ujian yang menggelisahkan pikiran, mengeruhkan ketenangan jiwa, bahkan terkadang mengguncang hati. Betapa banyak orang yang karena musibah itu menjadi bingung, tidak tahu harus berbuat apa, atau bahkan sampai menyebabkan kondisi kesehatan mereka memburuk. Hingga sebagian dari mereka dilanda penyakit, digerogoti kelemahan, lalu hidup dalam kesedihan dan nestapa, tidak tenang hatinya dan tidak tenteram jiwanya. Ia bangun pagi dan tidur malam dalam keadaan murung, gelisah, dan kehilangan arah.  

Ma’âsyiral Muslimîn rahimakumullâh

Inilah yang terjadi pada banyak orang di zaman kita sekarang. Seseorang biasanya hanya bergembira ketika memperoleh nikmat, merasa tenang saat hidup dalam kelapangan, lalu bersedih dan gelisah ketika ditimpa kesusahan. Padahal, orang yang benar-benar berakal cerdas adalah yang mampu melahirkan syukur dalam kegembiraannya, dan menghadirkan sabar dalam kesedihannya.   

Sesungguhnya yang tercela dari kesedihan adalah keluh kesah yang menafikan kesabaran, dan yang tercela dari kegembiraan adalah kesombongan yang melalaikan dari syukur kepada Allah Ta‘ala. Betapa banyak orang yang karena musibah justru berani mencela Tuhannya, hingga keluar dari agama. Dan betapa banyak pula orang yang karena nikmat justru bergembira secara berlebihan, hingga terjerumus ke dalam perkara yang diharamkan Allah. Kedua sikap ini sama-sama buruk dan tidak dapat dibenarkan.

Baca juga: Naskah Khutbah Jumat 14 November 2025: Iri dan Dengki Pembunuh Rasa Syukur

Ma’âsyiral Muslimîn rahimakumullâh 

Hikmah yang benar menuntut kita untuk berserah diri kepada Allah Ta‘ala dan bertawakal kepada-Nya. Sebab tidak ada yang dapat menolak kehendak Allah Yang Maha Agung. Dan ingat bahwa tidak semua yang diinginkan manusia dapat tercapai. Allah Ta‘ala berfirman:   

قُل لَّن يُصِيبَنَآ إِلَّا مَا كَتَبَ ٱللَّهُ لَنَا هُوَ مَوۡلَىٰنَاۚ وَعَلَى ٱللَّهِ فَلۡيَتَوَكَّلِ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ   

Artinya: “Katakanlah (Nabi Muhammad), “Tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah hendaknya orang-orang mukmin bertawakal.” (QS at-Taubah: 51)   

Baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:   

 مَا شَاءَ اللهُ كَانَ وَمَا لَمْ يَشَأْ لَمْ يَكُنْ (رواه البيهقي)   

Artinya: “Apa yang Allah kehendaki pasti terjadi, dan apa yang tidak Dia kehendaki tidak akan terjadi.” (HR al-Baihaqi).  

Maka seluruh urusan dan perkara adalah milik Allah. Semua sudah menjadi ketetapan Allah. Barang siapa beriman, bersabar, dan ridha, ia akan mendapatkan pahala. Sebaliknya barang siapa yang menentang dan kufur, ia berdosa dan berhak atas azab yang pedih. Dan kehendak Allah pasti berlaku dalam kedua keadaan itu.   

Janganlah kita memprotes dan menentang ketetapan Allah, karena Allah Ta‘ala menegaskan:   

لَا يُسۡـَٔلُ عَمَّا يَفۡعَلُ وَهُمۡ يُسۡـَٔلُونَ   

Artinya: “(Allah) tidak ditanya tentang apa yang Dia perbuat, tetapi merekalah yang akan ditanya.” (QS al-Anbiya’: 23).   

Imam Abu Ja‘far At-Thahawi dalam kitab Al-‘Aqidah Ath-Thahawiyah berkata:    

وَلَا تَثْبُتُ قَدَمٌ فِي الْإِسْلَامِ إِلَّا عَلَى ظَهْرِ التَّسْلِيْمِ وَالْاِسْتِسْلَامِ   

Artinya, “Tidak akan tegak kaki seseorang dalam Islam kecuali di atas landasan ketundukan dan kepasrahan.” Maksudnya, tidaklah sah keteguhan seseorang dalam Islam kecuali jika ia berserah diri kepada Allah Ta‘ala, tidak menentang-Nya, dan tidak menyifati-Nya dengan sesuatu yang tidak layak bagi-Nya.   

Ma’âsyiral Muslimîn rahimakumullâh 

Sudah sepantasnya bagi orang yang meyakini bahwa segala hal telah ditetapkan oleh Allah untuk tunduk kepada-Nya, serta mendalami makna dari segala peristiwa yang terjadi di sekitarnya maupun dalam dirinya. Meskipun yang terjadi itu berupa hal-hal yang tidak disukai. Janganlah ia memandang segala sesuatu secara dangkal, karena boleh jadi setelah itu ia akan memahami hikmah-hikmah agung yang sebelumnya tidak ia sadari, seandainya ia tidak diuji dengan berbagai cobaan.   

Allah Ta‘ala berfirman:    

وَعَسَىٰٓ أَن تَكۡرَهُواْ شَيۡـٔٗا وَهُوَ خَيۡرٞ لَّكُمۡۖ وَعَسَىٰٓ أَن تُحِبُّواْ شَيۡـٔٗا وَهُوَ شَرّٞ لَّكُمۡۚ وَٱللَّهُ يَعۡلَمُ وَأَنتُمۡ لَا تَعۡلَمُونَ   

Artinya: “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu buruk bagimu. Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (QS al-Baqarah: 216).   

Baca juga: Naskah Khutbah Jumat 14 November 2025: Buruk Sangka Kepada Allah SWT Itu Perbuatan Tercela

Imam Al-Maturidi dalam kitab Ta’wilatnya berkata:    

وَيَحْتَمِلُ هٰذَا فِي كُلِّ أَمْرٍ يُحِبُّ الرَّجُلُ فِي الْاِبْتِدَاءِ وَيَكُوْنُ عَاقِبَتُهُ شَرًّا لَهُ، وَيَكْرَهُ أَمْرًا فَيَكُوْنُ عَاقِبَتُهُ خَيْرًا لَهُ، هٰذَا لِجَهْلِنَا بِعَوَاقِبِ الْأُمُوْرِ وَخَوَاتِيْمِهَا. لِيُعْلَمْ أَنْ لَيْسَ إِلَيْنَا مِنَ التَّدْبِيْرِ فِي شَيْءٍ، وَاللهُ أَعْلَمُ. وَقَوْلُهُ: (وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ)، أي: وَيَعْلَمُ مَا هُوَ خَيْرٌ لَكُمْ فِي الْعَوَاقِبِ مِمَّا هُوَ شَرٌّ لَكُمْ، وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ   

Artinya, “Ayat ini mencakup setiap perkara yang pada awalnya disukai seseorang, namun ternyata berakhir buruk baginya; dan setiap perkara yang pada awalnya dibenci seseorang, namun ternyata berakhir baik baginya. Hal ini karena kita tidak mengetahui akibat dan penutup dari segala perkara. Maka hendaklah diketahui bahwa tidak ada sedikit pun urusan yang berada dalam kendali kita. Adapun firman Allah: “Dan Allah mengetahui, sedangkan kalian tidak mengetahui” bermakna: Allah mengetahui apa yang baik bagi kalian pada akhirnya, meskipun tampak buruk bagi kalian, sedangkan kalian tidak mengetahuinya.”   

Ma’âsyiral Muslimîn rahimakumullâh 

Barang siapa yang merenungkan dua ayat di awal khutbah ini, maka sepantasnyalah ia ridha kepada Allah, dalam arti berserah diri kepada-Nya dan meninggalkan sikap penentangan terhadap ketentuan-Nya. Sebab, Allah telah memberitakan bahwa tidak ada satu pun musibah yang terjadi di bumi, dengan segala ragam bentuknya, melainkan telah tertulis di Lauhul Mahfuzh.   

Lauhul Mahfūzh berada di atas langit ketujuh, di dalamnya telah ditetapkan segala takdir makhluk hingga hari kiamat. Allah telah menentukan dan menakdirkan segala sesuatu itu “min qabli an nabra’aha” sebelum Ia menciptakan dan mewujudkan manusia; dan “inna dzalika ‘ala Allah yasir”: penetapan takdir itu sama sekali tidaklah sulit bagi Allah, karena sesungguhnya tidak ada sesuatu pun yang mampu melemahkan-Nya.   

Kemudian Allah menjelaskan alasan dan hikmah dari ketetapan-Nya dengan firman-Nya:  

لِّكَيۡلَا تَأۡسَوۡاْ عَلَىٰ مَا فَاتَكُمۡ وَلَا تَفۡرَحُواْ بِمَآ ءَاتَىٰكُمۡۗ وَٱللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخۡتَالٖ فَخُورٍ    

Artinya: “Agar kalian tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kalian, dan tidak pula terlalu bergembira terhadap apa yang diberikan kepada kalian. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS Al-Hadid: 23)   

Maksudnya, Allah memberitahukan kepada kita bahwa segala sesuatu telah ditentukan dan ditetapkan oleh-Nya supaya kita tidak larut dalam kesedihan yang berlebihan hingga menyeret kita kepada sikap tidak ridha terhadap Allah karena kehilangan sebagian urusan dunia; dan supaya kita juga tidak bergembira dengan kegembiraan orang yang sombong, yakni orang yang merasa dirinya lebih tinggi dari manusia lain hanya karena memperoleh sebagian harta benda dunia.   

Karenanya, barang siapa yang mengetahui bahwa segala sesuatu telah ditetapkan dan ditentukan oleh Allah, dan tidak ada yang dapat menolaknya, niscaya berkuranglah kesedihannya atas apa yang luput dari dunia, dan sedikit pula kegembiraannya terhadap apa yang akan datang dari perhiasan dunia. Sebab, orang yang yakin bahwa apa yang ada padanya pasti akan hilangn karena segala yang ada di dunia pada akhirnya akan sirna dan ia juga yakin bahwa rezeki yang Allah tetapkan untuknya pasti akan sampai kepadanya, tidak akan luput sedikit pun, maka ia tidak akan berlebihan dalam berduka ketika kehilangan sesuatu, dan tidak akan sombong ketika memperoleh nikmat. Ia pun sadar bahwa musibah yang Allah palingkan darinya jauh lebih besar dan lebih banyak daripada musibah yang Allah timpakan kepadanya di dunia. Hal ini ditegaskan dalam firman Allah Ta‘ala:   

وَلَنَبۡلُوَنَّكُم بِشَيۡءٖ مِّنَ ٱلۡخَوۡفِ وَٱلۡجُوعِ وَنَقۡصٖ مِّنَ ٱلۡأَمۡوَٰلِ وَٱلۡأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٰتِۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّٰبِرِينَ   

Artinya: “Kami pasti akan mengujimu dengan sedikit ketakutan dan kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Sampaikanlah (wahai Nabi Muhammad,) kabar gembira kepada orang-orang sabar.” (QS al-Baqarah: 155).   

Perhatikanlah, Allah berfirman “dengan sedikit” dan tidak mengatakan “dengan seluruh rasa takut dan lapar”. Ini menunjukkan bahwa setiap musibah yang menimpa seorang mukmin, betapapun besar, sesungguhnya masih kecil bila dibandingkan dengan apa yang sebenarnya bisa menimpanya, namun Allah palingkan musibah-musibah itu dengan rahmat-Nya.   

Ma’âsyiral Muslimîn rahimakumullâh 

Barang siapa yang mengingat manisnya buah kesabaran, pahala besar yang akan ia terima, dan setiap cobaan pasti akan sirna, serta meyakini bahwa Allah tidak menciptakan dan menghendaki sesuatu kecuali pasti ada hikmahnya, maka akan ringanlah baginya segala urusan. Ia pun hidup dengan hati yang tenteram, tidak tertipu oleh kelapangan, dan tidak berkeluh kesah ketika ditimpa cobaan.   

Ketika kita melihat dunia ini silih berganti dalam berbagai keadaan, tidak pernah tetap bagi siapa pun, maka orang yang berakal cerdas adalah yang menjalani hidupnya dengan sabar, berserah diri dan bersyukur kepada Allah Ta‘ala, agar kesudahannya adalah keselamatan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat.   Dikatakan dalam bait-bait syair:   

ثَمَانِيَةٌ تَجْرِي عَلَى النَّاسِ كُلِّهِمِ    وَلَا بُدَّ لِلْإِنْسَانِ يَلْقَى الثَّمَانِيَةْ سُرُوْرٌ وَحُزْنٌ وَاجْتِمَاعٌ وَفُرْقَةٌ    وَعُسْرٌ وَيُسْرٌ ثُمَّ سُقْمٌ وَعَافِيَـةْ   

Artinya, “Delapan perkara pasti dialami semua manusia, dan setiap insan pasti akan menjumpai delapan itu: Kebahagiaan dan kesedihan, pertemuan dan perpisahan, kesulitan dan kemudahan, serta rasa sakit dan kesehatan.”  

Ma’âsyiral Muslimîn rahimakumullâh,

Demikian khutbah singkat pada siang hari yang penuh keberkahan ini. Semoga bermanfaat dan membawa barakah bagi kita semua.   

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ  

Baca juga: Naskah Khutbah Jumat 14 November 2025: Keistimewaan Hari Jumat yang Kerap Dilupakan

Khutbah II  

 اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ  أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ ٱللَّهَ وَمَلَٰٓئِكَتَهُۥ يُصَلُّونَ عَلَى ٱلنَّبِيِّۚ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ صَلُّواْ عَلَيۡهِ وَسَلِّمُواْ تَسۡلِيمًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هٰذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ   عِبَادَ اللهِ، إِنَّ ٱللَّهَ يَأۡمُرُ بِٱلۡعَدۡلِ وَٱلۡإِحۡسَٰنِ وَإِيتَآيِٕ ذِي ٱلۡقُرۡبَىٰ وَيَنۡهَىٰ عَنِ ٱلۡفَحۡشَآءِ وَٱلۡمُنكَرِ وَٱلۡبَغۡيِۚ يَعِظُكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَذَكَّرُونَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ  

(*)

Baca artikel TribunPriangan.com lainnya di Google News

Sumber: Tribun Priangan
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved