Tafsir dan Terjemahan Ayat Al Quran
Arab dan Tafsir Surat An-Nisa Ayat 61-70: Perbedaan Jelas Antara Orang Munafik dan Orang Beriman
Arab dan Tafsir Surat An-Nisa Ayat 61-70: Perbedaan Jelas Antara Orang Munafik dan Orang Beriman
Penulis: Lulu Aulia Lisaholith | Editor: ferri amiril
(Dan tentulah akan Kami bimbing mereka ke jalan yang lurus). Kata sebagian sahabat kepada Nabi saw., "Betapa caranya kami dapat melihat baginda dalam surga padahal baginda berada pada tingkat yang tinggi sedangkan kami di tingkat bawah?" Maka turunlah ayat:
Ayat 69
وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَٱلرَّسُولَ فَأُو۟لَٰٓئِكَ مَعَ ٱلَّذِينَ أَنْعَمَ ٱللَّهُ عَلَيْهِم مِّنَ ٱلنَّبِيِّۦنَ وَٱلصِّدِّيقِينَ وَٱلشُّهَدَآءِ وَٱلصَّٰلِحِينَ ۚ وَحَسُنَ أُو۟لَٰٓئِكَ رَفِيقًا
Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.
Tafsir:
(Dan siapa yang menaati Allah dan Rasul) tentang apa yang dititahkan keduanya (maka mereka itu bersama orang-orang yang diberi karunia oleh Allah, yaitu golongan nabi-nabi dan shiddiqin) sahabat-sahabat utama dari para nabi-nabi dan rasul-rasul yang membenarkan dan amat teguh kepercayaan kepada mereka (para syuhada) orang-orang yang gugur syahid di jalan Allah (dan orang-orang saleh) yakni selain dari yang telah disebutkan itu. (Dan mereka itulah teman-teman yang sebaik-baiknya) maksudnya teman-teman dalam surga karena dapat melihat wajah mereka, berkunjung dan menghadiri majelis mereka walaupun tempat mereka jika dibandingkan dengan golongan-golongan lainnya lebih tinggi dan lebih mulia.
Ayat 70
ذَٰلِكَ ٱلْفَضْلُ مِنَ ٱللَّهِ ۚ وَكَفَىٰ بِٱللَّهِ عَلِيمًا
Yang demikian itu adalah karunia dari Allah, dan Allah cukup mengetahui.
Tafsir:
(Demikian itu) artinya keadaannya bersama orang-orang yang disebutkan itu, menjadi mubtada sedangkan khabarnya ialah (karunia dari Allah) yang dianugerahkan-Nya kepada mereka, jadi bukan hasil dari ketaatan mereka sendiri. (Dan Allah cukup mengetahui) tentang pahala-pahala di akhirat, maka percayalah kamu kepada-Nya karena tak ada lagi yang lebih berwenang dalam penyampaian berita itu daripada-Nya.
Asbabun Nuzul Surah An-Nisa Ayat 61-70
Ayat ke-61 dari Surah An-Nisa turun berkenaan dengan seorang laki-laki munafik yang berselisih dengan seorang Yahudi. Keduanya datang kepada Rasulullah ﷺ untuk menyelesaikan perkara mereka. Orang Yahudi menghendaki agar sengketa mereka diputus oleh Rasulullah karena ia tahu Nabi akan memberi keputusan dengan adil. Namun, si munafik justru menolak dan berkata, “Kita datangi saja Ka‘b bin al-Asyraf,” yaitu tokoh Yahudi yang dikenal licik dan zalim. Orang munafik itu tidak mau berhukum kepada Rasul karena ia takut keputusan Nabi tidak sesuai dengan keinginannya. Maka turunlah ayat, “Dan apabila dikatakan kepada mereka, ‘Marilah kepada apa yang diturunkan Allah dan kepada Rasul,’ niscaya kamu lihat orang-orang munafik berpaling darimu dengan keras.” (QS. An-Nisa: 61). Ayat ini mencela keras perilaku munafik yang hanya berpura-pura beriman tetapi menolak hukum Allah dan Rasul-Nya.
Kemudian, ayat ke-62 menjelaskan bahwa ketika orang-orang munafik itu tertimpa musibah akibat perbuatan mereka sendiri, mereka datang kepada Rasul dengan dalih bahwa mereka hanya ingin berbuat baik dan menyatukan pihak-pihak yang berselisih. Ayat ini menyingkap kemunafikan mereka, sebab mereka datang bukan dengan niat ikhlas, melainkan untuk menyelamatkan diri dari akibat kebohongan mereka sendiri.
Ayat ke-63 turun untuk memperingatkan Nabi agar berhati-hati terhadap kaum munafik yang penuh tipu daya. Allah berfirman, “Mereka itu orang-orang yang Allah mengetahui apa yang ada di dalam hati mereka. Maka berpalinglah engkau dari mereka, nasihatilah mereka, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang membekas pada jiwa mereka.” Allah memerintahkan Nabi agar tidak membalas mereka dengan kekerasan, tetapi menasihati mereka dengan cara yang menyentuh hati, agar mereka sadar dan kembali kepada kebenaran.
Ayat ke-64 menjelaskan bahwa Allah mengutus setiap rasul agar manusia berhukum kepada wahyu Allah, bukan kepada hawa nafsu atau hukum buatan manusia. Dalam ayat ini juga dijelaskan bahwa jika orang-orang munafik itu datang kepada Rasul untuk memohon ampun atas dosa mereka, lalu Rasul pun memintakan ampun untuk mereka, niscaya Allah akan mengampuni mereka. Namun, kenyataannya mereka tidak mau melakukannya, karena hati mereka telah keras dan tertutup.
Ayat ke-65 menegaskan makna keimanan yang sejati. Allah berfirman bahwa tidak ada keimanan yang benar sebelum seseorang menjadikan Rasulullah sebagai hakim dalam semua urusannya, kemudian menerima keputusan beliau tanpa rasa keberatan sedikit pun di hati, bahkan menerimanya dengan penuh keikhlasan. Ayat ini merupakan penegasan bahwa iman bukan sekadar ucapan, melainkan kepatuhan total kepada hukum Allah dan Rasul-Nya.
Selanjutnya, ayat ke-66 hingga 68 menjelaskan ujian ketaatan. Allah berfirman, seandainya orang-orang munafik itu diperintahkan untuk berkorban atau meninggalkan kampung halaman mereka demi menaati Allah dan Rasul, hanya sedikit dari mereka yang akan melakukannya. Namun, andai mereka benar-benar melaksanakan perintah Allah dan Rasul, niscaya itu lebih baik bagi mereka, menguatkan iman mereka, dan menjadi sebab turunnya rahmat serta petunjuk. Allah menegaskan bahwa orang-orang yang taat dan mengikuti petunjuk-Nya akan dibimbing ke jalan yang lurus.
Ayat ke-69 merupakan kabar gembira bagi orang-orang beriman yang menaati Allah dan Rasul-Nya. Allah berfirman bahwa mereka akan dikumpulkan bersama orang-orang yang diberi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi, para shiddiqin (orang yang jujur dalam iman dan ketaatannya), para syuhada, dan orang-orang saleh. Mereka adalah sebaik-baik teman bagi orang yang taat. Ayat ini menjadi motivasi bagi kaum beriman untuk meneguhkan ketaatan mereka agar memperoleh kedudukan mulia di sisi Allah.
Penutup rangkaian ayat ini, yaitu ayat ke-70, merupakan penegasan dari janji tersebut. Allah menyatakan bahwa karunia dan rahmat-Nya lah yang menjadikan manusia mendapatkan kedudukan mulia itu. Petunjuk ke jalan yang lurus hanyalah untuk mereka yang benar-benar taat dan tulus dalam beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.
(*)
Baca artikel TribunPriangan.com lainnya di Google News
Tafsir Surat An-Nisa Ayat 61 - 70
Tafsir Surat An-Nisa
tafsir
Tafsir dan Terjemahan Ayat Al-Quran
Tafsir Ayat Al-Quran
Surah An-Nisa
Tafsir Surah An-Nisa Ayat 1 - 10
| Arab dan Tafsir Surat An-Nisa Ayat 41-50: Keadilan dan Kesaksian Hari Akhir Bagi Pendusta Rasul |
|
|---|
| Arab dan Tafsir Surat An-Nisa Ayat 31-40: Larangan Iri pada Orang Lain, Pembagian Adil Harta Waris |
|
|---|
| Arab dan Tafsir Surat An-Nisa Ayat 21-30: Wanita Haram Dinikahi, Larangan Pengambilan Mahar Kembali |
|
|---|
| Arab, Latin, dan Tafsir Al-Quran Surah Ali Imran Ayat 181-190: Penolakan Yahudi pada Mukjizat Nabi |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/priangan/foto/bank/originals/Tafsir-Kisah-dan-Asbabun-Nudzul-Al-Quran-Surah-Al-Baqarah-Ayat-11-20.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.