Kisah Kades Inovatif yang Pernah Putus Sekolah, Bangun Desa Beber Ciamis Lewat Program Unggulan

Latar belakangnya yang pernah mengalami putus sekolah, justru menjadi titik balik untuk menciptakan berbagai terobosan yang berpihak kepada warganya.

|
Penulis: Ai Sani Nuraini | Editor: Dedy Herdiana
Tribunpriangan.com/Ai Sani Nuraini
MENAK BERSANGGUL EMAS - Abdul Wahid Miftah Sofa, Kepala Desa Beber, Kecamatan Cimaragas, Kabupaten Ciamis saat menunjukkan kandang kambing yang dikelola oleh BUMDes Mulya, dari program “Menak Bersanggul Emas”. Ini jadi sebuah ide unik di mana setiap anak yang masuk sekolah dasar mendapat satu ekor anak kambing, yang tidak boleh dijual selama enam tahun hingga anak itu lulus SD. 

Laporan Wartawan TribunPriangan.com, Ai Sani Nuraini

TRIBUNPRIANGAN.COM, CIAMIS – Inovasi yang memberikan dampak nyata bagi masyarakat terkadang tidak selalu lahir dari berbagai rencana strategis. 

Di Desa Beber, Kecamatan Cimaragas, Kabupaten Ciamis, inovasi justru lahir dari pengalaman hidup, kepekaan sosial, dan empati terhadap kebutuhan masyarakat.

Abdul Wahid Miftah Sofa, Kepala Desa Beber, yang kini memimpin warganya dengan cara berbeda.

Latar belakangnya yang pernah mengalami putus sekolah, justru menjadi titik balik untuk menciptakan berbagai terobosan yang berpihak kepada warganya.

“Saya dulu sekolah hanya sampai SD, lalu ikut program Paket B dan C, sampai akhirnya bisa kuliah. Dari situ saya punya tekad, jangan sampai ada warga Desa Beber yang bernasib sama seperti saya,” tuturnya saat ditemui di Kantor Desa Beber, Kamis (16/10/2025).

Baca juga: Truk Pengangkut Besi Beton Terguling di Tanjakan Salawe Cimaragas Ciamis

Berangkat dari pengalaman pribadi, Miftah meluncurkan program “Jawara Gemas” (Jaring Warga Gerakan Masyarakat Ayo Sekolah).

Program ini mewajibkan warga yang belum tamat pendidikan formal untuk mengikuti program kesetaraan Paket B dan C.

“Sekarang sudah ada sekitar 400 orang yang ikut program tersebut dan lulus. Target kami, pada 2028 nanti, 90 persen masyarakat Desa Beber sudah lulus kesetaraan,” jelasnya.

Tak berhenti di situ, ia juga menggagas program “Menak Bersanggul Emas”, sebuah ide unik yang menggabungkan dunia pendidikan dengan pemberdayaan ekonomi.

Setiap anak yang masuk sekolah dasar mendapat satu ekor anak kambing, yang tidak boleh dijual selama enam tahun hingga anak itu lulus SD.

“Setelah lulus, kambingnya biasanya sudah berkembang biak. Hasilnya bisa dijual untuk biaya sekolah lanjutan. Jadi anak-anak tidak putus sekolah karena alasan ekonomi,” paparnya.

Untuk pemeliharaan kambingnya sendiri, Miftah menyediakan kandang yang representatif di mana pengelolaannya dilakukan oleh BUMDes Mulya, Desa Beber.

Jadi keluarga penerima manfaat yang memiliki anak-anak SD itu tidak perlu repot memikirkan membuat kandang hingga perawatan kambing .

Program ini didukung dari dana sosial ketahanan pangan desa, dengan kerja sama antara kelompok ternak dan pemerintah desa. 

Sumber: Tribun Priangan
Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved