TRIBUNPRIANGAN.COM, KOTA BANDUNG - Literasi Pemuda Indonesia (LPI) menggelar diskusi mengenai politik identitas menjelang penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2024.
Diskusi yang didukung oleh USAID dan Internews ini bertemakan 'Politik Identitas Sudah Basi di Mata Gen Z, Kenapa Masih Dipolitisasi?'.
Digelar secara daring, kegiatan diskusi stakeholdres ini melibatkan akademisi, polisi muda, pemangku kebijakan yaitu Komisi Pemilihan Umum (KPU), analis media, dan Generasi Z yang didominasi mahasiswa dari berbagai kampus.
Menurut Guru Besar dan Pakar Komunikasi Politik LSPR, Prof. Dr. Lely Ariani, politik identitas selain digunakan untuk politk pratis demi meraih simpati masyarakat, tapi juga kini sudah merambah ke lingkungan pemilih, dengan menyatakan akan memilih karena calon berdasarkan dari golongan tertentu.
Baca juga: LPI akan Libatkan Unsur Pentahelix Guna Berantas Hoaks Pilkada 2024
"Bahkan pada saat Pilpres 2019, ramai istilah cebong dan kampret," kata Prof. Lely dalam diskusi, Selasa (19/11/2024).
"Politik identitas dimanfaatkan para politisi supaya dapat melemparkan janji-janji kepada masyarakat yang sudah terpecah oleh politik identitas itu sendiri," kata Prof. Lely melanjutkan.
Sementara Ketua Divisi Sosialisasi Pendidikan Pemilih dan Partisipasi Masyarakat KPU Jawa Barat, Hedi Ardia, mengakui, bahwa politik identitas masih dianggap menjadi cara yang efektif dalam meraih suara pemilih.
Dia mencotohkan, ketika debat publik Pilkada 2024, salah satu pendukung pasangan calon menyatakan untuk memberi dukungan kepada paslon yang merupakan putra daerah.
Baca juga: LPI Sabet Penghargaan di Festival Literasi Digital Jawa Barat 2023, Begini Pesan Founder
"Soalnya politik identitas seringkali menyentuh emosi dan rasa bangga suatu komunitas yang dituju," ungkap Hedi.
Kemudian politisi muda dari PKB, Rivqy Abdul Halim, juga mengungkapkan fenomena politik identitas menjadi negatif karena hanya dipakai untuk meraih simpati tertentu dan demi menjelekkan lawan politik.
"Politik identitas menjadi runcing lalu ditunggangi beberapa politisi untuk menciptakan isu-isu sensitif," kata Rivqy.
Dia turut menitikberatkan pentingnya partisipasi politik dari kaula muda, baik itu milenial maupun Generasi Z, supaya dapat mengikis politik identitas yang tersebar selama tahapan Pilkada 2024.
"Keaktifkan partisipasi politik dapat mengdegradasi politik identitas yang kian negatif," kata Rivqy.
Baca juga: 24 Pemeriksa Fakta dari Berbagai Kalangan Deklarasikan Komunitas LPI, Ini Tujuannya
"Saya melihat para pemilih pemuda gen z dan millenial ini masih apatis dalam politik," ujar Rivqy menambahkan.
Lalu perwakilan Media Analyst Drone Emprit Slovenia Mandala atau yang akrab disama Mbak Ove menyatakan, platform Twitter atau X masih menjadi ladang tersebarnya gagasan-gagasan politik hingga politik identitas.