Laporan Kontributor Tribunjabar.id, Dian Herdiansyah
TRIBUNPRIANGAN.COM, SUKABUMI - Kisah pilu meninggalnya anak 4 tahun bernama Raya di Sukabumi benar-benar sangat membuat miris di hati.
Dokter memvonis meninggalnya anak perempuan ini karena tubuhnya sudah menjadi sarang cacing gelang (Ascaris lumbricoides), atau menderita cacingan akut yang disebut dokter dengan istilah infeksi cacing.
Yayasan Rumah Teduh Sahabat Iin melalui akun media sosialnya bahkan menyebut tubuh Raya sudah menjadi sarang ratusan cacing.
Terungkap pula kondisi Raya menderita penyakit cacingan yang tidak biasa. Karena umumnya penyakit cacingan pada anak hanya ditemukan di usus dengan jumlah tidak banyak, sehingga biasanya ikut terbuang saat buang air besar.
Namun yang dialami almarhumah Raya, dinyatakan jumlah cacingnya banyak hingga sudah masuk ke organ lain, hingga disebutkan pernah ada yang keluar dari hidung.
Tak sedikit orang yang bertanya, kok bisa hal itu terjadi? Bagaimana kondisi itu bisa dialami oleh seorang anak yang tinggal bersama keluarganya di Kampung Padangenyang, Desa Cianaga, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi? Apa yang melatarbelakanginya?
Baca juga: Dinkes Pangandaran Gencarkan Program Pencegahan Penyakit Akibat Cacing Gelang
Berikut ini penjelasan langsung dari kepala dusun setempat dan dokter yang sempat menanganinya di rumah sakit.
Kepala Dusun Padangenyang, Arif Rahman mengatakan, kondisi rumah keluarga Raya sebelum direnovasi warga merupakan rumah panggung yang sangat memprihatinkan.
Semasa hidupnya di rumah yang saat itu tidak layak huni, Raya tinggal bersama ayahnya, Udin (34) yang menderita sakit TB, ibunya Endah (38) mengalami gangguan kejiwaan, dan kakaknya, Risna yang kini masih berusia 7 tahun.
"Dindingnya dari bilik anyaman bambu. Begitu juga lantai rumahnya dari bambu. Atapnya juga dari genteng biasa," ucap Arif, Kamis (21/8/2025).
"Kalau hujan, rumahnya suka bocor dan lantai bambunya juga bolong-bolong. Bahkan anaknya pernah jatuh ke lantai bambu yang bolong," ucapnya.
Kondisi ayahnya yang sakit membuatnya tidak bisa pergi kemana-mana. Begitu juga ibunya yang mengalami keterbelakangan mental.
Karena kondisi ekonominya yang sangat kekurangan, kata Arif, lantai bambunya pun kerap diambil untuk dijadikan kayu bakar saat memasak.
"Dengan keluarganya yang keterbelakangan mental, lantai bambu tersebut dipakai Suluh (kayu bakar) untuk memasak," kata Arif.
Melihat hal itu, masyarakat setempat pun bersama kepala Desa kerap membantunya hingga akhirnya bergotong royong melakukan renovasi rumah agar layak ditinggali oleh mereka.
"Dindingnya pakai JRC, atapnya pakai asbes dan lantainya memakai papan," ucapnya.
Terkait kemungkinan Raya sering bermain di atas tanah di kolong rumah panggungnya, Arif menyebut itu terjadi saat ibunya kambuh sakit jiwa.
"Raya main di bawah lantai tapi nggak sering, kadang-kadang, karena kan orangtuanya kadang normal kadang enggak. Kalau ibunya kambuh sakit, ya anaknya dibiarkan yang penting anteng (tak rewel)," ungkapnya.
Keterangan Dokter
Kasus infeksi bersarangnya Cacing gelang (Ascaris lumbricoides) yang menyebabkan komplikasi berat hingga kematian Raya (4) seorang anak perempuan di RSUD R Syamsudin, Kota Sukabumi, mengungkap fakta medis yang mengkhawatirkan.
Meski infeksi cacing tergolong umum pada anak-anak, kasus ini dinilai sebagai salah satu yang paling parah karena keterlambatan penanganan dan penyebaran parasit yang sudah meluas ke organ vital
Ketua Tim Penanganan RSUD R Syamsudin SH, Dokter Irfan Nugraha infeksi cacing pada anak-anak memang sering ditemukan. Namun, kebanyakan kasus masih bisa ditangani jika terdeteksi lebih awal.
Yang berbeda dalam kasus Raya, korban dalam insiden ini, adalah tingkat keparahan dan jumlah cacing yang ditemukan sudah sangat banyak.
"Sebenarnya infeksi cacing itu relatif sering pada pasien anak. Tapi tidak sampai separah ini. Kalau cacing sudah muncul saat buang air besar, biasanya sudah bisa ketahuan. Tapi dalam kasus Raya, cacingnya sudah besar-besar dan jumlahnya sangat banyak," ujar Irfan, Rabu (20/08/2025).
Berdasarkan keterangan medis, cacing gelang berkembang biak di lingkungan tanah. Telur cacing bisa masuk ke tubuh Raya melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi, atau secara tidak sengaja tertelan saat tangan yang kotor masuk ke mulut.
Raya diketahui tinggal di rumah panggung yang langsung berdiri di atas tanah tanpa lapisan semen atau aspal.
Kondisi ini disebut menjadi salah satu faktor risiko utama. Ketika anak bermain di tanah tanpa perlindungan, seperti alas kaki atau mencuci tangan setelahnya, potensi infeksi cacing sangat tinggi.
"Kalau melihat faktor lingkungannya, sangat mungkin dia tertular dari tanah. Bisa saja saat bermain, tangan menyentuh tanah yang mengandung telur cacing, lalu masuk ke mulut," jelas Irfan.
Setelah telur cacing masuk ke tubuh, butuh waktu sekitar 2–3 minggu untuk menetas di dalam usus.
Namun sebelum menjadi dewasa, telur akan melalui fase larva. Di fase inilah cacing dapat menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah. Termasuk ke paru-paru, ginjal, bahkan otak.
"Dalam kasus ini, infeksi sudah menyebar ke paru-paru dan otak. Cacing ditemukan keluar dari hidung, artinya dia sudah mencapai saluran napas atau pencernaan bagian atas," kata Irfan.
Kondisi yang dialami almarhumah Raya sangat jarang terjadi dan merupakan tanda bahwa infeksi sudah berada dalam tahap parah.
Dalam kasus Raya, cacing dalam tubuhnya sudah tak terhitung jumlahnya, dan sebagian besar ditemukan juga saat buang air besar selama perawatan.
"Sudah sangat terlambat saat sampai ke rumah sakit. Jumlah cacing dalam saluran pencernaannya sangat banyak," tambahnya.
Sebelumnya, Raya menjadi sorotan viral di media sosial setelah yayasan yang belakangan membantunya, Rumah Teduh Sahabat Iin, mengunggah cerita pilu sang bocah.
Dalam video yang dibagikan di Instagram yayasan tersebut, Raya selama ini berjuang melawan penyakit dengan ratusan cacing di tubuhnya.
Ia sempat koma dan mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Sukabumi di 13 Juni, hingga akhirnya meninggal dunia pada pada 22 Juli 2025.
Kisah ini semakin pilu setelah yayasan tersebut juga membagikan proses dalam melaksanakan administrasi agar Raya bisa memiliki BPJS Kesehatan yang dinilai berbelit-belit dengan kondisi sang bocah yang sudah sangat parah. (*)
RSUD R Syamsudin SH