Naskah Khutbah Jumat

Teks Khutbah Jumat 19 September 2025: Hati-hati dengan Aneka Kenikmatan yang Diterima

Berikut Teks Khutbah Jumat 19 September 2025: Hati-hati dengan Aneka Kenikmatan yang Diterima

Tribunpriangan.com/Dedy Herdiana
NASKAH KHUTBAH JUMAT - Sejumlah jamaah saat mendengar khutbah Jumat di Masjid Agung Trans Studio Bandung, Jumat (21/2/2025). Berikut Teks Khutbah Jumat 19 September 2025: Hati-hati dengan Aneka Kenikmatan yang Diterima. 

Allah karuniakan rezeki berlipat-lipat padahal jarang shalat, tidak senang pada nasihat ulama, dan terus berbuat maksiat. Hidup dikagumi, dihormati, padahal akhlaknya bejat; diikuti, diteladani dan diidolakan, padahal bangga mengumbar aurat dalam berpakaian. Sangat jarang diuji sakit padahal dosa-dosa menggunung; tidak pernah diberikan musibah padahal gaya hidupnya jumawa, meremehkan sesama, angkuh, dan bedebah.

Allah berikan anak-anak sehat dan cerdas padahal ia memberi makan dari harta hasil yang haram (riba, menipu, korupsi). Hidup bahagia penuh canda tawa padahal banyak orang karenanya terzalimi; kariernya terus menanjak padahal banyak hak orang yang diinjak-injak. Semakin tua semakin makmur padahal berkubang dosa sepanjang umur.   

Baca juga: Naskah Khutbah Jumat 19 September 2025/ 25 Rabiul Awal 1447 H: Surga Bagimu yang Menahan Amarah

Jamaah yang Berbahagia

Dalam Al-Qur’an Allah mengingatkan:

وَالَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِاٰيٰتِنَا سَنَسْتَدْرِجُهُمْ مِّنْ حَيْثُ لَا يَعْلَمُوْنَ، وَاُمْلِيْ لَهُمْۗ اِنَّ كَيْدِيْ مَتِيْنٌ

Artinya: Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, akan Kami biarkan mereka berangsur-angsur (ke arah kebinasaan), dengan cara yang tidak mereka ketahui. Dan Aku akan memberikan tenggang waktu kepada mereka. Sungguh, rencana-Ku sangat teguh. (QS Al-‘Araf [7]: 182-183).   

Istidraj itu berasal dari: إستدرج- يستدرج- إستدراجا yang berakar kata dari درج yang secara bahasa berarti tangga, meningkat, sedikit demi sedikit, tahap demi tahap, ataupun perlahan-lahan. Sedangkan secara istilah berarti kenikmatan materi yang diberikan kepada seseorang yang secara lahir semakin bertambah, tetapi kenikmatan yang bersifat imaterial semakin dikurangi atau dicabut, sementara ia tidak menyadarinya.

Baca juga: Naskah Khutbah Jumat 19 September 2025: Menyiapkan Bekal Sebelum Kematian Tiba

Hadirin yang Mulia

Secara lahiriah kemewahan duniawi Allah berikan, namun secara batiniah perintah ketakwaan (ittaqullah) ia abaikan. Uraian tersebut diperkuat oleh Rasulullah SAW melalui hadits berikut:  

 عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ عَنِ النَّبِىِّ صلى الله عليه و سلم قَالَ: إِذَا رَأَيْتَ اللّٰهَ يُعْطِى الْعَبْدَ مِنَ الدُّنْيَا عَلَى مَعَاصِيهِ مَا يُحِبُّ فَإِنَّمَا هُوَ اسْتِدْرَاجٌ. ثُمَّ تَلَا رَسُولُ اللّٰهِ صلى الله عليه وسلم (فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَىْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ

Artinya: "Dari Uqbah ibn Amir dari Nabi SAW, beliau bersabda: Jika kamu melihat Allah memberikan kemewahan dunia kepada hamba-Nya yang suka melanggar perintah-Nya, maka itulah yang disebut istidraj. Kemudian beliau membaca firman Allah surat al-An`am ayat 44: Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa." (HR. Ahmad)

Allah melakukan pembiaran atas maksiat yang mereka lakukan. Memberikan kesenangan terus-menerus yang melalaikan. Hingga pada saatnya Allah akan mencabut semua kesenangan sampai mereka termangu dalam penyesalan yang terlambat. Hal ini juga terjadi pada zaman dahulu, istidraj menimpa pada diri Fir’aun dan Qarun.  

Fir’aun diberikan kekuasaan tetapi tetap jumawa. Akhirnya Allah tenggelamkan ia karena kepongahannya. Ia menjadi manusia yang sombong dan menentang bahkan mengaku sebagai Tuhan. Akhirnya ia mati ditenggelamkan di dalam laut bersama pasukannya ketika mengejar Nabi Musa dan Bani Israil.   

Qarun adalah salah satu orang yang hidup pada zaman Nabi Musa as. Awalnya ia adalah orang miskin yang tidak punya apa-apa. Kemudian diajarkan kepadanya oleh Nabi Musa tentang cara mengelola emas. Dalam waktu singkat, ia pun menjadi kaya raya dengan mempunyai banyak emas dan harta melimpah.

Akan tetapi, lambat laun ia mulai lupa kepada Allah. Qarun dengan kelalaiannya pun dibinasakan dengan ditelan bersama harta-hartanya. Makanya, kalau hari ini ada yang menemukan harta tertimbun dalam tanah, orang-orang akan menyebutnya sebagai harta karun, dengan dinisbatkan kepada harta Qarun yang ditelan bumi. Sebagaimana firman Allah SWT:   

Halaman
123
Sumber: Tribun Priangan
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved