Itu pula yang dipahami dari ungkapan, “Wajah adalah cerminan hati.” Tidak salah pula orang yang mengatakan, “Tidakkah seseorang menyembunyikan sebuah rahasia kecuali Allah akan memperlihatkannya dalam raut wajahnya dan kesalahan lisannya.”
Keempat, adalah merenungkan keagungan Sang Pencipta. Hal ini sejalan dengan fungsi akal dan hati sebagaimana dalam Al-Qur'an:
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ
Artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,” (QS. Ali Imran 190).
Baca juga: Khutbah Jumat 5 Juli 2024, Pakai Bahasa Sunda, Tema: Soal Judi Online Kaasup Pagawean Setan
Ayat ini mengingatkan kita untuk selalu mengingat Allah melalui keagungan-keagungan-Nya. Dan jangan bergantung kepada selain-Nya. Sebab, ketika hati sudah bergantung kepada makhluk, maka ia akan tersiksa oleh makhluk tersebut, baik makhluk dimaksud berupa anak, istri, kendaraan, perhiasan, maupun yang lainnya. Maka dasarilah hubungan kita dengan makhluk atau dengan dunia karena Allah, maka niscaya hubungan itu akan mendatangkan kelapangan dan kekuatan hati.
Itu baru satu contoh. Kaitan ini, seorang ulama menyatakan, “Setiap kali hati bertambah cinta kepada Allah, maka ia bertambah pula penghambaannya kepada Allah. Dan bertambah pula kecintaan dan kebebasannya dari selain Allah.”
Baca juga: Naskah Singkat Khutbah Jumat 5 Juli 2024: Keutamaan Puasa Bulan Muharam Layaknya Puasa Ramadan
Kelima, perkara yang dapat memperbaiki kondisi hati ialah amalan saleh dengan berbagai macam jenisnya. Dalam hal ini, Ibnu ‘Abbas menyatakan, “Kebaikan itu akan melahirkan cahaya bagi hati, sinar bagi wajah, kekuatan bagi badan, tambahan untuk rezeki, dan kecintaan dalam hati makhluk.
Sebaliknya, keburukan hanya akan menimbulkan bekas hitam pada wajah, kegelapan dalam hati, keletihan bagi badan, kekurangan dalam rezeki, dan kemarahan dalam hati makhluk.”
إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيئَةً نُكِتَتْ فِي قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ،
Artinya: “Jika seorang hamba melakukan satu dosa, niscaya akan ditorehkan di hatinya satu noda hitam,” (HR. at-Tirmidzi).
Baca juga: Naskah Khutbah Jumat 5 Juli 2024 Bertemakan Tingkatkan Iman dan Takwa di Tahun Baru Hijriah
Keenam, menggunakan hati sesuai dengan tujuan penciptaannya. Ketahuilah, hati diciptakan untuk menjadi salah satu hamba Allah. Ia tercipta untuk menunaikan amalan-amalan yang luhur, seperti bertauhid, tafakur, tasyakur, berzikir, dan sebagainya. Namun, jika hati itu rusak maka amalan mulia itu tak akan terlaksana.
Ketujuh, berzikir dan membaca Al-Qur'an. Banyak sekali hadits yang berbicara tentang ini. Namun, pepatah mengatakan, “Cukuplah kalung yang membelit leher.” Sulaiman al-Khawash menuturkan, “Zikir bagi hati ibarat makanan bagi tubuh.
Baca juga: Naskah Khutbah Jumat 5 Juli 2024 Bertemakan Tingkatkan Iman dan Takwa di Tahun Baru Hijriah
Namun, tubuh tidak akan merasakan lezatnya makanan selama tubuh tersebut sakit. Demikian halnya dengan hati. Ia tidak akan merasakan manisnya zikir selama ia sedang cinta kepada dunia.” Dan perlu diingat bahwa berzikir akan mendatangkan ketenangan hati, sebagaimana dalam Al-Qur'an:
اَلَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا وَتَطۡمَٮِٕنُّ قُلُوۡبُهُمۡ بِذِكۡرِ اللّٰهِ ؕ اَلَا بِذِكۡرِ اللّٰهِ تَطۡمَٮِٕنُّ الۡقُلُوۡبُ،
Artinya: “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, bahwa hanya dengan mengingat Allah hati akan selalu tenteram,” (QS. (QS. Ar-Ra’du [13]: 28).