Naskah Khutbah Jumat
Kumpulan Khutbah Jumat Jumadil Ula Bertemakan Akhlak dan Pengurusan Harta
Berikut ini terdapat Kumpulan Khutbah Jumat 31 Oktober 2025 Spesial Bulan Jumadil Ula Bertemakan Akhlak dan Pengurusan Harta
Penulis: Lulu Aulia Lisaholith | Editor: Dedy Herdiana
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي فَضَّلَ الشَّعْبَانَ عَلَى سَائِرِ الشهورِ وَالأَوْقَاتِ وَخَصَّ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ بِالْفَضَائِلِ وَالْبَرَكَاتِ، أَشْهَدُ أَنَّ لَا اله الا اللهَ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ عَالِمُ الْغَيْبِ وَ الشَّهَادَةِ وَاشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ سَيِّدُ الخَلَائِقِ وَالْبَرِيَّاتِ اللَّهُمَّ صَلَّ وَسَلَّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَاحِبِ الْآيَاتِ وَ المُعْجِزَاتِ ، صَلَاةً تَطَهَّرُ نَا بِهَا مِنْ جَمِيعِ السَّيِّئَاتِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِأَفْضَلِ الصَّلَاةِ وَأَزْكَى التَّحِيَّاتِ
امَّا بَعْدُ : فَيَا عِبَادَ اللَّهِ أُوصِيكُمْ وَإِيَّاتِي بِتَقْوَى اللهِ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ . وَافْعَلُوا الْخَيْرَاتِ وَاجْتَنِبُوا الْمُحَرَّمَاتِ
Hadirin jemaah Jumat rahimakumullah
Pada kesempatan yang penuh rahmat dan persaudaraan ini, saya berpesan marilah kita selalu berusaha meningkatkan takwa kepada Allah SWT, dengan cara menunaikan semua perintah-Nya dan berusaha semaksimal mungkin menjauhi larangan-Nya tanpa terkecuali. Hanya dengan cara inilah hidup kita tidak sia-sia, dan tujuan hidup kita bisa tercapai.
Hadirin jemaah Jumat rahimakumullah
Manusia, kerap kali terlena dan ternina bobokan oleh harta. Api rayuannya yang begitu dahsyat telah menjeratnya, sehingga ia lupa untuk apa ia dikaruniai harta. Ia juga lupa bahwa harta itu hanyalah titipan Allah yang harus dipergunakan sesuai dengan petunjuk-Nya. Akibatnya, harta yang semestinya membawa kebahagiaan justru mendatangkan malapetaka. Atau dengan kata lain, harta itu tidak membawa berkah.
Bagi para pengagum dunia, harta selalu menjadi ukuran. Keberhasilan seseorang diukur dengan uang, bahkan kebaikan seseorang juga diukur dengan uang. Kesopanan secara spontan bisa muncul karena uang, sebaliknya kejujuran bisa pudar juga karena uang. Saudara kandung bisa lupa juga karena uang. Seorang haji bisa lupa taubatnya juga disebabkan uang. Para penerima amanah yang bersumpah di bawah naungan Al-Quran bisa lupa, juga karena uang.
Dalam shahih Muslim dijelaskan: "Hati orang yang sudah tua akan selalu merasa muda karena kecintaannya kepada dunia." Manusia tidak pernah puas dengan apa yang ada, maunya bertambah terus, terus, terus dan terus mencari. Hal ini sudah tergambar jauh sebelum glamoritas bermunculan seperti sekarang ini. Rasulullah saw. bersabda: "Andaikan anak keturunan Adam mempunyai dua lembah harta, tentu dia masih menginginkan lembah yang ketiga. Padahal yang memenuhi perut keturunan anak Adam hanyalah tanah belaka." (HR Muslim).
Hadirin jemaah Jumat rahimakumullah,
Sayangnya, setelah uang itu berhasil dikumpulkan banyak yang lupa, bahkan lupa akan kewajibannya membayar zakat. Zakat tidak hanya dengan 2,5 kg beras atau uang sejumlah 12.000 rupiah. Tetapi ada zakat lain, yaitu zakat mal (zakat harta), zakat profesi, zakat perusahaan, zakat perniagaan dan lain sebagainya.
Ketika kewajiban itu tiba, biasanya muncul keengganan untuk mengeluarkannya. Banyak alasan yang dimunculkan, mulai ketidaktahuan, bagaimana cara menghitungnya, kepada siapa harus disalurkan, apa saja yang harus dizakati, dan lain sebagainya. Padahal Al-Qur'an sudah jelas menerangkan, di antaranya surat At-Taubah: 103;
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan [mereka dari kekikiran dan cinta yang berlebih-lebihan kepada harta benda] dan mensucikan mereka dan mendo'alah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka.dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.
Pada ayat lain juga dijelaskan, yang artinya: "Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta minta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian [maksudnya yang tidak meminta-minta]." QS. Az-Dzariyat: 19.
Kedua ayat di atas, secara tegas dan jelas menyatakan bahwa ada hak fakir miskin dan kaum dhuafa di dalam harta orang-orang kaya atau muzakki. Bahkan pada ayat surat At-Taubah tadi Allah nyatakan dengan kalimat amr (perintah) 'ambillah', maka itu berarti hukumnya wajib.
Hadirin jemaah Jumat rahimakumullah
Dalam riwayat Imam Bukhari dijelaskan, bahwa harta yang tidak dikeluarkan zakatnya, kelak di akhirat akan berubah menjadi ular bermata satu. Ular itu melilit leher tuannya seraya berkata: "Aku adalah hartamu, aku adalah uangmu yang haknya tidak engkau berikan kepada mereka yang berhak menerimanya".
Entah apa sebabnya, sudah puluhan ayat dan hadits disampaikan oleh para mubaligh, para ustad, dan para penceramah, namun masih banyak orang kaya yang tetap enggan mengeluarkan zakat, dan tetap tidak menyadari kewajibannya.
Andaikata ada undang-undang yang membolehkan memerangi orang-orang kaya yang enggan mengeluarkan zakat, sebagaimana yang terjadi pada masa pemerintahan khalifah Abu Bakar As-Siddiq, niscaya tidak akan ada yang enggan membayar zakat.
Hadirin jemaah Jumat rahimakumullah
Jawabannya sederhana, mereka terkena penyakit 'wahn' yaitu terlalu mencintai dunia dan benci kematian. Akibatnya, hati mereka tertutup. Yang ada hanyalah keuntungan dan keuntungan. Jika berbicara soal zakat, maka yang nampak hanyalah kerugian, rugi karena harus mengeluarkan sebagian hartanya. Padahal hanya 2,5 persen nya saja.
Hati mereka sudah benar-benar buta, kuping mereka betul-betul tuli. Padahal balasannya sudah jelas, setelah ayat perintah berzakat ada lanjutan lagi berupa janji Allah, yakni Dia akan membersihkan harta dan jiwa mereka, juga akan membuat hati mereka tentram.
Sebagai penutup, saya mengajak jamaah sekalian untuk sama-sama memahami filosofi seorang tukang parkir. Ketika ada mobil mampir di arena parkirannya, ia sangat senang dan gembira, karena ada rezeki yang menghampirinya, mulai dari satu mobil, kemudian dua dan seterusnya. Bahkan tak jarang mereka bisa mengendarai segala jenis mobil yang menitip di wilayah parkirannya. Akan tetapi, ia hanya bisa memandang dan menjaganya, atau sekedar menghantarkan atau memindah-kannya, tidak lebih dari itu. Kemudian, ketika si tuan mobil mengambil mobilnya, dengan ikhlas si tukang parkir mempersilahkannya, karena memang mobil itu bukan miliknya.
Hadirin jemaah Jumat rahimakumullah
Ketika kita menyadari bahwa harta hanyalah titipan Allah, niscaya keengganan untuk berzakat akan tertepis dengan sendirinya. Sudah banyak bukti, kalau Allah menginginkan kembali harta-Nya dari seorang hamba, Ia hanya berkata kun fayakun. Mudah-mudahan, Allah SWT selalu memberikan kasih sayang-Nya kepada kita semua. Amin ya rabbal 'alamin.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيهِ مِنَ الْآيَاتِ وَذِكْرِ الحَكِيمِ وَتَقَبَّلْ مِنِّي وَمِنكُمُ تِلَا وَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ العَلِيمُ . أَقُولُ قَوْلِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيمَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِينَ وَ المُسلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ .
Khutbah II
الْحَمْدُ لِلَّهِ المُؤيَّدِ الصَّابِرِينَ بِعَزِينِ نَصْرِهِ وَمُسرِ الشَّاكِرِينَ لِحَمِيدِ شُكُرِهِ وَمُوَفِّق المُخْتَارِينَ لِلْقِيَامِ بِأَمْرِهِ ، أَحْمَدُهُ عَلَى مَا أَنْعَمَ وَاسْلَمَ لِأَمْرِهِ فِيمَا حَكَمَ وَأَبْرَمَ ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ الا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ مُنْتَهَى الدَّهُورِ صَلَاةً دائمةً بِلا فَنَاءَ وَلَا فُتُورٍ وَسَلَّمَ تَسْلِيمًا كَثِيراً .
امَّا بَعْدُ : فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ أَمَرَكُمْ بِأَمْرِ بَدَا فِيهِ بِنَفْسِهِ وَتَنَى بِمَلَائِكَتِهِ وَآيَةً
بِالْمُؤمِنِينَ مِنْ عِبَادِهِ، فَقَالَ عَزَّ وَجَلَّ مِنْ قَائِلٍ : إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ سَيِّدِ الْمُرْسَلِينَ وَأَنْبِيَائِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلَائِكَتِكَ الْمُقَرَّبِينَ وَاهْلِ طَاعَتِكَ اجمعين .
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِينَ وَالمُسْلِمَاتِ إِنَّكَ سَمِيعٌ قَرِيبٌ يُجِيبُ الدَّعَوَاتِ اللهم احفِظُ عَلَيْهِمْ وَدَائِعَ أَدْيَانِهِمْ وَأَخْرِجُهُمْ مِنَ السُّجُونِ إِلَى سَعَةٍ أَوْطَائِهِمْ وَلَا تَجْعَلُهُمْ فِتْنَةٌ للظَّالِمِينَ وَنَجَهِمْ بِرَحْمَتِكَ مِنَ الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ ربَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ . إِنَّ اللَّهَ يَاءُ مُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ
وَإِيتَاءِ ذِي القُربى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَالبَغْيَ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ وَلَذِكْرُ اللَّهِ اكبر.
Baca juga: Naskah Khutbah Jumat 31 Oktober 2025: Cara Menjaga Privasi dan Menutup Aib Orang di Era Digital
3. Memperkuat Tali Persaudaraan & Membangun Jaringan
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي جَعَلَ الْحَجَّ إِلَى بَيْتِهِ الْحَرَامِ مِنْ أَرْكَانِ الإِسْلامِ ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحدَهُ لا شَريكَ لَهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ السَّلَامُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولَهُ صَاحِبُ المَقَامِ وَخَاطِبُ الْأُمَمِ ، اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلَّمَ وَ بَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ مِصْبَاحِ الظَّلَامِ صَلَاةَ تَشْفِينَا بِهَا مِنَ الدَّاءِ وَالْأَسْقَامِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانِ إِلَى يَوْمِ الرِّحَامِ.
أَمَّا بَعْدُ : فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ وَقَدْ قَالَ اللهُ
تَعَالَى فِي كِتَابِ الكَرِيمِ بِسْمِ اللهِ الرَّحمنِ الرَّحِيمِ وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعِ اللَّهِ سبيلا .
Hadirin jemaah Jumat rahimakumullah
Marilah kita bersama-sama berusaha menaikkan derajat ketakwaan kita, dengan cara melaksanakan semua perintah-Nya serta menjauhi semua larangan-Nya. Diantara perintah Allah yang harus kita jalankan adalah memperkuat tali persaudaraan sesama muslim dan juga menjalin hubungan yang luas dengan umat lain. Sesungguhnya yang demikian itu sangat diridhai Allah SWT
Tidak bisa dipungkiri, bahwa manusia selalu hidup bersama. Tidak seorangpun bisa hidup sendiri tanpa ada yang lainnya. Keterbatasannya dalam melakukan segala sesuatu, akan memaksanya untuk berhubungan dengan manusia lain. Hal inilah membuatnya sangat tergantung dengan orang lain. Mata rantai ketergantungan ini terus menerus bersambung, tanpa batas agama, ideologi maupun kepercayaan.
Begitulah kodrat manusia, ia selalu memerlukan orang lain dalam memenuhi keperluan hidupnya. Sekecil apapun keperluan itu, selalu saja ada tangan orang lain disana. Contoh sederhana, untuk menikmati sepiring nasi saja, seseorang harus berhubungan dengan penjual beras, kuli pasar pemikul beras, alat transportasi, petani, penggilingan padi, pupuk, pabrik pupuk, dan seterusnya.
Mungkin ini yang menjadi alasan Allah SWT memberikan bakat yang berbeda-beda pada tiap manusia. Ada olahragawan, ada petani, ada budayawan, ada agamawan, ada seniman dan seterusnya. Semua itu diciptakan demi kelangsungan hidup manusia, sekaligus menjadi cobaan bagi mereka.
Hadirin jemaah Jumat rahimakumullah
Namun demikian, harmonisasi yang dijelaskan tadi, terkadang susah sekali ditemukan. Diantara penyebabnya adalah sikap individualis, yaitu sikap mementingkan diri sendiri, tidak peduli dengan keadaan orang lain dan melupakan kodratnya sebagai makhluk sosial. Sikap hidup seperti inilah yang dapat memudarkan solidaritas, musyawarah mufakat, gotong royong dan sebagainya.
Selain sikap individualis, yang bisa merusak harmonisasi kehidupan adalah ketamakan. Sifat ini bisa menghapus keberadaan orang lain. Orang yang tamak selalu merasa bisa hidup sendiri, tanpa bantuan orang lain. Entah karena kekuatan yang dimilikinya atau karena harta bendanya.
Padahal, hubungan sosial itu ibarat mesin arloji yang saling berhubungan. Apabila satu rusak, maka rusaklah segalanya. Demikianlah kehidupan didunia ini, satu sama lain memiliki hubungan yang sangat erat. Tidak hanya dalam kehidupan sosial manusia, tetapi juga dalam ekosistem alam.
Hadirin jemaah Jumat rahimakumullah
Sejarah telah membuktikan, kegagalan manusia dalam mengelola hubungan antar sesama, disebabkan mereka tidak mampu mengekang nafsu keserakahannya. Itulah sebabnya Allah SWT menurunkan kitab suci dan dan mengutus para rasul untuk memberikan petunjuk, dalam rangka merajut kebersamaan.
Karena pada dasarnya manusia itu merupakan komunitas besar yang saling bertautan. Hal ini telah dijelaskan dalam Al-Qur'an:
كَانَ النَّاسُ امَّةً وَاحِدَةً فَبَعَثَ اللَّهُ النَّبِيِّنَ مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ وَأَنْزَلَ مَعَهُمُ الْكِتَبَ بِالْحَقِّ ليَحْكُم بَيْنَ النَّاسِ فِيمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ وَمَا اخْتَلَفَ فِيهِ إِلَّا الَّذِينَ أُوتُوهُ مِنْ بَعْدِ مَا جَاتَهُمُ الْبَيِّنَتِ بَغْيًا بَيْنَهُمْ فَهَدَى اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا لمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَاللَّهُ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ.
"Manusia itu adalah umat yang satu. (setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkan itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus." (QS Al-Baqarah 213)
Hidup akan terasa indah karena perbedaan yang ada. Akan tetapi, kebanyakan manusia menggunakan perbedaan sebagai alat untuk saling bersaing, saling menindas dan saling unjuk kekuatan. Dan itu terjadi semenjak generasi Adam pertama (Qabil dan Habil) hingga hari ini.
Karena itulah Rasulullah saw selalu berpesan kepada umatnya agar bersatu-padu dalam berbagai keadaan. "Al-muslimu kal jasadil wahid": orang Islam bagaikan satu tubuh utuh, kalau ada yang sakit salah satu organnya, maka yang lain pun merasakan sakit. Kaki terkilir akan menyebabkan tubuh meriang dan kepala pusing.
Batu bata, semen, pasir, kusen, jendela, pintu, dan seterus-nya adalah bagian yang tak terpisahkan dalam sebuah bangunan rumah. Itu juga merupakan contoh, betapa kehidupan kita ini ada keterkaitan yang sangat erat satu sama lain.
Hadirin jemaah Jumat rahimakumullah
Membangun persatuan sesama muslim adalah kewajiban, sedangkan menjalin hubungan dengan seluruh umat manusia adalah kepentingan yang tak terelakkan. Hanya saja, hubungan ini haruslah berdasarkan ketentuan oleh Allah SWT Tentunya berbeda model kerjasama sesama muslim dengan umat agama lain. Kita boleh kerjasama dengan umat agama lain, asalkan tidak urusan aqidah dan ubudiyah. Kerjasama harus tertulis dengan perjanjian yang tidak merugikan kedua belah pihak. Demikian perintah Allah dalam Al-Qur'an:
ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ أَيْنَ مَا تَقِفُوا إِلَّا بِحَبْلٍ مِّنَ اللهِ وَحَبْلٍ مِّنَ النَّاسِ
Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia. (QS Ali Imran 112)
Jika kebersamaan telah tercipta, maka harmoni kehidupan pun terlaksana. Harmonisme kehidupan ini merupakan berkah dari Allah SWT Sungguh Allah mengancam manusia yang sengaja meruntuhkan harmonisme kehidupan ini.
Demikian khotbah yang bisa saya sampaikan. Semoga kita tetap menjadi ummatan wahidah, umat yang satu dan bersatu, juga menjadi umat rahmatan lil alamin, yang membangun jaringan dengan komunitas umat lainnya atas kebaikan. Amin.
بَارَكَ الله لي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيهِ مِنَ الْآيَاتِ وَذِكْرِ الْحَكِيمِ وَتَقَبَّلْ مِنِّي وَمِنكُمُ تِلَا وَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ العليم . أَقُولُ قَوْلِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيمَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِينَ وَ المُسلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُونَ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ .
Khutbah II
الْحَمْدُ لِلَّهِ المُؤيَّدِ الصَّابِرِينَ بِعَزِينِ نَصْرِهِ وَمُسرِ الشَّاكِرِينَ لِحَمِيدِ شُكُرِهِ وَمُوَفِّق المُخْتَارِينَ لِلْقِيَامِ بِأَمْرِهِ ، أَحْمَدُهُ عَلَى مَا أَنْعَمَ وَاسْلَمَ لِأَمْرِهِ فِيمَا حَكَمَ وَأَبْرَمَ ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ الا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ مُنْتَهَى الدَّهُورِ صَلَاةً دائمةً بِلا فَنَاءَ وَلَا فُتُورٍ وَسَلَّمَ تَسْلِيمًا كَثِيراً .
امَّا بَعْدُ : فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ أَمَرَكُمْ بِأَمْرِ بَدَا فِيهِ بِنَفْسِهِ وَتَنَى بِمَلَائِكَتِهِ وَآيَةً
بِالْمُؤمِنِينَ مِنْ عِبَادِهِ، فَقَالَ عَزَّ وَجَلَّ مِنْ قَائِلٍ : إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ سَيِّدِ الْمُرْسَلِينَ وَأَنْبِيَائِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلَائِكَتِكَ الْمُقَرَّبِينَ وَاهْلِ طَاعَتِكَ اجمعين .
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِينَ وَالمُسْلِمَاتِ إِنَّكَ سَمِيعٌ قَرِيبٌ يُجِيبُ الدَّعَوَاتِ اللهم احفِظُ عَلَيْهِمْ وَدَائِعَ أَدْيَانِهِمْ وَأَخْرِجُهُمْ مِنَ السُّجُونِ إِلَى سَعَةٍ أَوْطَائِهِمْ وَلَا تَجْعَلُهُمْ فِتْنَةٌ للظَّالِمِينَ وَنَجَهِمْ بِرَحْمَتِكَ مِنَ الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ ربَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ . إِنَّ اللَّهَ يَاءُ مُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ
وَإِيتَاءِ ذِي القُربى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَالبَغْيَ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ وَلَذِكْرُ اللَّهِ اكبر.
Baca juga: Naskah Singkat Khutbah Jumat 31 Oktober 2025: Keutamaan Bulan Jumadil Ula
4. Tiga Hal Yang Harus Dihindari
الْحَمْدُ لِلَّهِ ذِي الْمَحِيطُ عِلْمُهُ بِالظَّوَاهِرِ وَمَا تكنهُ الضَّمَائِرُ يعلمُ السِّرِّ وَاخْفَى أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى وَاشْكُرُ عَلَى مَا أَنْعَمَ عَلَيْنَا مِنْ غَيْرَ مُنْخَصِرٌ اشْهَدُ أن لا إلهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ الملك الخَالِقُ البَارِي المَصَوِّرُ لَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى وَاشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولَهُ بَصِيرٌ نَظِيرُ الداعي إلى البرِّ وَالهُدَى ، اللَّهُمَّ صَلَّ وَسَلَّم وَبَارِكْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُولِكَ الْمُجْتَبى ، سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ خَيْرَ الْوَرَى ، صَلَاةً تَدْفَعْ بِهَا عَنَّا الْآفَاتِ وَالبَلوى .
امَّا بَعدُ : فَيَا عِبَادَ اللَّهِ أُوصِيكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَانْتُمْ مُسْلِمُونَ .
Hadirin jemaah Jumat rahimakumullah
Pada hari kesempatan yang istimewa ini marilah kita ber-sama-sama meningkatkan takwa kepada Allah SWT dengan cara melaksanakan semua perintah-Nya serta menjauhi semua larangan-Nya. Karena hanya takwa yang akan membawa kita pada keselamatan. Oleh sebab itu, ketaqwaan kita ini harus kita pertahankan hingga kita kembali kepada Allah, sebagaimana firman-Nya:
يأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقْتِهِ وَلَا تَمُو تُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ .
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. (QS Ali Imran 102)
Pada khutbah kali ini, saya ingin menyampaikan hadits yang memberikan ajaran penting kepada kita, agar tidak terjerumus dalam kerugian. Rasulullah bersabda:
رُوِيَ عَن النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّهُ
قَالَ : مَنْ أَصْبَحَ وَهُوَ يَشْكُو ضَيْقَ الْمَعَاشِي فَكَأَنَّمَا يَشْكُو رَبَّهُ وَمَنْ أَصْبَحَ لِأَمُورِ الدُّنْيَا حَزِينًا فَقَدْ أَصْبَحَ سَاخِطَا عَلَى اللَّهِ وَمَنْ تَوَاضَعَ لِغَنِي لِغِنَاهُ فَقَدَ ذَهَبَ ثُلْتَادِينِهِ.
"Barang siapa bangun di pagi hari kemudian mengadukan kesulitannya kepada sesama (makhluk/manusia), maka seolah-olah ia mengadukan tuhannya (karena tidak rela dengan apa yang diterimanya). Dan barang siapa merasa sedih dengan kondisi duniawinya di waktu pagi, maka dia pagi-pagi telah membenci Allah. Dan barangsiapa merendahkan dirinya di hadapan orang kaya karena kekayaannya sungguh telah lenyap dua pertiga agamanya."
Hadirin jemaah Jumat rahimakumullah
Berdasarkan hadis tersebut, ada tiga hal yang harus kita hindari, supaya hubungan kita dengan Allah tidak terganggu. Ketiga hal tersebut adalah sebagai berikut:
Pertama, hindarilah kebiasaan mengeluh kepada sesama. Karena hal itu sama artinya dengan menggugat takdir Allah SWT atau tidak puas akan pemberian-Nya. Rasa tidak puas itu manusiawi, tetapi hendaknya langsung disampaikan kepada Allah, tidak diadukan kepada sesama. Sebagaimana ratapan Nabi Musa ketika akan melewati laut bersama kaumnya: "Ya Allah segala puji bagi-Mu. Kepada Engkaulah aku mengadu dan hanya Engkau yang bisa memberi pertolongan. Tiada daya dan upaya, serta tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung"
Kedua, buang jauh-jauh perasaan sedih dipagi hari. Karena hal itu akan menimbulkan rasa tidak ridha atas pemberian Allah. Sambutlah pagi hari dengan penuh semangat dan rasa syukur, karena kita masih diberi kesempatan oleh Allah untuk menikmati hidup. Banyak saudara kita yang tidur semalaman, tapi tidak bangun lagi untuk selamanya.
Apabila bisa menghindari dua hal tadi, berarti kita termasuk hamba yang sabar, yaitu orang yang tahan menghadapi kepahitan hidup tanpa mengeluh sedikitpun. Namun bila di pagi hari kita menggerutu atau meratapi nasib kita Oleh karena itu, berarti kita bukan lagi orang yang sabar. Apalagi mengadukan nasib kita kepada sesama manusia, sungguh kita termasuk orang yang kufur nikmat.
Hadirin jemaah Jumat rahimakumullah
Ketiga, janganlah merendahkan diri di hadapan orang kaya karena kekayaannya. Karena hal itu bisa melenyapkan dua pertiga agama kita. Poin ketiga ini tidak hanya mengadu, tapi sudah mengharapkan sesuatu kepada sesama. Padahal, pengharapan itu hanya boleh disandarkan kepada Allah SWT semata.
Larangan tersebut juga bertujuan agar kita tidak mengagungkan manusia, apalagi karena kekayaannya. Jika kita mengagungkan manusia, maka hilanglah harga diri kita, ilmu dan kemaslahatan. Bahkan kita memberi kesempatan pada orang yang kita agungkan untuk berbuat dzalim dan sombong.
Fenomena yang terjadi saat ini, orang-orang yang diagung-kan karena kekayaan, jabatan, maupun kehormatannya, kebanyakan justru semakin merajalela. Sedangkan orang yang mengagungkan nampak begitu hina. Apalagi ia diberikan sesuatu yang diharapkan, maka mentalnya seperti anjing, ia menuruti apa kata tuannya.
Hadirin jemaah Jumat rahimakumullah
Lantas, apakah kita tidak boleh menilai lebih terhadap sesama? Islam hanya membolehkan kita menghargai atau memuliakan orang lain karena dua hal; karena ilmunya dan karena kebaikannya. Selebihnya tidak ada. Jadi, siapapun yang memuliakan manusia dengan berbagai alasan, sesungguhnya orang itu telah terjerembab kepada lubang kecil, yang jika dibiarkan akan menenggelamkan dirinya pada lumpur kehinaan.
Syaikh Abdul Qadir al-Jailani pernah berpesan: Setiap muslim harus berada dalam tiga keadaan yaitu, melaksanakan perintah Allah, menjauhi larangan Allah dan rela akan qadha dan qadar (ketetapan) Allah.
Demikian khotbah yang bisa saya sampaikan pada kesempatan kali ini, semoga kita termasuk orang yang sabar menerima segala ketentuan Allah dan tidak mudah mengeluh atas apa yang kita alami. Sehingga kita sampai menghinakan diri dihadapan makhluk, tapi hanya mengadu kepada Allah SWT. Amin.......
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيهِ مِنَ الْآيَاتِ وَذِكْرِ الْحَكِيمِ
وَتَقَبَّلْ مِنِّي وَمِنكُمْ تِلَا وَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ العَلِيمُ . أَقُولُ قَوْلِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيمَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِينَ وَ المُسلِمَاتِ وَالمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوهُ إنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ .
Khutbah II
الْحَمْدُ لِلَّهِ المُؤيَّدِ الصَّابِرِينَ بِعَزِينِ نَصْرِهِ وَمُسرِ الشَّاكِرِينَ لِحَمِيدِ شُكُرِهِ وَمُوَفِّق المُخْتَارِينَ لِلْقِيَامِ بِأَمْرِهِ ، أَحْمَدُهُ عَلَى مَا أَنْعَمَ وَاسْلَمَ لِأَمْرِهِ فِيمَا حَكَمَ وَأَبْرَمَ ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ الا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ مُنْتَهَى الدَّهُورِ صَلَاةً دائمةً بِلا فَنَاءَ وَلَا فُتُورٍ وَسَلَّمَ تَسْلِيمًا كَثِيراً .
امَّا بَعْدُ : فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ أَمَرَكُمْ بِأَمْرِ بَدَا فِيهِ بِنَفْسِهِ وَتَنَى بِمَلَائِكَتِهِ وَآيَةً
بِالْمُؤمِنِينَ مِنْ عِبَادِهِ، فَقَالَ عَزَّ وَجَلَّ مِنْ قَائِلٍ : إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ سَيِّدِ الْمُرْسَلِينَ وَأَنْبِيَائِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلَائِكَتِكَ الْمُقَرَّبِينَ وَاهْلِ طَاعَتِكَ اجمعين .
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِينَ وَالمُسْلِمَاتِ إِنَّكَ سَمِيعٌ قَرِيبٌ يُجِيبُ الدَّعَوَاتِ اللهم احفِظُ عَلَيْهِمْ وَدَائِعَ أَدْيَانِهِمْ وَأَخْرِجُهُمْ مِنَ السُّجُونِ إِلَى سَعَةٍ أَوْطَائِهِمْ وَلَا تَجْعَلُهُمْ فِتْنَةٌ للظَّالِمِينَ وَنَجَهِمْ بِرَحْمَتِكَ مِنَ الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ ربَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ . إِنَّ اللَّهَ يَاءُ مُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ
وَإِيتَاءِ ذِي القُربى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَالبَغْيَ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ وَلَذِكْرُ اللَّهِ اكبر.
Baca juga: Naskah Khutbah Jumat 31 Oktober 2025: 6 Pesan Nabi Muhammad Kepada Umatnya
5. Sukses Jadi Insan Beruntung di Akhirat
اْلحَمْدُ للهِ اْلحَمْدُ للهِ الّذي هَدَانَا سُبُلَ السّلاَمِ، وَأَفْهَمَنَا بِشَرِيْعَةِ النَّبِيّ الكَريمِ
أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لا شَرِيك لَه، ذُو اْلجَلالِ وَالإكْرام وَأَشْهَدُ أَنّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسولُه
اللّهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى الِه وَأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الدِّين أَمَّا بَعْدُ: فَيَايُّهَا الإِخْوَان، أوْصُيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم}، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمْ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ الله وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا وقال تعالى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. صَدَقَ اللهُ العَظِيمْ
Jamaah Jumát Rahimakumullah
Siang ini kita menikmati kurnia yang demikian agung sehingga dapat menjalankan salah satu kewajiban yakni melaksanakan shalat Jumat berjamaah. Dengan demikian, tidak ada pilihan kecuali bagaimana besarnya nikmat Allah SWT tersebut kita syukuri dengan cara meningkatkan takwallah. Yakni menjalankan perintah dan menjauhi yang dilarang.
Hadirin yang Mulia Pada suatu kesempatan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bertanya kepada para sahabat apakah mereka tahu yang disebut orang bangkrut. Hal ini sebagaimana dikisahkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah Radliyallahu ‘Anh sebagai berikut:
أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: أَتَدْرُوْنَ مَا الْمُفْلِسُ؟
Artinya: Sesungguhnya Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wasallam bertanya: Tahukah kalian siapakah yang dinamakan orang bangkrut?
قَالُوْا: اَلْمُفْلِسُ فِيْنَا مَنْ لاَ دِرْهَمَ لَهُ وَلاَ مَتَاعَ
Artinya: Mereka (para sahabat) menjawab: Orang bangkrut menurut pendapat kami ialah mereka yang tidak mempunyai uang dan tidak pula mempunyai harta benda.
Jawaban seperti itu ternyata bukan sebagaimana yang dimaksudkan Rasulullah. Nabi Muhammad tidak bertanya tentang ekonomi, melainkan ingin mengajak para sahabat mengetahui bahwa kebangkrutan bisa terjadi dalam bidang agama. Jadi di dalam agama juga ada perhitungan matematis terkait pahala dan dosa, seperti penambahan dan pengurangan di antara sesama manusia. Hal ini terjadi pada saat semua manusia berada di Padang Makhsyar untuk menjalani hisab yang akan menentukan apakah seseorang akan masuk surga atau neraka.
Jamaah Jumát Hafidhakumullâh
Dengan perhitungan seperti itu, dapat diketahui apakah seseorang akan termasuk orang beruntung atau justru orang bangkrut di akherat kelak. Adapaun yang dimaksud bangkrut dalam agama adalah sebagaimana penjelasan Rasulullah dalam lanjutan hadits berikut:
فَقَالَ: إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي، يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلاَةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ، وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هٰذَا، وَقَذَفَ هٰذَا، وَأَكَلَ مَالَ هٰذَا، وَسَفَكَ دَمَ هٰذَا، وَضَرَبَ هٰذَا. فَيُعْطِى هٰذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهٰذَا مِنٰ حَسَنَاتِهِ. فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ، قَبْلَ أَنْ يَقْضَى مَا عَلَيْهِ، أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ. ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ
Artinya: Nabi menjelaskan: Sesungguhnya orang bangkrut dari umatku ialah mereka yang datang pada hari kiamat dengan membawa amal kebaikan dari shalat, puasa, dan zakat. Tetapi mereka dahulu pernah mencaci maki orang lain, menuduh orang lain, memakan harta orang lain, menumpahkan darah orang lain dan memukul orang lain. Maka kepada orang yang mereka salahi itu diberikan pahala amal baik mereka; dan kepada orang yang lain lagi diberikan pula amal baik mereka. Apabila amal baik mereka telah habis sebelum hutangnya lunas, maka diambillah kesalahan orang yang disalahi itu dan diberikan kepada mereka; Sesudah itu, mereka akan dilemparkan ke dalam neraka.
Jadi, setiap orang dari umat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam mendapatkan pahala dari ibadah-ibadah yang mereka lakukan semasa hidupnya seperti shalat, puasa, dan zakat. Namun pahala-pahala yang didapat dari ibadah-ibadah wajib itu akan dikonfrontir dengan dosa-dosa sosialnya akibat berbuat zalim kepada sesama manusia. Dari seperti mencaci maki, menuduh, memfitnah, memakan harta orang lain seperti mencuri atau korupsi, membunuh secara tidak sah, melukai atau menyakiti orang lain baik secara fisik maupun non-fisik, dan sebagainya.
Apabila besarnya dosa-dosa sosial akibat kezaliman tidak sebanding dengan kesalehan-kesalehan yang dilakukannya karena banyaknya orang yang dizalimi atau tingginya tingkat kezaliman kepada orang tertentu, maka dosa-dosa dari orang-orang yang dizalimi akan diberikan kepada orang yang menzalimi hingga mencapai titik impas. Apabila titik impas tidak tercapai, maka Allah Subhanahu Wa Ta'ala akan melemparkan orang yang menzalimi itu ke neraka. Orang seperti inilah yang disebut orang bangkrut dalam agama sebagaimana penjelasan Rasulullah dalam hadits di atas.
Jamaah Jumát yang Berbahagia
Kezaliman manusia terhadap manusia lainnya pada dasarnya merupakan urusan manusia karena termasuk wilayah muamalah. Namun demikian, Allah tidak membiarkannya hingga pihak yang melakukan kezaliman menyelesaikan masalahnya, misalnya dengan kompensasi tertentu dan/atau meminta maaf kepada pihak yang dizalimi semasa hidupnya. Apabila hal ini tidak dilakukan hingga masing-masing meninggal dunia, maka Allah akan memperhitungkannya di akhirat kelak.
Jadi, melakukan kezaliman terhadap sesama manusia bukanlah persoalan sepele karena urusannya bisa sampai ke akhirat. Allah memang memperhatikan dan memperhitungkan setiap kezaliman seperti itu sebagaimana juga disebutkan dalam sebuah hadits marfu’ yang diriwayatkan dari Anas bin Malik Radliyallahu ‘Anh sebagai berikut:
وَأَمَّا الظُّلْمُ الَّذِي لا يَتْرُكُهُ الله فَظُلْمُ الْعِبَادِ بَعْضِهِمْ بَعْضًا حَتَّى يُدَبِّرُ لِبَعْضِهِمْ مِنْ بَعْضٍ
Artinya: Adapun kezaliman yang tidak akan dibiarkan oleh Allah adalah kezaliman manusia atas manusia lainnya hingga mereka menyelesaikan urusannya.
Oleh karena itu siapa pun hendaknya bersikap hati-hati kepada orang lain dengan menjaga lisan, tangan dan anggota badan lainnya agar terhindar dari dosa-dosa sosial akibat berbuat kezaliman kepada mereka.
Allamah Sayyid Abdullah bin Alawi Al-Haddad dalam kitabnya berjudul Sabîlul Iddikâr wal I’tibâr bimâ Yamurru bil Insân wa Yanqadli Lahu minal A’mâr (Dar Al-Hawi, Cet. II, 1998, halaman 100), juga menjelaskan bahwa di antara hal-hal yang amat diperhitungkan oleh Allah pada hari kiamat adalah perbuatan zalim manusia terhadap manusia lainnya sebagaimana kutipan berikut ini:
وَاعْلَمْأَنَّ مِنْ أَشَدِّ الْأَشْيَاءِ وَأَشَقِّهَا فِيْ مَوْقِفِ اْلقِيَامَةِ: ظُلْمُ اْلعِبَادِ، فَإِنَّهُ اَلظُّلْمُ الَّذِيْ لَا يَتْرُكُهُ اللهُ
Artinya: Ketahuilah bahwa di antara hal-hal berat dan sangat diperhitungkan pada hari kiamat adalah perbuatan zalim terhadap sesama manusia sebab hal ini merupakan kezaliman yang tidak akan dibiarkan oleh Allah.
Hadirin yang Dimuliakan Allah SWT
Oleh karena itu apabila benar-benar sayang pada diri sendiri, maka hal-hal yang harus kita lakukan dalam rangka mencegah kebangkrutan amal adalah menjaga agar pahala dari ibadah yang kita lakukan tidak ludes oleh dosa-dosa sosial akibat kezaliman kepada orang lain. Jadi, memang pahala dari berbagai ibadah saja seperti shalat, puasa, haji dan bahkan zakat sekalipun belum cukup menjadi bekal kita di akhirat hingga ada kepastian bahwa orang-orang lain selamat dari lisan dan tangan kita melakukan kezaliman-kezaliman kepada mereka.
Mudah-mudahan kita semua senantiasa diberi kekuatan oleh Allah Subhanahu Wa Taala untuk mampu menjaga lisan, tangan dan anggota tubuh lainnya dari melakukan perbuatan-perbuatan yang menzalimi sesama manusia. Dari seperti menyakiti hati orang lain, mencaci maki, memfitnah dan menuduh tanpa bukti, mengambil hak orang lain seperti mencuri dan korupsi, membunuh secara tidak sah, menyakiti secara fisik, dan sebagainya. Dengan cara ini semoga kita semua selamat dari predikat orang-orang bangkrut di akhirat, amin ya rabbal alamin.
Khutbah II
الْحَمْدُ لِلَّهِ المُؤيَّدِ الصَّابِرِينَ بِعَزِينِ نَصْرِهِ وَمُسرِ الشَّاكِرِينَ لِحَمِيدِ شُكُرِهِ وَمُوَفِّق المُخْتَارِينَ لِلْقِيَامِ بِأَمْرِهِ ، أَحْمَدُهُ عَلَى مَا أَنْعَمَ وَاسْلَمَ لِأَمْرِهِ فِيمَا حَكَمَ وَأَبْرَمَ ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ الا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ مُنْتَهَى الدَّهُورِ صَلَاةً دائمةً بِلا فَنَاءَ وَلَا فُتُورٍ وَسَلَّمَ تَسْلِيمًا كَثِيراً .
امَّا بَعْدُ : فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ أَمَرَكُمْ بِأَمْرِ بَدَا فِيهِ بِنَفْسِهِ وَتَنَى بِمَلَائِكَتِهِ وَآيَةً
بِالْمُؤمِنِينَ مِنْ عِبَادِهِ، فَقَالَ عَزَّ وَجَلَّ مِنْ قَائِلٍ : إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ سَيِّدِ الْمُرْسَلِينَ وَأَنْبِيَائِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلَائِكَتِكَ الْمُقَرَّبِينَ وَاهْلِ طَاعَتِكَ اجمعين .
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِينَ وَالمُسْلِمَاتِ إِنَّكَ سَمِيعٌ قَرِيبٌ يُجِيبُ الدَّعَوَاتِ اللهم احفِظُ عَلَيْهِمْ وَدَائِعَ أَدْيَانِهِمْ وَأَخْرِجُهُمْ مِنَ السُّجُونِ إِلَى سَعَةٍ أَوْطَائِهِمْ وَلَا تَجْعَلُهُمْ فِتْنَةٌ للظَّالِمِينَ وَنَجَهِمْ بِرَحْمَتِكَ مِنَ الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ ربَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ . إِنَّ اللَّهَ يَاءُ مُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ
وَإِيتَاءِ ذِي القُربى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَالبَغْيَ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ وَلَذِكْرُ اللَّهِ اكبر.
(*)
Baca artikel TribunPriangan.com lainnya di Google News
Khutbah Jumat Jumadil Awal
Naskah Khutbah Jumat Oktober
khutbah Jumat
Contoh Teks Khutbah Jumat
Teks Khutbah Jumat
Naskah Khutbah Jumat
Naskah Khutbah Jumat Hari Ini
Naskah Khutbah Jumat Terbaru
| Naskah Khutbah Jumat 31 Oktober 2025, Spesial Jumadil Ula: Sukses Jadi Insan Beruntung di Akhirat |
|
|---|
| Naskah Khutbah Jumat 31 Oktober 2025: Cara Menjaga Privasi dan Menutup Aib Orang di Era Digital |
|
|---|
| Naskah Singkat Khutbah Jumat 31 Oktober 2025: Hadapi Takdir dengan Tenang dan Teguh dalam Berikhtiar |
|
|---|
| Naskah Singkat Khutbah Jumat 31 Oktober 2025: Keutamaan Bulan Jumadil Ula |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/priangan/foto/bank/originals/Naskah-Khutbah-Shalat-Jumat.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.