Human Interest Story

Kisah Saddam Al-Yasri Firstya, Anak Sopir Travel di Lampung yang Jadi Lulusan Terbaik IPDN

Penulis: Padna
Editor: Machmud Mubarok
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Saddam Al-Yasri Firstya resmi menyandang titel S.Tr.I.P, singkatan dari Sarjana Terapan Ilmu Pemerintahan dari Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) setelah diwisuda dan menjadi lulusan terbaik dengan meraih Kartika Astha Brata.

Laporan Kontributor TribunJabar.id, Kiki Andriana dari Sumedang

TRIBUNPRIANGAN.COM, SUMEDANG - Saddam Al-Yasri Firstya resmi menyandang titel S.Tr.I.P, singkatan dari Sarjana Terapan Ilmu Pemerintahan dari Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN).

Dia adalah satu dari 1.079 orang di program S1 yang diwisuda Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian, di lPDN Kampus Jatinangor, Sumedang, Senin (29/7/2024).

Bukan sebatas diwisuda, Saddam yang putra seorang sopir travel itu dinobatkan sebagai lulusan terbaik dari yang terbaik di IPDN kelulusan tahun 2024 ini.

Dia berhasil menjadi lulusan terbaik dengan IPK 3,87. Dengan hasil tersebut ia diberikan penghargaan Kartika Astha Brata.

"Saya asal dari Lampung, ayah saya kerjaannya sopir. Semula cita-cita saya dari SD sampai SMP jadi dokter. Waktu SMA berubah, ingin jadi birokrat," katanya.

Baca juga: Daftar Wisudawan IPDN Terbaik S1, S2, S3 Tahun 2024, Wisudawan Asal Lampung Raih Kartika Astha Brata

Baca juga: 1.221 Lulusan IPDN Diwisuda Mendagri Tito Karnavian, Ini Pesan Pentingnya Soal Pelayanan Masyarakat

Cita-cita itu muncul ketika di bangku SMA, dia melihat buku yang berisikan data-data alumni dan pekerjaan mereka saat itu. Ada kakak kelasnya yang menjadi birokrat dengan mula-mula bersekolah di IPDN.

"Itu memacu saya mengikuti jejaknya. Sebab, sekolah kedinasan itu tidak mengeluarkan biaya sedikitpun, kita tidak membebani orang tua.

"Dan juga jaminan kerja, ingin membuat bangga orang tua, mengangkat derajat, salah satu bentuknya mengabdi ke pemerintah dan masyarakat," kata dia.

Saddam mendapatkan informasi dari media sosial terkait penerimaan di IPDN. Tahun 2019 dia mendaftar namun gagal di Seleksi Kompetensi Dasar (SKD).

"Saya lalu kuliah dulu di Unpad, setahun. IPDN dan Unpad kan dekat, kalau lewat ke IPDN sering terbersit dalam hati, bisakah saya sekolah di situ? Sambil saya berdoa," katanya.

Pandemi Covid-19 melanda. Semua mahasiswa di Jatinangor dipulangkan ke daerah masing-masing. Dan itu memberi waktu buat Saddam untuk belajar kembali untuk daftar ke IPDN lagi.

"Berjuang lagi pada 2020, dan alhamdulillah masuk. Pesan dari orang tua, kalau menjalani kehidupan harus pandai bersyukur, sudah dijelaskan dalam Alquran, intinya kalau bersyukur Allah akan menambah nikmatnya," kata Saddam.

Selain Saddam, ada lulusan lain yang juga terbaik. Lulusan ini berasal dari Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Afrina Nurlaili Hanifah, S.Tr.I.P., lulus dengan IPK 3,86.

"Saya dari tingkat pertama sampai tingkat empat full perkuliahan di Jatinangor. Orang tua saya PNS. Ayah bekerja di Diskominfo Kabupaten Blitar, dan ibu adalah guru SD," katanya di Jatinangor.

Halaman
12